"Migunani Marang liyan,Ora Gawe Kapitunaning Liyan,Marsudi Luhur Ing jiwo"

Senin, 28 Juni 2010

Khidmat Manaqib
Ust Drs Wahfiudin SE MBA
11 Rajab 1430 H
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar sifat-sifat yang dimiliki oleh para Rasul yaitu shidiq, amanah, tabligh, fathonah. Tetapi kalau kita buka suatu ayat dalam Al-Qur'an ada beberapa sifat Rasul yang disebutkan langsung oleh Allah. "laqod jaa akum rasulum min angfusikun 'azizun 'alaihim ma 'anitum". Sifat Rasul tersebut adalah merasakan penderitaan umatnya (empaty). Begitu payahnya Rasul menyaksikan penderitaan anak-anak yatim, fakir miskin. Maka beliau sering mengasingkan diri, beliau naik ke atas jabal nur, beliau diam di dalam goa. Rasul seakan sedang menonton kebiadaban politik, kekejaman kekejaman dan penderitaan penderitaan yang terjadi pada waktu itu. Nabi melakukan perenungan (kontemplasi). Setelah beliau melakukan perenungan akhirnya Nabi mendapatkan petunjuk. Setelah beliau mendapatkan petunjuk lalu beliau turun dan dengan petunjuk itu beliau melakukan perubahan (aksi) meskipun beresiko tinggi. Beliau disebut gila, perusak tatanan masyarakat, penghancur peradaban nenek moyang, diludahi, dicaci maki, diusir, dan hampir dibunuh. Beliau bangun harokah dakwah, beliau atur kader, beliau utus diploma untuk berdiplomasi dengan Negara tetangga,beliau siapkan jaringan perdaganagan, pasukan militer dan adakalanya beliau harus memimpin peperangan langsung. Akhirnya terbentuklah masyarakat baru, masyarakat yang berdasarkan tamaddun (peradaban modern). Selanjutnya beliau barengi aksinya aksinya berdasarkan cinta kasih (afeksi)..
Apa yang dilakukan Nabi ditiru oleh para mursyid kita baik Abah sepuh atau Abah Anom terlihat dalam tanbihnya : "Pun pula semoga Pimpinan Negara bertambah kemuliaan dan keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur dhohir maupun bathin. Pun kami tempat orang bertanya tentang Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, menghaturkan dengan tulus ikhlas wasiat kepada segenap murid-murid : berhati-hatilah dalam segala hal jangan sampai berbuat yang bertentangan dengan peraturan agama maupun negara. Ta’atilah kedua-duanya tadi sepantasnya, demikianlah sikap manusia yang tetap dalam keimanan, tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap Hadlirat Illahi Robbi yang membuktikan perintah dalam agama maupun negara"..
Sumber :www.suryalaya.org

Minggu, 27 Juni 2010

Catatan harianku
Suara knalpot mulai bising
Teriakan para kenek dan calo angkot
Gemuruh dengusan kereta Rangkas
Peluit peluit pengatur jalan
Kumandang pedagang kaki lima menjajakan barangnya
Orang gila menjadi idola
TSSB ……..( telaten saat saat begini ) judi masa kini
Kawanku ………
Sibuk bermain kartu
Mengadu nasib dengan ………(harapan dan mimpi mimpi )
Lupa waktu lupa mantu
Bagaimana ini ? kataku
Siang ini …………
Kamis Pon malam Jum'at Wage
Malam satu Romadlon
Seribu Empat Ratus sebelas Hijriyah
Malam satu Poso
Seribu sembilan ratus dua belas pada tahun HE
Malam lima belas Maret ,
Seribu sembilan ratus sembilan puluh satu Masehi
Di pinggir jalan kereta Jakarta - Merak
Kavling atas Serpong ,Tangerang ,Jabar waktu itu
Aku lahir
"Marsudi luhur ing Jiwo" namaku
Saudara saudaraku,teman temanku
Menyambutku dengan harap harap cemas
Seperti menunggu nomer lotre
Waktu berjalan sepihak
Tak perdulikan aku ,
Dari detik ke menit ,dari menit ke jam ,
Dari hari ke minggu ,dari minggu ke bulan ,
Dari bulan ke tahun ,kini aku berusia tiga tahun ,
Aku mulai bersolek ,berjalan ,belajar ngomong ,
Orang pun mulai mengenalku
Dadaku bergambar bintang ,
Bintang lima yang ada didada Gatotkaca ,
Kutang gundil Onto kusumo,
Terbang ke mana mana ,ada di mana mana ,
Bersama siapa saja
Sakti mandra guna ,otot kawat balung wesi
Tangguh dalam menempuh dan mengarungi kehidupan
Sinar ke emasan memancar dari sembilan penjuru
Berputar setiap waktu ,mengembalikan kea rah takdir
Mengikuti putaran roda kehidupan ,
Bagaikan cakra wicaksononya Sri Batoro Kresno !
Memancar ke setiap celah ,mengalir ke setiap lubang
Delapan penjuru mata angin dan stu kesempatan
Di tengahku ada lambing cinta ,merah putih
Berani berniat suci ,meraih cita cita ,
"Migunani Marang Liyan ,Ora Gawe Kapitunaning Liyan ,Marsudi Luhurr Ing Jiwo"
Biru Langit warna bajuku ,coklat tanah warna celanaku
Berpijak pada kebijaksanaan ,tinggi cita cita dan harapanku
Aku berjalan menyusuri jalan sepi
Menembus mega ,menerjang awan
"Maju terus pantang mundur , Berakit rakit ke hulu ,Berenang renang ketepian
Aku mencari diriku sendiri , di gundukan sampah
Di meja meja judi ,di pasar ,di meja para dukun ,
Di tukang ramal ,dibotol minuman ,di celoteh anak anak kecil
Aku selalu bertanya siapa aku ?
Aku selalu bertanya siapa bapakku?
Siapa ibuku ?
Di mana aku ?
Di mana engkau ?
Di mana siapa?
Aku berjalan terus ,mengikuti guratan cahaya cahaya
Meski tertatih tatih aku tetap berjalan ,
Tidak akan berhenti sebelum ajal tiba
KEUTAMAAN IBADAH SUNNAH
Oleh : KH. M. Zein ZA Bazul Asyhab
Hidmah ilmiah manakib di Masjid Nurul Asror PonTren Suryalaya Des 2002
Pada hari ini manakiban kita bertepatan dengan bulan Sya’ban, oleh orang sunda disebut bulan Rewah. Entah darimana asalnya, mungkin dari ruh atau arwah, karena ada keterangan yang mengatakan bahwa pada bulan Rajab, Rewah, dan Ramadhan itu adalah tiga serangkai., sedangkan bulan Sya’ban adalah untuk pensucian ruh. Salah satu ibadah sunnah yang kita lakukan di bulan Sya’ban adalah Shalat Sunnah Nisfu Sya’ban. Ini pekerjaan sunnah, jadi orang yang melaksana-kannya, karena hukumnya sunnah jelas mendapat pahala dan kalaupun tidah melaksanakannya tidak akan mendapat siksa.

Manakala membahas sunnah kita sering keliru, kita terjebak dengan kata-kata tidak mendapat siksa, hingga memberi kesan bahwa orang tidak akan masuk neraka dengan meninggalkan sunnah. Maka marilah kita berilustrasi dengan contohsebagai berukut : Pada hari kiamat si A amalnya ditimbang, amal baik seratus kilo dan amal buruk seratus kilo, menurut kaidah bahwa, siapa yang amal baiknya lebih berat daripada amal buruknya maka ia masuk surga, dan barangsiapa yang amal buruknya lebih berat daripada amal baiknya maka ia masuk neraka. Jika amal si A tadi sama beratnya maka ke surga tidak pantas, ke neraka tidak mungkin, jadi belum bisa diputuskan. Lalu datanglah malaikat membawa amal si A sedikit,amal yang buruk seberat lima ons, walaupun sedikit tetap saja berat kepada yang buruk, maka malaikat menyatakan bahwa si A masuk neraka. Tapi datang malaikat lain yang membawa berita bahwa si A ada amalan sunnahnya seberat lima ons, maka timbangannya lebih berat ke amal baik, tidak sama, sebab amal baik yang sunnah itu ganjarannya dilipatgandakan, jadi keputusannya si A masuk surga. Nah… masuk surganya si A dalam contoh tadi karena telah melaksanakan ibadah sunnah. Jadi ibadah sunnah jangan sekali-kali dianggap enteng, dalam sebuah Hadits dinyatakan bahwa : “seorang hambaKu menekatkan dirinya dengan ibadah sunnah, maka AKU akan menjadi telinganya, sehingga ia mendengar dengan aturanKU, AKU akan menjadi matanya, sehingga ia melihat dengan aturanKU”.

Bulan Sya’ban, kita semua diberi petunjuk oleh Syeikh Abdul Qodir Jaelani atas dasar petunjuk Rasul yang Haditsnya dicatat dalam kitab Al-Ghoniyatutholibilhaq, menjelaskan tentang Sholat Nisfu yang oleh banyak ulama di dunia termasuk di negeri ini justru itu disebut Sholat Bid’atun Munkarotun bahkan masuk neraka, karena yang sudah membudaya adalah shalat cukup dua rakaat dan baca surat Yasin tiga kali. Kalau soal shalat Nisfu Sya’ban dalam satu kitab dinyatakan begini dan di kitab lain dinyatakan begitu sebabnya adalah pengkajian para pengarang juga berbeda-beda, dan tidak semua hadits tercatat. Banyak orang yang mengatakan bahwa itu tidak ada dalam haditsnya, padahal baru baca satu kitab. Setelah Rasul wafat banyak yang menuliskan hadits, jadi jangan mengatakan tidak ada dalam haditsnya, katakanlah kita belum menemukan hadits itu.

Selain itu ada juga yang mengatakan Bid’ah dari segi nama, sebenarnya tidak ada aturan tetap tentang nama shalat sunnah, kalau shalat wajib memang ada, shalat Dzuhur karena terang benderang matahari, shalat Ashar artinya bayangan telah sama dengan patoknya, shalat Maghrib artinya telah tenggelam matahari, Isya artinya awal malam ketika terbenam mega merah dan Shalat Subuh artinya adalah keluar fajar. Itu tidak bisa diubah-ubah kalau shalat sunnah jangankan yang ada haditsnya dalam seluruh kitab atau sebagian kitab membuat nama sendiri juga boleh, asalkan bertanggung jawab dan mempunyai dasar yang jelas. Sedangkan rujukan ayatnya adalah : “Wasta’inu bisobri wassholah”, (mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat).

Mudah-mudahan kita semua diberi umur sampai pertengahan Sya’ban, hingga kita semua dapat melaksanakan ibadah sunnah yaitu Shalat Nisfu Sya’ban.
Sumber :www.suryalaya .org

Sabtu, 26 Juni 2010

JANGAN BOSAN MANAQIB
Oleh : KH. M. Zein ZA. Bazul Asyhab
Hidmah ilmiah manakib di Masjid Nurul Asror PonTren Suryalaya April 2003
Manaqiban adalah perpaduan antara Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia. Asalnya dari Manaqib ditambah akhiran an. Manaqib adalah Jama Taksir dari Manqob (masdar mimi, isim makan dan isim zaman). Akar katanya dari Naqbun yang artinya jalan dilereng gunung.
Adapun maksud dari Manaqib adalah pembacaan riwayat hidup, baik ataupun jelek. Banyak orang yang tidak suka terhadap manaqib, tetapi selalu membaca riwayat para Wali. Padahal riwayat para Wali itu juga manaqib. Ibarat orang yang suka Sangu (nasi) tetapi mengharamkan Kejo (nasi). Atau ibarat “Monyet ngagugulung kalapa”(monyet mendekap-dekap kelapa).

Manaqib adalah majmaul-khoir atau tempat berkumpulnya segala kebaikan, diantaranya :
• Silaturahmi, para ikhwan bisa bersilaturahmi dengan ikhwan lain yang berlainan daerah
• Pembacaan ayat suci Al-Qur’an, yang merupakan ibadah baik kepada pembacanya ataupun pendengarnya.
• Pembacaan Tanbih, dimana-mana ada manaqib selalu dibaca Tanbih, baik manaqib di PP Suryalaya, di Jakarta, Singapura, Malaysia dan lainnya.


Ini diibaratkan kita masuk restoran atau warteg, yang pertama ditanya, “Ada nasi?” Mengapa? Karena nasi itu kesukaan, sehingga walaupun sudah makan bubur atau 6 potong lontong, belum dikatakan makan sebelum makan nasi.
Apakah kita mengamalkan Tanbih? Jawabannya, “Kita belum mampu mengamalkan isi Tanbih. Kita baru mampu setiap dibacakan Tanbih hanya mencucurkan air mata”. Seseorang yang sudah mengamalkan Tanbih disebut Muntabih, yaitu orang yang selalu memakai peringatan-peringatan. Kita belum mampu mengamalkannya, dengan sungguh-sungguh, akan tetapi berusaha untuk itu.
Karena seseorang kalau sudah mampu mengamalkan Tanbih, Insya Allah orang itu menjadi Wali. Jadi selama belum menjadi Wali, terus menerus Tanbih tersebut dibaca. Bahkan seseorang yang sudah sampai menjadi Wali-pun tidak mungkin dirinya mengaku Wali. Maka jangan bosan untuk terus menerus membaca Tanbih.

Ibarat ingin pergi dari Jakarta ke Surabaya naik kereta api, karena tidak mempunyai karcis, karena tidak mempunyai uang. Lalu masuklah ke gerbong yang berisi arang dan kambing secara gratis. Ketika sampai di Surabaya, para penumpang eksekutif disambut petugas dengan senyuman dan dipersilahkan memasuki ruangan istirahat serta disediakan makanan. Sebaliknya kita yang gratis naik dengan kambing, kepala benjol-benjol penuh arang malah begitu sampai diburu polisi karena tidak mempunyai karcis. Tetapi walaupun benjol dan hitam, masih beruntung sudah sampai di tempat tujuan yaitu Kota Surabaya.
Seperti itulah perjalanan kita. Para solihin disambut bidadari, malah kita dimarahi para malaikat. Karena bersama para solihin kita terbawa masuk surga. Kita belajar dzikir kepada Pangersa itu agar sampai. Karena kalau ingin sampai tanpa karcis, maka kita harus meminta Talqin.

Kita bergabung dengan mereka, sambil robithoh dan dzikir, sehingga nilai-nilai Tanbih bisa masuk ke dalam diri kita. Sehingga kita menjadi orang Muntabih. Mengapa lebih mengagungkan Tanbih dari pada Al-Qur’an? Karena nilai-nilai yang terkandung dalam Tanbih itu semuanya dari Al-Qur’an. Sejak do’a, jangan ada perpecahan, menghormati orang yang diatas kita dan menyayangi orang yang dibawah kita, dan lainnya semuanya sama dengan nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Dilanjutkan kepada Tawassul. Tawassul ini bukan pekerjaan ringan dan jangan dianggap remeh. Tawassul sangat erat kaitannya dengan robithoh. Karena orang seperti kita tidak layak bergabung di lingkungan Allah bersama para Nabi, Rasul dan Auliya. Sholat kita masih sering ketinggalan dan sering tidak khusyu, malah hatinya kesana kemari.

Kalau hanya ingin disebut muslim yang baik di mata manusia adalah mudah, asal jangan berbuat jahat saja dikatakan baik. Akan tetapi ukuran baik menurut Allah bukan sekedar tidak berbuat jahat, tetapi yang dikatakan baik itu harus wushul (sampai) kepada Allah.
Di lingkungan bukan Tarekat tidak dikenal kalimat wushul. Wushul atau sampai ini terkait dengan kembali. Kembali kepada Allah berarti mati. Kita dari Allah dan harus kembali lagi kepada Allah. Orang disebut mati kalau mati, kenyataannya banyak orang mati tetapi tidak kembali kepada Allah, malah masuk ke Jahannam. Kapan kita harus kembali? Sejak sekarang juga kita harus kembali.

Allah itu dekat, bahkan lebih dekat dari urat leher. Dekat-jauhnya Allah tidak diukur jarak, karena bukan benda. Rumusnya sesungguhnya Allah itu dekat dengan kita, hanya saja kita yang jauh dari Allah. Karena kalau Allah itu jauh dari kita, sudah tentu mata kita pun tidak mampu dikedipkan oleh kita. Cakupan Allah itu sangat luas, ini perlu diluruskan. Maksudnya bahwa Allah itu tidak berarti di atas, atau dibawah atau ditempat yang memerlukan uang.
Agar kita kembali kepada Allah, maka kita harus melakukan perjalanan ruhani menembus 4 lapis alam. Bagaimana caranya? Yaitu dengan cara menembus diri sendiri. Manakala seseorang mampu menembus diri sendiri ke luar dari jasmaniahnya dalam beribadah, maka orang itu berada di etafet pertama. Terus berusaha menembus hatinya (alam malaikat), berarti dia berada di etafet kedua. Terus berusaha menembus alam Jabarut, lalu ke sirri yang berarti dia menembus Alam Lahut. Barulah kalau sudah menembus Alam Lahut ini, dia sampai (wushul) kepada Allah.
Insya Allah, kalau terus menerus berdzikir kepada Allah dan mengamalkan Tanbih yang dibimbing oleh seorang Guru Mursyid kami, dengan ilmu yang benar akan wushul kepada Allah. Amiin.
Sumber :www.suryalaya.org

Jumat, 11 Juni 2010

salam

Assalamualaikum Wr Wb, selamat datang di blog kami,
MAJLIS DZIKIR AL-MUBAROK KAVLING SERPONG (Zawiyyah Thoriqoh Qodiriyyah Wan Naqsyabandiyyah PonTren Suryalaya ,Tasikmalaya )
mudah-mudahan banyak manfaatnya untuk kita semua, Amiin...
Wassalamualaikum Wr Wb.