"Migunani Marang liyan,Ora Gawe Kapitunaning Liyan,Marsudi Luhur Ing jiwo"

Sabtu, 25 Mei 2013


by SufiMuda
Rasulullah SAW di utus ke dunia bukan sekedar menyampaikan kebenaran dari sisi Allah atau hanya menyampaikan hukum-hukum yang dibolehkan atau dilarang oleh Allah.Tujuan lebih hakiki dari keberadaan Nabi adalah agar manusia bisa mengenal Allah dan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap saat. Rasul adalah pembawa wasilah dari sisi Allah dan melalui sarana itulah manusia bisa berkomunikasi dengan Allah. Surat Al-Maidah 35 mewajibkan seluruh orang beriman untuk mencari wasilah agar menemukan kemenangan di dunia dan akhirat.
Wasilah bukanlah amal ibadah (shalat, puasa, zakat dll) seperti yang ditafsirkan secara syariat, karena seluruh amal ibadah hanyalah bentuk dari proses penyembahan terhadap Allah. Shalat, Puasa dan lain-lain hanya akan menjari ritual hampa, menjadi tradisi dan budaya saja kalau tidak memiliki ruh dari ibadah itu sendiri. Ibadah memiliki unsur lahiriah dan bathiniah dan keduanya harus ada agar ibadah diterima disisi Allah. Secara zahir anggota badan kita harus mengikuti aturan-aturan yang telah disampaikan Allah kepada Rasul-Nya tanpa melebihkan dan menguranginya. Aturan itu sudah menjadi standar sebagai contoh bentuk gerakan shalat, jumlah rakaat shalat, aturan-aturan puasa, itu semua sudah baku dan tidak bisa ditambah atau dikurangi. Disamping aturan aspek zahir, ibadah memiliki aspek bathin dan ini merupakan hal yang sangat pokok.

Jumat, 03 Mei 2013


Rahasia Bilangan dalam Shalat

Muhammad Ali at-Tirmidzi mengatakan bahwa shalat adalah tiang agama. Shalat merupakan perkara yang pertama kali difardhukan oleh Allah swt. kepada kaum muslimin.
Begitu pentingnya posisi shalat dalam Islam, sehingga pemaknaan atasnya tidak pernah habis. Seperti yang diungkapkan oleh Syaikh Nawawi al-Bantani mengenai rahasia bilangan dalam shalat.
Dalam kitabnya Syarah Sulamul Munajah menjelaskan adanya rahasia dibalik angka-angka dalam shalat. Lima waktu yang diwajibkan oleh Allah swt. kepada muslim menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan-Nya atas lima indera perasa ‘panca indra’ sekaligus merupakan upaya menutup berbagai keburukannya.
Oleh karena itu dua rakaat shalat shubuh merupakan panjatan rasa syukur atas kedua bibr  yang terdapat dalam indera pengecap (mulut). Karena hanya dengan keduanyalah kita bisa merasai segala hal yang bersifat halus maupun kasar.