"Migunani Marang liyan,Ora Gawe Kapitunaning Liyan,Marsudi Luhur Ing jiwo"

Jumat, 30 Juli 2010


Sejarah Pondok Pesantren Suryalaya

Pondok Pesantren Suryalaya dirintis oleh Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh, pada masa perintisannya banyak mengalami hambatan dan rintangan, baik dari pemerintah kolonial Belanda maupun dari masyarakat sekitar. Juga lingkungan alam (geografis) yang cukup menyulitkan.

Namun Alhamdullilah, dengan izin Allah SWT dan juga atas restu dari guru beliau, Syaikh Tholhah bin Talabudin Kalisapu Cirebon semua itu dapat dilalui dengan selamat. Hingga pada tanggal 7 Rajab 1323 H atau 5 September 1905, Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad dapat mendirikan sebuah pesantren walaupun dengan modal awal sebuah mesjid yang terletak di kampung Godebag, desa Tanjung Kerta. Pondok Pesantren Suryalaya itu sendiri diambil dari istilah sunda yaitu Surya = Matahari, Laya = Tempat terbit, jadi Suryalaya secara harfiah mengandung arti tempat matahari terbit.

Pada awalnya Syeikh Abdullah bin Nur Muhammad sempat bimbang, akan tetapi guru beliau Syaikh Tholhah bin Talabudin memberikan motivasi dan dorongan juga bimbingan khusus kepadanya, bahkan beliau pernah tinggal beberapa hari sebagai wujud restu dan dukungannya. Pada tahun 1908 atau tiga tahun setelah berdirinya Pondok Pesantren Suryalaya, Abah Sepuh mendapatkan khirqoh (legitimasi penguatan sebagai guru mursyid) dari Syaikh Tholhah bin Talabudin
Seiring perjalanan waktu, Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang dan mendapat pengakuan serta simpati dari masyarakat, sarana pendidikan pun semakin bertambah, begitu pula jumlah pengikut/murid yang biasa disebut ikhwan.
Dukungan dan pengakuan dari ulama, tokoh masyarakat, dan pimpinan daerah semakin menguat. Hingga keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya dengan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah-nya mulai diakui dan dibutuhkan. Untuk kelancaran tugas Abah Sepuh dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dibantu oleh sembilan orang wakil talqin, dan beliau meninggalkan wasiat untuk dijadikan pegangan dan jalinan kesatuan dan persatuan para murid atau ikhwan, yaitu TANBIH.
Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad berpulang ke Rahmattullah pada tahun 1956 di usia yang ke 120 tahun. Kepemimpinan dan kemursyidannya dilimpahkan kepada putranya yang kelima, yaitu KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin yang akbrab dipanggil dengan sebutan Abah Anom. Pada masa awal kepemimpinan Abah Anom juga banyak mengalami kendala yang cukup mengganggu, di antaranya pemberontakan DI/TII. Pada masa itu Pondok Pesantren Suryalaya sering mendapat gangguan dan serangan, terhitung lebih dari 48 kali serangan yang dilakukan DI/TII. Juga pada masa pemberontakan PKI tahun 1965, Abah Anom banyak membantu pemerintah untuk menyadarkan kembali eks anggota PKI, untuk kembali kembali ke jalan yang benar menurut agama Islam dan Negara.
Perkembangan Pondok Pesantren Suryalaya semakin pesat dan maju, membaiknya situasi keamanan pasca pemberontakan DI/TII membuat masyarakat yang ingin belajar Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah semakin banyak dan mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia. Juga dengan penyebaran yang dilakukan oleh para wakil talqin dan para mubaligh, usaha ini berfungsi juga untuk melestarikan ajaran yang tertuang dalam asas tujuan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan Tanbih. Dari tahun ke tahun Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang, sesuai dengan tuntutan zaman, maka pada tanggal 11 maret 1961 atas prakarsa H. Sewaka (Alm) mantan Gubernur Jawa Barat (1947 – 1952) dan mantan Mentri Pertahanan RI Iwa Kusuma Sumantri (Alm) (1952 – 1953). Dibentuklah Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya. Yayasan ini dibentuk dengan tujuan untuk membantu tugas Abah Anom dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
Setelah itu Pondok Pesantren Suryalaya semakin dikenal ke seluruh pelosok Indonesia, bahkan sampai ke Negara Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, dan Thailand, menyusul Australia, negara-negara di Eropa dan Amerika. Dengan demikian ajaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah pun semakin luas perkembangannya, untuk itu Abah Anom dibantu oleh para wakil talqin yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, dan juga wakil talqin yang berada di luar negeri seperti yang disebutkan di atas.
Pada masa kepemimpinan Abah Anom, Pondok Pesantren Suryalaya berperan aktif dalam kegiatan Keagamaan, Sosial, Pendidikan, Pertanian, Kesehatan, Lingkungan Hidup, dan Kenegaraan. Hal ini terbukti dari penghargaan yang diperoleh baik dari presiden, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bahkan dari dunia internasional atas prestasi dan jasa-jasanya. Dengan demikian eksistensi atau keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya semakin kuat dan semakin dibutuhkan oleh segenap umat manusia.
Sumber:www.suryalaya.org


Riwayat Singkat
Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad

Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad atau yang biasa di panggil Abah Sepuh, lahir tahun 1836 di kampung Cicalung Kecamatan Tarikolot Kabupaten Sumedang (sekarang, Kp Cicalung Desa Tanjungsari Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya) dari pasangan Rd Nura Pradja (Eyang Upas, yang kemudian bernama Nur Muhammad) dengan Ibu Emah. Beliau dibesarkan oleh uwaknya yang dikenal sebagai Kyai Jangkung. Sejak kecil, beliau sudah gemar mengaji/mesantren dan membantu orang tua dan keluarga, serta suka memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Setelah menyelesaikan pendidikan agama dalam bidang akidah, fiqih, dan lain-lain di tempat orang tuanya. Di Pesantren Sukamiskin Bandung beliau mendalami fiqih, nahwu, dan sorof. Beliau kemudian mendarmabaktikan ilmunya di tengah-tengah masyarakat dengan mendirikan pengajian di daerahnya dan mendirikan pengajian di daerah Tundagan Tasikmalaya. Beliau kemudian menunaikan ibadah Haji yang pertama.
Walaupun Syaikh Abdullah Mubarok telah menjadi pimpinan dan mengasuh sebuah pengajian pada tahun 1890 di Tundagan Tasikmalaya, beliau masih terus belajar dan mendalami ilmu Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah kepada Mama Guru Agung Syaikh Tolhah bin Talabudin di daerah Trusmi dan Kalisapu Cirebon. Setelah sekian lamanya pulang-pergi antara Tasikmalaya-Cirebon untuk memperdalam ilmu tarekat, akhirnya beliau memperoleh kepercayaan dan diangkat menjadi Wakil Talqin. Sekitar tahun 1908 dalam usia 72 tahun, beliau diangkat secara resmi (khirqoh) sebagai guru dan pemimpin pengamalan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah oleh Syaikh Tolhah. Beliau juga memperoleh bimbingan ilmu tarekat dan (bertabaruk) kepada Syaikh Kholil Bangkalan Madura dan bahkan memperoleh ijazah khusus Shalawat Bani Hasyim.
Karena situasi dan kondisi di daerah Tundagan kurang menguntungkan dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, beliau beserta keluarga pindah ke Rancameong Gedebage dan tinggal di rumah H. Tirta untuk sementara. Selanjutnya beliau pindah ke Kampung Cisero (sekarang Cisirna) jarak 2,5 km dari Dusun Godebag dan tinggal di rumah ayahnya. Pada tahun 1904 dari Cisero Abah Sepuh beserta keluarganya pindah ke Dusun Godebag.
Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad kemudian dan bermukim dan memimpin Pondok Pesantren Suryalaya sampai akhir hayatnya. Beliau memperoleh gelar Syaikh Mursyid. Dalam perjalanan sejarahnya, pada tahun 1950, Abah Sepuh hijrah dan bermukim di Gg Jaksa No 13 Bandung. Sekembalinya dari Bandung, beliau bermukim di rumah H Sobari Jl Cihideung No 39 Tasikmlaya dari tahun 1950-1956 sampai beliau wafat.
Setelah menjalani masa yang cukup panjang, Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad-sebagai Guru Mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dengan segala keberhasilan yang dicapainya melalui perjuangan yang tidak ringan, dipanggil Al Khaliq kembali ke Rahmatullah pada tangal 25 Januari 1956, dalam usia 120 tahun. Beliau meniggalkan sebuah lembaga Pondok Pesantren Suryalaya yang sangat berharga bagi pembinaan umat manusia, agar senantiasa dapat melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta mewariskan sebuah wasiat berupa “TANBIH” yang sampai saat sekarang dijadikan pedoman bagi seluruh Ikhwan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya dalam hidup dan kehidupannya.
Sumber :www.suryalaya.org

Riwayat Singkat

KH. A Shohibulwafa Tajul Arifin(Abah Anom)

KH. A Shohibulwafa Tajul Arifin yang dikenal dengan nama Abah Anom, dilahirkan di Suryalaya tanggal 1 Januari 1915. Beliau adalah putra kelima Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad, pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, dari ibu yang bernama Hj Juhriyah. Pada usia delapan tahun Abah Anom masuk Sekolah Dasar (Verfolg School) di Ciamis antara tahun 1923-1928. Kemudian ia masuk Sekolah Menengah semacan Tsanawiyah di Ciawi Tasikmalaya. Pada tahun 1930 Abah Anom memulai perjalanan menuntut ilmu agama Islam secara lebih khusus. Beliau belajar ilmu fiqih dari seorang Kyai terkenal di Pesantren Cicariang Cianjur, kemudian belajar ilmu fiqih, nahwu, sorof dan balaghah kepada Kyai terkenal di Pesantren Jambudipa Cianjur. Setelah kurang lebih dua tahun di Pesantren Jambudipa, beliau melanjutkan ke Pesantren Gentur, Cianjur yang saat itu diasuh oleh Ajengan Syatibi.
Dua tahun kemudian (1935-1937) Abah Anom melanjutkan belajar di Pesantren Cireungas, Cimelati Sukabumi. Pesantren ini terkenal sekali terutama pada masa kepemimpinan Ajengan Aceng Mumu yang ahli hikmah dan silat. Dari Pesatren inilah Abah Anom banyak memperoleh pengalaman dalam banyak hal, termasuk bagaimana mengelola dan memimpin sebuah pesantren. Beliau telah meguasai ilmu-ilmu agama Islam. Oleh karena itu, pantas jika beliau telah dicoba dalam usia muda untuk menjadi Wakil Talqin Abah Sepuh. Percobaan ini nampaknya juga menjadi ancang-ancang bagi persiapan memperoleh pengetahuan dan pengalaman keagaman di masa mendatang. Kegemarannya bermain silat dan kedalaman rasa keagamaannya diperdalam lagi di Pesantren Citengah, Panjalu, yang dipimpin oleh H. Junaedi yang terkenal sebagai ahli alat, jago silat, dan ahli hikmah.
Setelah menginjak usia dua puluh tiga tahun, Abah Anom menikah dengan Euis Siti Ru’yanah. Setelah menikah, kemudian ia berziarah ke Tanah Suci. Sepulang dari Mekah, setelah bermukim kurang lebih tujuh bulan (1939), dapat dipastikan Abah Anom telah mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman keagamaan yang mendalam. Pengetahuan beliau meliputi tafsir, hadits, fiqih, kalam, dan tasawuf yang merupakan inti ilmu agama. Oleh Karena itu, tidak heran jika beliau fasih berbahasa Arab dan lancar berpidato, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda, sehingga pendengar menerimanya di lubuk hati yang paling dalam. Beliau juga amat cendekia dalam budaya dan sastra Sunda setara kepandaian sarjana ahli bahasa Sunda dalam penerapan filsafat etnik Kesundaan, untuk memperkokoh Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Bahkan baliaupun terkadang berbicara dalam bahasa Jawa dengan baik.

Ketika Abah Sepuh Wafat, pada tahun 1956, Abah Anom harus mandiri sepenuhnya dalam memimpin pesantren. Dengan rasa ikhlas dan penuh ketauladan, Abah Anom gigih menyebarkan ajaran Islam. Pondok Pesantren Suryalaya, dengan kepemimpinan Abah Anom, tampil sebagai pelopor pembangunan perekonomian rakyat melalui pembangunan irigasi untuk meningkatkan pertanian, membuat kincir air untuk pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain. Dalam perjalanannya, Pondok Pesantren Suryalaya tetap konsisten kepada Tanbih, wasiat Abah Sepuh yang diantara isinya adalah taat kepada perintah agama dan negara. Maka Pondok Pesantren Suryalaya tetap mendukung pemerintahan yang sah dan selalu berada di belakangnya.
Di samping melestarikan dan menyebarkan ajaran agama Islam melalui metode Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Abah Anom juga sangat konsisten terhadap perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Maka sejak tahun 1961 didirikan Yayasan Serba Bakti dengan berbagai lembaga di dalamnya termasuk pendidikan formal mulai TK, SMP Islam, SMU, SMK, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Aliyah kegamaan, Perguruan Tinggi (IAILM) dan Sekolah Tinggi Ekonomi Latifah Mubarokiyah serta Pondok Remaja Inabah. Didirikannya Pondok Remaja Inabah sebagai wujud perhatian Abah Anom terhadap kebutuhan umat yang sedang tertimpa musibah. Berdirinya Pondok Remaja Inabah membawa hikmah, di antaranya menjadi jembatan emas untuk menarik masyarakat luas, para pakar ilmu kesehatan, pendidikan, sosiologi, dan psikologi, bahkan pakar ilmu agama mulai yakin bahwa agama Islam dengan berbagai disiplin Ilmunya termasuk tasawuf dan tarekat mampu merehabilitasi kerusakan mental dan membentuk daya tangkal yang kuat melalui pemantapan keimanan dan ketakwaan dengan pengamalan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Abah Anom menunjuk tiga orang pengelola, yaitu KH. Noor Anom Mubarok BA, KH. Zaenal Abidin Anwar, dan H. Dudun Nursaiduddin.
Sumber:www.suryalaya.org



Kamis, 29 Juli 2010

Wasiyat Syaikh 'Abdul Qodir al Jailani q.s

Wasiyat ke satu

Tiga hal yang harus di miliki dan di amalkan oleh setiap mukmin dalam segala ruang dan waktu ada tiga macam yaitu :

1. Seorang mukmin harus menjaga dan melaksanakan perintah perintah Allah dengan tulus ikhlas .
2. Seorang mukmin harus menhindarkan diri dari segala yang haram- baik nyata maupun yang samar.
3. Seorang mukmin harus ridho menerima takdir Allah Yang Maha Kuasa .

Dengan demikian,minimal seorang yang beriman harus memiliki tiga hal sebagaimana tersebut di atas dan harus di usahakan untuk bisa mendarah mendaging dalam tubuhnya .
Ia harus mengikat diri kepada tiga hal kemana dan di mana dia berada serta dalam keadaan bagaimanapun.

Sumber : Ny .Kholilah Marhijanto,Delapan puluh wasiyat Syaikh Abdul Qodir al Jailani q.s , Surabaya . Tiga Dua .

Silsilah Thoriqoh Qodiriyyah Wan Naqsyabandiyyah

1. Robbul arbaabi wamu'tiqurriqoobi,Allah swt .
2. Sayyidunaa Jibril a.s
3. Sayyidunaa Manba-ul 'Ilmi wal- asrori wa mahzanul Faidi wal Anwaarii wa Mal jaa-ul ummati wal Abroori wa Mahbathu Jibriila fillaili wannahaari Habibullohis Sattaarilladzii unzila 'alaihi Afdholul Kutubi wal Asfaari Sayyiduna Muhammadul Mukhtaru Shollalloohu 'alaihi wa'alaa aalihii wa ashhabihil akhyar.
4. Sayyidunaa 'Ali k.w .
5. Sayyidunaa Husain r.a
6. Sayyidunaa Zainal 'Abidin r.a
7. Sayyidunaa Muhammad Baqir r.a.
8. Sayyidunaa Ja'far Shodiq r.a
9. Sayyidunaa Imam Musa Al –Kazhim r.a
10. Syaikh Abul Hasan 'Ali bin Musa Arridho r.a
11. Syaikh Ma'ruuf Al –Karkhi r.a
12. Syaikh Sirri As – Saqothi arridho r.a
13. Syaikh Abul Qosim Al –Junaedi Al -Baghdaadi r.a.
14. Syaikh Abu Bakrin Difli As-Syibli r.a
15. Syaikh Abul Fadli atau 'Abdul Wahid at –Tamiimi r.a
16. Syaikh Abul Faroj at-Thurthuusi r.a
17. Syaikh Abul Hasan 'Ali bin Yusuf al –Qirsyi al –Hakaari r.a
18. Syaikh Abu Sa'id al- Mubarok bin 'Ali al-Makhzuumi r.a
19. Syaikh 'Abdul Qodir al-Jailani q.s
20. Syaikh 'Abdul 'Azis r.a
21. Syaikh Muhammad al-Hattak r.a
22. Syaikh Syamsuddin r.a
23. Syaikh Syarofuddin r.a
24. Syaikh Nuuruddiin R.a
25. Syaikh Waliyyuddiin r.a
26. Syaikh Hisyaamuddin r.a
27. Syaikh Yahya r.a
28. Syaikh Abu Bakrin r.a
29. Syaikh 'Abdurrohim r.a
30. Syaikh 'Utsman r.a
31. Syaikh 'Abdul Fattah r.a
32. Syaikh Muhammad Murod r.a
33. Syaikh Syamsudiin r.a
34. Syaikh Ahmad Khotib Syambas ibnu 'Abdul Ghoffar r.a
35. Syaikh Tholhah r.a
36. Syaikh 'Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad r.a
37. Syaikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul 'Arifin q.s

Sumber : Uquudul Jumaan,PonTren Suryalaya.

Rabu, 28 Juli 2010


Sholat malam Nisfu Sya'ban di Majlis Dzikir Al Mubarok

Alhandulillah…………..para jama'ah serentak mengucapakan kalimah Tahmid tersebut setelah salam terakhir ,pada saat melaksanakan sholat sunah di malam Nisfu Sya'ban di Majlis Dzikir Al Mubarok yang di imami oleh Bpk Ruslan Taroni ,sesepuh sekaligus komandan Majlis Dzikir tersebut .
Walaupun sampai jam 21.30 malam baru selesai namun para jama'ah nampak tetap semangat dan penuh kekhusyu'an melaksanakan Sholat yang dilaksanakan oleh para Ikhwan dan Akhwat Thoriqoh Qodiriyyah Wan Naqsyabandiyyah PonTren Suryalaya di malam pertengahan bulan Sya'ban .
Sholat malam Nisfu Sya'ban di Majlis Dzikir tersebut selalu di penuhi oleh para Ikhwan dan Akhwat dari aktifis aktifis Majlis Dzikir Al Mubarok dari berbagai daerah ,ada yang dari Cisoka ,Parung Panjang,Lengkong wetan ,Ciledug,Kalideres,Grogol.Jembatan lima,Bojong Gede ,Jelupang,
Cadas Mapar dan sekitar Majlis Dzikir tersebut.
Malam pertengahan bulan Syaban adalah malam "tutup buku"amalan kita setahun dan sekaligus malam pertama untuk tahun berikutnya dengan harapan pada tahun berikutnya akan lebih baik dari tahun yang sekarang sebagaimana do'a yang di ucapakan pada malam itu adalah: : "Ya Allah! Tuhan yang membangkitkan dan tak ada yang sanggup membangkitkan kecuali Dia, ya Tuhan yang Maha Luhur dan Agung dan yang Maha Pemurah memberi nikmat-nikmat. Tidak ada Tuhan yang lain melainkan Engkau yang menolong orang-orang yang memohon pertolongan dan melindungi orang-orang serta mengamankan dari sekalian yang dikhawatirkan dan ditakuti.
Ya Allah andai kata telah ditakdirkan di sisi Mu akan daku dalam buku Azaly, bahwa aku celaka dan sedikit rezeki, terusir dan diharamkan akan daku maka hapuskanlah (apa-apa yang tercatat/tertulis dalam buku Azaly itu) dengan kemurahan-Mu. Dan tetapkanlah di sisi-Mu dalam buku Azaly itu (tukarkanlah akan keadaan di azalyku itu) dengan kebahagiaan lagi memperoleh rezeki yang dipergunakan untuk kebaikan, sesungguhnya Engkau berkata dan kata-kata-Mu adalah benar; sebagaimana tercantum di dalam Kitab-Mu yang Engkau turunkan atas lisan Nabi-Mu yang diutus (Muhammad saw.), "Yakni dihapuskan Allah barang yang dikehendakinya (perkataan/pernyataan yang menyimpang) dan ditetapkan-Nya di sisi-Nya di Azaly".
Ya Allah dengan keagunganMu pada malam Nisfu Sya'ban yang mulia / berkat ini, yang memisahkan kepadanya tiap-tiap perkara/keadaan dan urusan yang tepat dan yang dipastikan, hindarkan ya Allah kami dari bala'i/musibah yang kami ketahui dan yang tidak kami ketahui dan Engkaulah yang lebih mengetahui dengannya, sesungguhnya Engkau Maha Agung dan Pemurah ". Washallallahu 'alaasayyidina Muhammadin wa alaa aalihii washohbihii wasallam. Walhaldulillahi robbil 'alamiin
Sumber :www.suryalaya.org.
Setelah selesai sholat di lanjutkan Khotaman dan Tawasul-an karena pada malam itu berbarengan ada ikhwan yang hajat Lidaf'il Bala' dan sekaligus syukuran Empat bulan usia kandungan Ibu Rustini (Umul Mubarok) .
Ditutup dengan makan bersama dengan menu ayam kampung kreasi team dapur yang di komandani langsung oleh Umi Al Mubarok.

Minggu, 25 Juli 2010















Sebagian aktifis Al Mubarok berfoto bersama setelah manakib yang di hadiri oleh
K.H .Zainal Abidin Anwar pada tanggal 28 Februari 2009.


Selasa, 20 Juli 2010

Shalat Nisfu Sya'ban (Shalatul Khoir)

Jumat, 16 Juli 2010 11:02 Abdul Latif

Shalat Khoir ini dikerjakan pada malam ke lima belas bulan Sya’ban sebanyak 100 rakaat (2 rakaat-2 rakaat). Pada tahun ini bertepatan dengan tanggal 26 Juli 2010. Shalat Nisfu Sya’ban boleh dimulai sejak ba’da Maghrib. Tiap-tiap satu rakaat membaca Al-Fatihah dan Surat Al-Ikhlas 10 kali. Setiap dua rakaat satu salam, maka total 50 kali salam dan total srat al-ikhlas yang dibaca dalam 100 rakaat adalah 1000 kali.
Ulama salaf mengerjakan shalat Syaban ini dan memberi nama sholat ini Shalatul Khoir. Sulthonul Awliya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani juga mengerjakan sholat Khoir ini.
Telah diriwayatkan dari Sayyidina Hasan Rohimahullah bahwasanya telah menceritakan tiga puluh sahabat Nabi kepadaku, “Barangsiapa yang melaksanakan sholat Nisfu Syaban pada malam ini Allah akan memandang padanya dengan 70 pandangan dan Allah emberikan padanya setiap pandangan 70 kebutuhan, yang paling dekat adalah maghrifoh Allah swt”.
Niat Shalat Nisfu Syaban / Shalat Khoir:
Ushalli sunnatan nishfu syaban rakataini lillahi taala Allahu Akbar
(atau) Ushalli sunnatal khoir rakataini lillahi ta'ala Allahu Akbar
(atau) Ushalli sunnatal muthlaqi rakataini lillahi ta'ala Allahu Akbar
Adapun shalat yang kewarid di dalam Nisfu Syaban banyaknya 100 rakaat, 1000 Qulhuwallahu ahad. Shalat ini diberi nama Shalatul Khair yakni shalat yang sebaik-baiknya.
Niat shalat nisfu Syaban pilih diantara 3 yang diatas. Kalau ragu haditsnya pilih saja niat yang ketiga (Sunnah Muthlaq), Karena sunnah muthlaq boleh dilakukan kapan saja, tanpa ada batasannya dan tidak terikat oleh waktu.
Bagi yang tidak mau mengerjakan sholat ini juga tidak apa apa. Asal jangan menyalahkan karena shalat ini dikerjakan juga oleh Sultonul Awliya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani dan banyak para Wali dan para ahli thariqah mengerjakannya.
Sumber :www.tqn-jakarta.org
TANBIH

Bismillahirrohmanirrohim

Tanbih ini dari Syaekhuna Almarhum, Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad r.a .yang bersemayam di Patapan Suryalaya Kajembaran Rahmaniyah.

Sabda Beliau ,khususnya kepada segenap murid pria maupun wanita ,tua maupun muda ; semoga ada dalam kebahagiaan, di karuniai Allah Subhanahu wa Ta'ala, kebahagiaan yang kekal dan abadi ,dan semoga tak akan timbul keretakan dalam lingkungan kita semua .

Demikian juga, semoga pimpinan negara bertambah kemuliaan dan ke agungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil ,dan makmur dhohir maupun bathin.

Sesungguhnya kami tempat orang bertanya tentang Thoriqot Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah , menghaturkan dengan tulus ikhlas berwasiat kepada segenap murid- murid ; berhati- hatilah dalam segala hal ,jangan sampai berbuat yang bertentangan dengan peraturan agama maupun Negara.

Taatilah keduanya itu sepantasnya, demikianlah sikap manusia yang tetap dalam ke imanan .
Tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap Agama dan Negara, taat ke Hadirat Ilahi yang membuktikan perintah agama dan Negara .
Insyafilah hai murid –murid sekalian ; Janganlah terpaut oleh bujukan nafsu , terpengaruh oleh godaan syetan,waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah agama maupun Negara, agar dapat meneliti diri,supaya tidak tertarik oleh bisikan iblis yang selalu menyelinap dalam hati sanubari kita .

Lebih baik buktikanlah kebajikan yang timbul dari kesucian :
Pertama: Terhadap orang –orang yang lebih tinggi dari pada kita , baik dhohir maupun bathin, harus kita hormati,
begitulah seharusnya hidup rukun dan saling menghargai .

Kedua :Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya,jangan sampai terjadi persengketaan,sebaliknya harus bersikap rendah hati, bergotong royong dalam melaksanakan perintah agama maupun Negara, jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan ,agar kita tidak terkena firman Allah Adzaabun Aliim ,yang berarti duka – nestapa selama –lamanya dari dunia sampai akhirat (badan payah ati susah ).

Ke tiga : Terhadap orang – orang yang keadaannya di bawah kita ,janganlah menghinakannya atau berbuat tidak senonoh,bersikap angkuh .Sebaliknya ,harus belas kasihan dengan kesadaran, agar mereka merasa senang dan gembira hatinya ,jangan sampai merasa takut dan liar, bagaikan tersayat hatinya. Sebaliknya ,harus di tuntun dan di bimbing dengan nasehat yang lemah –lembut yang akan memberi keinsyafan dalam menapaki jalan kebajikan

Keempat:Terhadap fakir–miskin,harus kasih sayang,ramah tamah serta bermanis budi, bersikap dermawan, mencerminkan bahwa hati kita sadar. Coba rasakan diri kita pribadi,betapa pedihnya jika dalam keadaan kekurangan, oleh karena itu janganlah acuh tak acuh,hanya diri sendirilah yang senang, karena mereka jadi fakir- miskin itu bukan nya kehendak sendiri ,namun itulah ketentuan Tuhan .

Demikianlah semestinya sikap manusia yang penuh kesadaran , meskipun terhadap orang asing; karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam a.s .juga . Mengingat ayat 70 Surat Isro' yang artinya : Sangatlah Kami mulyakan keturunan Adam,dan Kami sebarkan mereka di darat dan di lautan dan Kami beri kepada mereka rizki yang baik- baik dan Kami mengutamakan mereka lebih utama dari makhluk lainnya . Kesimpulan dari ayat ini ,bahwa kita sekalian seharusnya saling harga menghargai, jangan timbul kekecewaan, mengingat Surat Al -Maidah ayat : 2 yang mafhumnya : …….hendaklah tolong menolong dengan sesama dalam melaksanakan kebajikan dan ketaqwaan dengan sungguh- sungguh terhadap agama maupun Negara ,sebaliknya janganlah tolong –menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan terhadap perintah agama maupun Negara.

Adapun soal ke agamaan, itu terserah agamanya masing – masing, mengingat Surat Al –Kafirun ayat 6:" Agamamu untuk kamu,agamaku untuk aku" , maksudnya jangan terjadi perselisihan ,wajiblah kita hidup rukun dan damai,saling harga menghargai ,tetapi janganlah sekali- kali ikut campur.

Cobalah renungkan pepatah leluhur kita: Sina logor dina liang jarum,ulah sereg di buana . Hendaklah kita bersikap budiman, tertib dan damai .Andaikan tidak demikian ,pasti sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tak berguna . Karena yang menyebabkan penderitaan diri pribadi itu adalah akibat dari amal perbuatan diri sendiri .
Dalam Surat An-Nahl ayat 112 di terangkan bahwa : Tuhan yang Maha Esa telah memberikan contoh ,yakni tempat maupun kampung ,desa maupun Negara yang dahulunya aman dan tenteram ,gemah ripah loh jinawi , namun penduduknya /penghuninya mengingkari nikmat-nikmat Allah ,maka lalu berkecamuklah bencana kelaparan,penderitaan,ketakutan ,dan sebagainya yang di sebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri .

Dengan demikian ,hendaklah segenap murid- murid bertindak hati –hati dan teliti ( apik,tilik,jeung pamilih) dalam segala jalan yang di tempuh, guna kebaikan dhohir- bathin,dunia maupun akhirat,supaya hati tenteram,jasad nyaman .Jangan sekali –kali timbul persengketaan,tidak lain tujuannya " Budi Utama-Jasmani Sempurna " (cageur –bageur ) .

Tiada lain amalan kita, Thoriqot Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah, amalkan dengan sungguh-sungguh guna meraih segala kebaikan dhohir bathin,menjauhi segala kejahatan dhohir bathin yang bertalian dengan jasmani maupun rohani ,yang selalu di selimuti bujukan nafsu, di goda oleh perdaya syetan.
Wasiat ini mesti di laksanakan dengan seksama oleh segenap murid-murid supaya bisa mencapai keselamatan dunia dan akhirat .

Patapan Suryalaya ,13 Februari 1956
Wasiat ini di sampaikan kepada segenap ahli –ahli

Ttd

( Syaikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul 'Arifin r.a )


UNTAIAN MUTIARA


1. Jangan menyalahkan pengajaran orang lain
2. Jangan membenci Ulama yang sejaman

3. Jangan memeriksa murid orang lain

4. Jangan meninggalkan tempat jika tersinggung


HARUS MENYAYANGI ORANG YANG MEMBENCI KEPADAMU

Pangersa Guru Al marhum



















TANBIH

Bismillahirrohmanirrohim

Tanbih ini dari Syaekhuna Almarhum, Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad r.a .yang bersemayam di Patapan Suryalaya Kajembaran Rahmaniyah.

Sabda Beliau ,khususnya kepada segenap murid pria maupun wanita ,tua maupun muda ; semoga ada dalam kebahagiaan, di karuniai Allah Subhanahu wa Ta'ala, kebahagiaan yang kekal dan abadi ,dan semoga tak akan timbul keretakan dalam lingkungan kita semua .

Demikian juga, semoga pimpinan negara bertambah kemuliaan dan ke agungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil ,dan makmur dhohir maupun bathin.

Sesungguhnya kami tempat orang bertanya tentang Thoriqot Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah , menghaturkan dengan tulus ikhlas berwasiat kepada segenap murid- murid ; berhati- hatilah dalam segala hal ,jangan sampai berbuat yang bertentangan dengan peraturan agama maupun Negara.

Taatilah keduanya itu sepantasnya, demikianlah sikap manusia yang tetap dalam ke imanan .
Tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap Agama dan Negara, taat ke Hadirat Ilahi yang membuktikan perintah agama dan Negara .
Insyafilah hai murid –murid sekalian ; Janganlah terpaut oleh bujukan nafsu , terpengaruh oleh godaan syetan,waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah agama maupun Negara, agar dapat meneliti diri,supaya tidak tertarik oleh bisikan iblis yang selalu menyelinap dalam hati sanubari kita .

Lebih baik buktikanlah kebajikan yang timbul dari kesucian :
Pertama: Terhadap orang –orang yang lebih tinggi dari pada kita , baik dhohir maupun bathin, harus kita hormati,
begitulah seharusnya hidup rukun dan saling menghargai .

Kedua :Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya,jangan sampai terjadi persengketaan,sebaliknya harus bersikap rendah hati, bergotong royong dalam melaksanakan perintah agama maupun Negara, jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan ,agar kita tidak terkena firman Allah Adzaabun Aliim ,yang berarti duka – nestapa selama –lamanya dari dunia sampai akhirat (badan payah ati susah ).

Ke tiga : Terhadap orang – orang yang keadaannya di bawah kita ,janganlah menghinakannya atau berbuat tidak senonoh,bersikap angkuh .Sebaliknya ,harus belas kasihan dengan kesadaran, agar mereka merasa senang dan gembira hatinya ,jangan sampai merasa takut dan liar, bagaikan tersayat hatinya. Sebaliknya ,harus di tuntun dan di bimbing dengan nasehat yang lemah –lembut yang akan memberi keinsyafan dalam menapaki jalan kebajikan

Keempat:Terhadap fakir–miskin,harus kasih sayang,ramah tamah serta bermanis budi, bersikap dermawan, mencerminkan bahwa hati kita sadar. Coba rasakan diri kita pribadi,betapa pedihnya jika dalam keadaan kekurangan, oleh karena itu janganlah acuh tak acuh,hanya diri sendirilah yang senang, karena mereka jadi fakir- miskin itu bukan nya kehendak sendiri ,namun itulah ketentuan Tuhan .

Demikianlah semestinya sikap manusia yang penuh kesadaran , meskipun terhadap orang asing; karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam a.s .juga . Mengingat ayat 70 Surat Isro' yang artinya : Sangatlah Kami mulyakan keturunan Adam,dan Kami sebarkan mereka di darat dan di lautan dan Kami beri kepada mereka rizki yang baik- baik dan Kami mengutamakan mereka lebih utama dari makhluk lainnya . Kesimpulan dari ayat ini ,bahwa kita sekalian seharusnya saling harga menghargai, jangan timbul kekecewaan, mengingat Surat Al -Maidah ayat : 2 yang mafhumnya : …….hendaklah tolong menolong dengan sesama dalam melaksanakan kebajikan dan ketaqwaan dengan sungguh- sungguh terhadap agama maupun Negara ,sebaliknya janganlah tolong –menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan terhadap perintah agama maupun Negara.

Adapun soal ke agamaan, itu terserah agamanya masing – masing, mengingat Surat Al –Kafirun ayat 6:" Agamamu untuk kamu,agamaku untuk aku" , maksudnya jangan terjadi perselisihan ,wajiblah kita hidup rukun dan damai,saling harga menghargai ,tetapi janganlah sekali- kali ikut campur.

Cobalah renungkan pepatah leluhur kita: Sina logor dina liang jarum,ulah sereg di buana . Hendaklah kita bersikap budiman, tertib dan damai .Andaikan tidak demikian ,pasti sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tak berguna . Karena yang menyebabkan penderitaan diri pribadi itu adalah akibat dari amal perbuatan diri sendiri .
Dalam Surat An-Nahl ayat 112 di terangkan bahwa : Tuhan yang Maha Esa telah memberikan contoh ,yakni tempat maupun kampung ,desa maupun Negara yang dahulunya aman dan tenteram ,gemah ripah loh jinawi , namun penduduknya /penghuninya mengingkari nikmat-nikmat Allah ,maka lalu berkecamuklah bencana kelaparan,penderitaan,ketakutan ,dan sebagainya yang di sebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri .

Dengan demikian ,hendaklah segenap murid- murid bertindak hati –hati dan teliti ( apik,tilik,jeung pamilih) dalam segala jalan yang di tempuh, guna kebaikan dhohir- bathin,dunia maupun akhirat,supaya hati tenteram,jasad nyaman .Jangan sekali –kali timbul persengketaan,tidak lain tujuannya " Budi Utama-Jasmani Sempurna " (cageur –bageur ) .

Tiada lain amalan kita, Thoriqot Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah, amalkan dengan sungguh-sungguh guna meraih segala kebaikan dhohir bathin,menjauhi segala kejahatan dhohir bathin yang bertalian dengan jasmani maupun rohani ,yang selalu di selimuti bujukan nafsu, di goda oleh perdaya syetan.
Wasiat ini mesti di laksanakan dengan seksama oleh segenap murid-murid supaya bisa mencapai keselamatan dunia dan akhirat .

Patapan Suryalaya ,13 Februari 1956
Wasiat ini di sampaikan kepada segenap ahli –ahli

Ttd

( Syaikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul 'Arifin r.a )


UNTAIAN MUTIARA


1. Jangan menyalahkan pengajaran orang lain
2. Jangan membenci Ulama yang sejaman

3. Jangan memeriksa murid orang lain

4. Jangan meninggalkan tempat jika tersinggung


HARUS MENYAYANGI ORANG YANG MEMBENCI KEPADAMU

Pangersa Guru Al marhum

Senin, 19 Juli 2010


Majlis Dzikir ALMUBAROK yang beralamat di :RT/02/04 ,Kavling Serpong,Serpong Tangerang Selatan ,Banten resmi lahir pada tanggal 15 Maret 1991 M .
Komunitas pengajian di di Komandani oleh Bpk Ruslan Taroni seorang perantau asal
Dk Sitemu ,Ds Kebojongan ,Kec Comal ,Kab Pemalng ,Jawa Tengah .
Asal nama awal kelahirannya bernama" Marsudi Luhur ing Jiwo" yang mengadakan pengajian Yasinan ,Tahlil dan diskusi ini ,selain itu juga ada pelajaran olah raga seni Pernapasan yang langsung di bina oleh Bpk Ruslan Taroni
Pada perjalanan waktu ,pada bulan Nopember 1993 M ,Bpk Ruslan Taroni talqin Dzikir Thoriqoh Qodiriyyah Wan Naqsyabandiyyah PonPes Suryalaya di Komplek Batan Indah Blok F NO 24 lewat salah seorang Wakil Talqin ya itu Bpk K.H Abdul Ghaos S.M yang waktu itu hadir dalam acara Manakib di rumah Bpk H Sudrajat Iskandar .
Setelah mengamalkan Thoriqoh ini ,di saat lebaran pulang kampung menyempatkan diri bersilaturohmi kepada salah seorang wakil Talqin yang di daerah Pemalang ,yaitu
Bpk K.H Komarudin Hasan di desa Sugih Waras Pemalang ,dan di saat silaturahmi di ceritakan lah kegiatan pengajian nya ,dan atas saran Beliau setelah datang di Serpong mulailah pengajian nya bertahap menjadi kegiatan Khotaman dan Manakiban keliling di antara Jama'ah pengajian di kontrakan nya masing masing .
Semakin lama semakin bertambah jama'ah dan tempat kegiatan semakin sempit ,maka pada tahun 1997 M mendirikan Musholla di di sokong oleh Bpk abdul Mukti , Bpk Wakiran ,dan para sesepuh di lingkungan nya dan di beri nama Musholla BAITUL MU'MININ , dan Majlis Pengajian nya di ganti nama menjadi "JAM'IYYAH AL MUBAROKIYYAH" .
Sekian waktu berjalan pada acara Manakib tgl 15 Maret 2008 M, yang merupakan ulang tahun ke tujuh belas ,di Hadiri oleh Ajengan Ghaos .Bpk Ruslan Taroni sebagai komandan Jama'ah menceritakan asal usul dan sjearah perjalan "Jam'iyyah Al Mubarokiyyah dan memohon kepada Ajengan Ghaos untuk meresmikan nama Majlis tersebut dengan nama itu atau di ganti ,maka saat itu Ajengan Ghaos memberi nama
Majlis Dzikir dan Musholla " AL MUBAROK " dan beliau yang mengumumkan kepada para ikhwan pada akhir ceramah manakib .
Dan nama itu akan di pakai selamanya ,mudah mudahan benar benar menjadi wasilah "PENABUR BERKAH " bagi para ikhwan khususnya dan kehidupan umat pada umumnya dengan wasilah limpahan Barokah dari Guru Mursyid tentunya Amiiiin.


Minggu, 18 Juli 2010

Shalat Nisfu Sya'ban, Sunnah yang Dianggap Bid'ah Jumat, 16 Juli 2010 00:00 Abdul Latif
Banyak orang menuduh shalat nisfu Sya’ban sebagai bid’ah. Mereka menuduh demikian bisa jadi dengan niat yang baik untuk membersihkan praktek ibadah dari Bid’ah dan mengembalikan agar ibadah yang dilakukan sesuai sunah Rasul. Alasannya sangat sederhana karena shalat Nisfu Sya’ban tidak pernah dikerjakan jaman Rasul. Benarkah shalat Nisfu Sya’ban bidah? Apakah nabi tidak pernah melakukannya?Untuk lebih melengkapi khazanah kita, akan kami paparkan pula beberapa pertanyaan yang mengingkari shalat nisfu Sya’ban dari berbagai dialog. Antara lain:Pertanyaan Pertama:
Tidak ada keistimewaan malam nisfu Sya’ban dibandingkan malam lainnya. Sehingga tidak perlu mengkhususkan ibadah pada malam tersebut. Beberapa Hadis yang menerangkan keutamaan nisfu Sya’ban adalah maudhu’ (palsu) dan dha’if. Sehingga tidak boleh diamalkan.Para ulama semisal Ibnu Rajab, Ibnul Jauzi, Imam al-Ghazali, Ibnu Katsir dan yang lainnya, menyatakan hadits-hadits yang berbicara seputar keutamaan malam Nishfu Sya'ban ini sangat banyak jumlahnya. Hanya, umumnya hadits-hadits tersebut dhaif, namun ada juga beberapa hadits yang Hasan dan Shahih Lighairihi. Untuk lebih jelasnya, berikut di antara hadits-hadits dimaksud:Hadis 1Artinya: "Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah saw bersabda: "Apabila sampai pada malam Nishfu Sya'ban, maka shalatlah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya, karena sesungguhnya Allah akan turun ke dunia pada malam tersebut sejak matahari terbenam dan Allah berfirman: "Tidak ada orang yang meminta ampun kecuali Aku akan mengampuni segala dosanya, tidak ada yang meminta rezeki melainkan Aku akan memberikannya rezeki, tidak ada yang terkena musibah atau bencana, kecuali Aku akan menghindarkannya, tidak ada yang demikian, tidak ada yang demikian, sampai terbit fajar" (HR. Ibnu Majah dan hadits tersebut dinilai Hadits Dhaif oleh Syaikh al-Albany).Hadis 2Artinya: "Siti Aisyah berkata: "Suatu malam saya kehilangan Rasulullah saw, lalu aku mencarinya. Ternyata beliau sedang berada di Baqi' sambil menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau bersabda: "Apakah kamu (wahai Aisyah) khawatir Allah akan menyia-nyiakan kamu dan RasulNya?" Aku menjawab: "Wahai Rasulullah, saya pikir anda pergi mendatangi di antara isteri-isterimu". Rasulullah saw bersabda kembali: "Sesungguhnya Allah turun ke dunia pada malam Nishfu Sya'ban dan mengampuni ummatku lebih dari jumlah bulu domba yang digembalakan" (HR. Ahmad, Ibn Majah dan Turmidzi. Syaikh al-Albany menilai hadits riwayat Imam Turmudzi tersebut sebagai hadits Dhaif sebagaimana ditulisnya pada 'Dhaifut Turmudzi').Kedua hadits tersebut adalah hadits yang dinilai Dhaif oleh jumhur Muhaditsin di antaranya oleh Syaikh Albany, seorang ulama yang tekenal sangat ketat dengan hadits.Namun demikian, di bawah ini juga penulis hendak mengetengahkan Hadits Hasan dan Shahih Lighairihi yang berbicara seputar keutamaan malam Nishfu Sya'ban ini. Hadits-hadits dimaksud adalah:Hadis 3Artinya: "Dari Abu Musa, Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya Allah muncul (ke dunia) pada malam Nishfu Sya'ban dan mengampuni seluruh makhlukNya, kecuali orang musyrik dan orang yang dengki dan iri kepada sesama muslim" (HR. Ibn Majah, dan Syaikh Albani menilainya sebagai hadits Hasan sebagaimana disebutkan dalam bukunya Shahih Ibn Majah no hadits 1140).Hadis 4Artinya: "Dari Abdullah bin Amer, Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya akan menemui makhlukNya pada malam Nishfu Sya'ban, dan Dia mengampuni dosa hamba-hambanya kecuali dua kelompok yaitu orang yang menyimpan dengki atau iri dalam hatinya kepada sesama muslim dan orang yang melakukan bunuh diri" (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban sebagaimana ditulisnya dalam buku Shahihnya).Namun, Syaikh Syu'aib al-Arnauth menilai hadits tersebut hadits yang lemah, karena dalam sanadnya ada dua rawi yang bernama Ibn Luhai'ah dan Huyay bin Abdullah yang dinilainya sebagai rawi yang lemah. Namun demikian, ia kemudian mengatakan bahwa meskipun dalam sanadnya lemah, akan tetapi hadits tersebut dapat dikategorikan sebagai hadits Shahih karena banyak dikuatkan oleh hadits-hadits lainnya (Shahih bi Syawahidih).Hadis 5Artinya: "Dari Utsman bin Abil Ash, Rasulullah saw bersabda: "Apabila datang malam Nishfu Sya'ban, Allah berfirman: "Apakah ada orang yang memohon ampun dan Aku akan mengampuninya? Apakah ada yang meminta dan Aku akan memberinya? Tidak ada seseorang pun yang meminta sesuatu kecuali Aku akan memberinya, kecuali wanita pezina atau orang musyrik" (HR. Baihaki).Dengan memperhatikan, di antaranya, hadits-hadits di atas, maka tidak berlebihan apabila banyak ulama berpegang teguh bahwa malam Nishfu Sya'ban adalah malam yang istimewa, karena bukan hanya dosa-dosa akan diampuni, akan tetapi juga doa akan dikabulkan. Hadits-hadits yang dipandang Dhaif yang berbicara seputar keistimewaan malam Nishfu Sya'ban ini, paling tidak kedudukan haditsnya menjadi terangkat oleh hadits-hadits lain yang berstatus Hasan atau Shahih Lighairihi.Atau boleh juga dikatakan, karena hadits-hadits dhaif yang berbicara seputar keutamaan malam Nishfu Sya'ban ini dhaifnya tidak parah dan tidak berat, maka satu sama lain menjadi saling menguatkan sehingga kedudukannya naik menjadi Hadits Hasan Lighairihi. Wallahu'alam.Istimewanya malam Nishfu Sya'ban ini juga dikuatkan oleh atsar para sahabat. Imam Ali bin Abi Thalib misalnya, sebagaimana dikutip Ibnu Rajab, apabila datang malam Nishfu Sya'ban, ia banyak keluar rumah untuk melihat dan berdoa ke arah langit, sambil berkata: "Sesungguhnya Nabi Daud as, apabila datang malam Nishfu Sya'ban, beliau keluar rumah dan menengadah ke langit sambil berkata: "Pada waktu ini tidak ada seorang pun yang berdoa pada malam ini kecuali akan dikabulkan, tidak ada yang memohon ampun, kecuali akan diampuni selama bukan tukang sihir atau dukun". Imam Ali lalu berkata: "Ya Allah, Tuhannya Nabi Daud as, ampunilah dosa orang-orang yang meminta ampun pada malam ini, serta kabulkanlah doa orang-orang yang berdoa pada malam ini".Sebagian besar ulama Tabi'in seperti Khalid bin Ma'dan, Makhul, Luqman bin Amir dan yang lainnya, juga mengistimewakan malam ini dengan jalan lebih mempergiat ibadah, membaca al-Qur'an dan berdoa. Demikian juga hal ini dilakukan oleh jumhur ulama Syam dan Bashrah.Bahkan, Imam Syafi'i pun beliau mengistimewakan malam Nishfu Sya'ban ini dengan jalan lebih mempergiat ibadah, doa dan membaca al-Qur'an. Hal ini sebagaimana nampak dalam perkataannya di bawah ini:Artinya: "Telah sampai kepada kami riwayat bahwa dua itu akan (lebih besar kemungkinan untuk) dikabulkan pada lima malam: Pada malam Jum'at, malam Idul Fithri, malam Idul Adha, malam awal bulan Rajab, dan pada malam Nishfu Sya'ban. Imam Syafi'i berkata kembali: "Dan aku sangat menekankan (untuk memperbanyak doa) pada seluruh malam yang telah aku ceritakan tadi".Dari pemaparan di atas nampak bahwa sebagian besar para ulama salaf memandang istimewa malam ini, karenanya mereka mengisinya dengan mempergiat dan memperbanyak ibadah termasuk berdoa, shalat dan membaca al-Qur'an.
Pertanyaan Kedua:Shalat Nisfu Sya’ban Bid’ah karena tidak pernah dilakukan Rasul. Sehingga ibadah mereka tidak sesuai sunnah Rasul.
Nama panjang dari shalat Nisfu Sya’ban adalah “SHALAT MUTHLAQ yang dilakukan pada malam Nisfu Sya’ban”. Untuk memudahkan pengucapan, ulama menyebutnya shalat nisfu Sya’ban.
Karena termasuk jenis shalat Muthlaq, maka boleh dikerjakan kapan saja termasuk malam pertengahan Sya’ban selama dikerjakan tidak pada waktu yang dilarang. Kalau pada malam yang lain boleh melakukan shalat Muthlaq, maka pada malam nisfu Sya’ban juga boleh.Membid’ahkan shalat nisfu Sya’ban sama dengan membid’ahkan shalat Muthlaq yang sunnah.Apalagi ada hadis yang menyatakan bahwa Rasul menggiatkan qiyamul layl pada malam nisfu Sya’ban. Semakin kuat lah dasar shalat nisfu Sya’ban.Dari A'isyah: "Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: "Hai A'isyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (H.R. Baihaqi) Menurut perawinya hadis ini mursal (ada rawi yang tidak sambung ke Sahabat), namun cukup kuat.Bahkan kalau kita menyandarkan pada hadis di atas, justru MEREKA YANG SHALAT PADA MALAM NISFU SYA’BAN IBADAHNYA SESUAI SUNNAH RASUL.
Pertanyaan Ketiga:Shalat Nisfu Sya’ban saja Bid’ah, apalagi melakukannya secara berjamaah. Semakin jauh dari Islam. Kalaulah memang bagus mengapa Rasul dan sahabat tidak melakukan? Padahal Mereka adalah generasi terbaik.
Saudaraku, selama ada dalil umum yang membolehkan, maka mengenai tekhnisnya berjamaah atau tidak, dapat diatur menurut kondisi dan keadaan.
Pelaksanaan mengisi malam Nishfu Sya'ban diberjamaahkan ini pertama kali dilakukan oleh ulama tabi'in yang bernama Khalid bin Ma'dan, lalu diikuti oleh ulama tabi'in lainnya seperti Makhul, Luqman bin Amir dan yang lainnya. Bahkan terus berlanjut dan menjadi tradisi ulama Syam dan Bashrah sampai saat ini.
Meski tidak dilakukan pada masa Rasulullah saw dan para sahabatnya, kami lebih condong untuk mengatakan tidak mengapa dan tidak dilarang. Tidak semua yang tidak dipraktekkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya menjadi sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Selama ada hadits dan qaidah umum yang membolehkan, maka mengenai tehnis, apakah diberjamaahkan atau sendiri-sendiri, semuanya diserahkan kepada masing-masing dan tentu diperbolehkan. Hal ini sebagaimana tradisi takbir berjamaah pada malam hari raya.
Hal ini tidak dilakukan pada masa Rasulullah saw dan para sahabatnya. Rasulullah saw dan para sahabat hanya melakukannya di rumah masing-masing. Tradisi berjamaah membaca takbir pada malam Hari Raya ini pertama kali dilakukan oleh seorang ulama tabi'in yang bernama Abdurrahman bin Yazid bin al-Aswad. Dan tradisi ini pun sampai saat ini masih diberlakukan dan diamalkan hampir di seluruh negara-negara muslim.
Demikian juga dengan shalat Tarawih diberjamaahkan. Rasulullah saw hanya melakukannya satu, dua atau tiga malam saja secara berjamaah. Setelah itu, beliau melakukannya sendiri. Dan hal ini berlaku juga sampai masa khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq serta pada permulaan khalifah Umar bin Khatab. Setelah Umar bin Khatab masuk ke sebuah mesjid dan menyaksikan orang shalat tarawih sendiri-sendiri, akhirnya beliau melihat alangkah lebih baiknya apabila diberjamaahkan. Sejak itu, beliau manunjuk sahabat Rasulullah saw yang bernama Ubay bin Ka'ab untuk menjadi imam pertama shalat Tarawih diberjamaahkan. Tradisi ini juga berjalan dan terus dipraktekkan sampai sekarang ini.Kalaulah shalat qiyamu Ramadhan (Tarawih) yang beliau lakukan selalu tidak berjamaah dengan sahabat, kecuali hanya 1-3 malam saja, boleh dilakukan secara berjamaah, lalu takbir malam ‘Ied juga boleh dilakukan secara berjamaah, mengapa shalat Muthlaq malam nisfu Sya’ban (untuk menyingkat selanjutnya disebut “shalat Nisfu Sya’ban”) tidak boleh dilakukan berjamaah? Tentu ini tidak fair.Di zaman Rasul, para sahabat dengan melihat rasul qiyamul layl saja mereka sudah melakukannya. Namun di akhir zaman ini jika ada ustad berkata, “wahai umat Islam, shalat tarawih yang dilakukan Rasul tidak berjamaah dan dilakukan di tengah malam (bukan ba’da Isya langsung). Oleh karena itu shalatlah sendiri-sendiri nanti malam.” Yang shalat tarawih pasti sedikit. Kecuali instruksi itu untuk bangun malam dalam rangka menyaksikan final piala dunia antara Belanda Vs Spanyol insya Allah jamaahnya banyak meskipun jam 1.30 malam.Jadi kondisi zaman mengarahkan untuk shalat tarawih secara berjamaah.
Begitu pula dengan shalat nisfu Sya’ban. Di akhir zaman ini, Kalau shalat Nisfu Sya’ban (apalagi jika 100 raka’at) dilakukan hanya boleh sendiri-sendiri, saya yakin sangat-sangat sedikit orang yang mau menghidupkan malam Nisfu Sya’ban. Namun kalau dilakukan secara berjamaah, satu sama lain dapat saling memotivasi sehingga lebih semangat.
Pertanyaan Keempat:
Terlebih lagi dalam shalat nisfu Sya’ban, mereka menetapkan jumlah 100 rakaat. Sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasul.
Ada beberapa alasan mengapa saya shalat nisfu Sya’ban 100 rakaat:
1. Karena shalat nisfu Sya’ban termasuk shalat Muthlaq, maka jumlahnya bebas. 10 rakaat boleh, 20, 30, bahkan 100 rakaat juga boleh. Kalau kita sanggup 1.000 rakaat juga tidak ada yang melarang, karena shalat Muthlaq. Mengapa kita berani melarang jumlah tertentu dalam shalat Muthlaq? Apakah kalau 99 rakaat boleh, 101 juga boleh lalu khusus 100 rakaat tidak boleh?
Nabi SAW pernah berkata kepada Bilal, sesudah mengerjakan shalat Shubuh sebagaimana berikut: “Wahai Bilal, ceritakanlah kepadaku amalan yang engkau kerjakan dalam Islam yang penuh dengan pengharapan karena aku mendengar suara sandalmu di depanku di syurga”. Bilal menjawab tidak pernah aku melakukan suatu perbuatan yang saya harapkan kebaikannya, melainkan pasti aku bersuci dahulu, baik saatnya malam hari atau siang hari. Sesudah aku bersuci aku melakukan shalat sebanyak yang dapat kulakukan”. (HR. Imam Bukhari dan Muslim)
Jabir bin Hayyan, penemu ilmu Kimia sekaligus orang pertama memperoleh julukan Sufi, melakukan shalat Muthlaq 400 rakaat sebelum memulai penelitian.
Kalau ada seseorang menganjurkan untuk shalat nisfu Sya’ban 77 rakaat karena dia senang dengan angka 7, boleh saja. Namun daripada saya mengikuti dia, lebih baik saya mengikuti para ulama yang shalih.
2. Banyak ulama-ulama shalih yang ahli ma’rifat seperti syekh Abdul Qadir Jailani melakukan shalat nisfu Sya’ban 100 rakaat, begitu pula dengan imam Ghazali dan ulama lainnya. Maka tidak ada salahnya jika kita mengikuti beliau. (baca juga dasar hukum shalat Rajab, Nisfu Sya’ban dll di tqn-jakarta.org)
Dan ikutilah jalannya orang yang kembali kepadaKu (Luqman 31:15)
3. Jumlah 100 rakaat ada hadisnya. Meskipun banyak orang yang menolak hadis tersebut. Namun Imam Ahmad berkata, “hadis dhaif lebih aku sukai daripada pendapat pribadi seseorang".
Pertanyaan Kelima:
Bacaan dalam shalat Nisfu Sya’ban (al-Ikhlas 10 kali setelah al-Fatihah, sehingga dikallikan 100 rakaat menjadi 1.000 kali membaca al-Ikhlas) adalah bacaan yang mengada-ada. Tidak pernah dilakukan juga oleh Rasul.
Bacaan yang dibaca dalam shalat nisfu Sya’ban setelah al-Fatihah terserah. Ayat manapun termasuk al-Ikhlas boleh dibaca dalam shalat asalkan ayat al-Qur’an. Tidak ada juga ketentuan bahwa surat al-Ikhlas tidak boleh dibaca beberapa kali dalam satu rakaat.
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an. (QS. Al-Muzammil:20)
Imam masjid Quba selalu membaca surat Al Ikhlas disetiap habis fatihah, ia selalu menyertakan surat Al Ikhlas lalu baru surat lainnya, lalu makmumnya protes, seraya meminta agar ia menghentikan kebiasaanya, namun Imam itu menolak, silahkan pilih imam lain kalau kalian mau, aku akan tetap seperti ini!, maka ketika diadukan pada Rasul saw, maka Rasul saw bertanya mengapa kau berkeras dan menolak permintaan teman temanmu (yg meminta ia tak membaca surat al ikhlas setiap rakaat), dan apa pula yg membuatmu berkeras mendawamkannya setiap rakaat?” ia menjawab : “Aku mencintai surat Al Ikhlas”, maka Rasul saw menjawab : “Cintamu pada surat Al Ikhlas akan membuatmu masuk sorga” (Shahih Bukhari hadits no. 741).
Kesimpulannya, shalat Muthlaq pada malam nisfu Sya’ban secara berjamaah sebanyak 100 rakaat dengan membaca surat al-Ikhlas 10 kali setiap bada Fatihah DIBOLEHKAN. Jangan sampai kita mengharamkan apa yang dihalalkan Allah. Kalau nabi saja tidak boleh apalagi kita. Teknis shalat Nisfu Sya’ban silakan dilihat di tqn-jakarta.org.
HAI NABI, MENGAPA KAMU MENGHARAMKAN APA YANG ALLAH HALALKAN BAGIMU (QS. At-Tahrim:6)
Wallahu a’lam bis shawab. Sumber :www.tqn-jakarta.org

Jumat, 16 Juli 2010

ADAB MURID DI DALAM THORIQOH
Oleh : KH. M .ZEIN ZAINAL ABIDIN BAZUL ASYHAB.

Adab murid dalam thoriqoh sangat banyak di antaranya di sini di sebutkan 24 macam . Diambil 24 karena tabaruk dengan kalimah Laailaha illalloh Muhamad Rosululloh.

01. Murid meyakini Bahwa Gurunya adalah Mursyidnya .
02. Ikatan ruhani .
03. Memperbanyak ibadah .
04. Istiqomah .
05. Mencintai Guru .
06. Cita –cita yang tinggi .
07. Memperbaiki nafsu dari sifat tercela.
08. Melaksanakan syariat.
09. Menjauhi pekerjaan yang tidak bermanfaat .
10. Jangan berdebat.
11. Jangan merasakan telah sampai pada suatu maqom dalam thoriqoh.
12. Meneliti diri sendiri .
13. Giat beramal.
14. Jangan ingin di puji-puji.
15. Sabar dalam segala ujian.
16. Meyakini keadaan tingginya derajat para Wali Allah.
17. Tidak putus asa.
18. Tidak memandang lambat Futuh.
19. Dzikir.
20. Taubat.
21. Tidak banyak membahas Dzat Allah.
22. Teliti / Apik / Wara' .
23. Menambah ilmu .
24. Tidak terbawa oleh orang yang menjelekkan ahli Tasawuf .

Di ambil dari kitab Al Anwaarul Qudsiyyah Al Imam AS Syeikh Abdul Wahhab As Sya'rooni.
Di sampaikan pada acara Penataran mubaligh YSB .PP. Suryalaya
27-30 juni 1996 . M




Manakib bulan Juli 2010
Kita belajar Thoriqoh harus sungguh sungguh ,karena thoriqoh bukan main main atau bercanda ,tetapi jalan untuk wushul kepada Allah,mahabah,dan ma,rifat kepada Allah ,dengan amaliah Dzikir Jahar dan Dzikir Khofi ,Khotaman ,serta Manakiban dengan sungguh sungguh dan istiqomah yang akan membuahkan ahlaqul karimah ,ahlaq terhadap Sang Kholik dan terhadap mahluk ciptaan Nya, itulah inti sari ceramah Hidmah Ilmiah Ustadz Sholeh Maskub dari Jakarta dalam acara manakib di Majlis Dzikir Al Mubarok Kavling Serpong pada malam Senin tanggal 11 Juli 2010 , yang bertepatan dengan malam terkhir bulan Rojab tahun 1431 H ,hadir dalam acara manakiban malam itu antara lain Para sesepuh dan Pengurus Yayasan dari DKI maupun dari Yayasan Tangerang,.
Hadir dalam acara tersebut di antarnya , Bpk H Mursyidi MM ,Bpk Odin Anta Surya,
Bpk Asun Suryadi,beserta rombongan dari Pamulang dan sekitarnya yang di komandani oleh Bpk H Syahidi ,Juga rombongan ikhwan Cisoka Parung Panjang ,serta aktifis Al Mubarok dari wilayah Serpong dan sekitarnya ,yang memang rutin bersama sama melaksanakan manakiban di Majlis Dzikir Al Mubarok ,serta melaksanakan amaliah lainya yang memang di adakan di Majlis tersebut .
Juga hadir Bpk Sutono .S, ikhwan asal Cilacap yang sejak tahun 2004 belajar Dzikir dan sekaligus menjadi kordinator ikhwan di daerah Paku alam dan sekitarnya ,walaupun beliau sendiri rumahnya di Desa Lengkong Wetan tapi tetap semangat dan antusias dalam membina ikhwan ikhwan ,namun baru mengetahui adanya kegiatan di Serpong dengan wasilah bertemu dengan Bpk Odin Anta .
Petugas dalam acara malam itu adalah sebagai berikut :
Imam Sholat oleh K.H Ghozali Muslih dari Sukabumi .
Protokol oleh Bpk Sugandi dari Cipondoh ,Tangerang .
Pembacaan Ayat Suci Al Qur'an oleh Ustadz Ridwansyah dari Sepatan ,Tangerang .
Pembacaan Tanbih Oleh Bpk H Maman Herlan dari Astek Lengkong Gudang .
Tawasul di imami oleh Bpk Odin Anta Surya dari Jakarta .
Pembacaan Mankobah oleh Bpk Tubagus Muhamad Sujana dari Tangerang .
Hidmah ilmiah Oleh Bpk Ustadz Sholeh Maskub dari Jakarta .
Kemudian ditutup dengan pembacaan Sholawat BaniHasyim tiga kali secara bersama sama ,dan di lanjutkan dengan Sholawat Badar sebelum acara selesai dan para ikhwan ada yang pulang dan juga ada yang menginap di Majlis karena mengerjakan tugas lain yaitu membersihkan dan membenahi kembali peralatan yang telah di gunakan .

Rabu, 14 Juli 2010

Perbandingan Tasawuf dan Kebatinan
Rabu, 07 Juli 2010 11:30 Ansori M Nuh

Banyak orang memperbincangkan mengenai kualitas ibadahnya kepada Allah. Karena tata cara kehidupan keseharian, yang membuat ibadah menjadi kurang bermakna, kurang memilki arti dan lebih kepada rutinitas belaka. Sehingga bukannya kebahagiaan yang mereka dapatkan, tetapi kehampaan dalam mengarungi hidup ini.
Ibadah kepada Allah, beribadah juga hanya karena Allah. Mendekatlah kepada Allah, cintailah Allah, jadikanlah Allah tujuan utama dalam kehidupan kita, sehingga rahmat Allah berupa nikmat di dunia dan di akhirat akan turun menghujani kita dengan derasnya. Seperti termaktub dalam surat al-Jin ayat 16 : Artinya: “Dan bahwasanya jika mereka tetap berada dijalan (metode) yang benar, niscaya akan kami turunkan hujan (rahmat) yang lebat (nikmat yang banyak)"
Ayat diatas adalah utamanya dari tasawuf. Suatu kegiatan bersifat spiritual yang selalu berusaha mencari jalan untuk memperoleh kecintaan dan kesempurnaan rohani hanya untuk Allah.
Jadi bila mulanya kita mengenal ibadah yang berkaitan dengan syariat seperti rukun islam atau rukun iman, rukun sholat, batal, halal dan haram, perlu juga ditingkatkan sampai ke hakekat, terus kita merenung (tadabbur) akan kebesaran Allah hingga akhirnya sampilah kita kepada ma’rifat yaitu mengenal Allah hingga timbullah apa yang dinamakan ilmu tasawuf.
Pengertian Tasawuf
Mengenai asal kata tasawuf ini banyak kalangan yang berbeda pendapat. Ada yang bilang berasal dari kata sufah, yang artinya nama surat ijazah orang yang naik haji, bisa juga dari kata kerja safa yang artinya bersih dan suci. Ada juga yang menganggap dari kata sufah, yaitu ruangan dekat masjid Madinah tempat Rasulullah memberikan pelajaran kepada sahabatnya atau diambil dari kata suf yang berarti bulu kambing yang dibuat oleh kaum sufi dari syiria. Memakai suf ini sendiri telah menjadi baju kebesaran orang Kristen sejak nabi Isa As. Tujuannya sendiri menuju kesederhanaan menjauhi dari sikap riya, sehingga akhrnya menjadi kaum sufi yang mempelajarai ilmu tasawuf.
Makna Tasawuf
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa makna tasawuf yaitu mencari jalan untuk menuju kesempurnaan dalam mencintai Allah dan memperoleh rohani yang bersih hanya kepada Allah.
Pada mulanya kaum sufi ini juga memiliki kecintaan terhadap dunia, tetapi seiring dengan meningkatnya kesufian mereka, maka berangsur-angsur kecintaan dan kelezatan dunia semakin menyusut dan rohani semata. Yang mana kelezatan ini hanya dapat dirasakan dengan perasaan yang halus, dunia yang ghaib yang bersatu dengan arti cinta dan keagungan.Tasawuf berpindah dari alam kebendaan menuju alam rohani yang tiada batasnya.
Tujuan Tasawuf
Menurut Imam Al Ghozali ilmu tasawuf adalah tuntunan yang dapat menyampaikan manusaia mengenal Tuhan dengan sebenar-benarnya, atau disebut ma’rifat. Oleh karena itu tujuan ilmu tasawuf tidak lain membawa manusia setingkat demi setingkat kepada Tuhannya. Sehingga tujuan hidup di dunia dan di akhirat nanti dapat tercapai.
Tujuan akhir kehidupan didunia adalah agar segala doa dan keinginan kita mudah terkabul. Sedang tujuan akhir diakhirat yaitu agar dapat bertemu dengan Allah dalam gemilang nikmat kebesaran-Nya.
Pengertian Ilmu
Dalam mempelajari ilmu terdapat dua pengetahuan, yaitu yang pertama ilmu mukhasyafah, yaitu ilmu untuk membuka tabir hubungan manusia dengan Allah (Khablum min Allah). Yang kedua ilmu Mu’amalah yaitu ilmu untuk diamalkan dalam hubungan manusia dengan manusia (khablum min Annas).
Ajaran ilmu berdasarkan kesufian adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah untuk mendapatkan jalan atau tarekat kepada Allah. Jalannya yatu dengan mujahadah, riyadhah , membersihkan hati, mengosongkan diri dari segala yang berkaitan dengan duniawi.
Ilmu Tasawuf ini terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Ilmu Syariat
Ilmu yang memperhatikan peraturan-peraturan agama yang diturunkan Tuhan kepada Nabi-Nya. Sedang ilmu syariat menurut orang sufi yaitu meninjau lebih dalam hukum-hukum syariat itu seakan membuat lebih mesra kepada hati dan jiwa seseorang sehingga seringkali dianggap menyimpang dari hukum-hukum fiqih tertentu.
2. Ilmu Tariqat
Jalan untuk mencapai tujuan kepada Tuhannya, orang yang melakukannya disebut salik. Tujuan dari tariqat adalah mempertebal iman para pengikutnya, sehinga tidak ada yang dicintai selain Allah. Untuk mencapai hal tersebut manusia harus menjalankan perilaku seperti:
a. Ikhlas: Bersih segala amal dan niatnya dalam mengerjakan pekerjaan maupun ibadah, hanya mengharap keridhoan dari Allah semata.
b. Muraqabah: Merasa dekat dengan Allah, sehinga gerak geriknya merasa selalu diawasi Allah.
c. Muhasabah: Selalu memperhitungkan untung ruginya amal perbuatan dengan selalu menambah kebajikan
d. Tajarrud: Melepaskan diri dari segala ikatan yang menghalangi dirinya menuju jalan dalam mencapai cita-citanya kepada Allah, dengan tetap memperhatikan syariat yang ada.
Guru yang memberi petunjuk dinamakan syekh atau mursyid, ia memberikan lathan-latihan dzikir/wirid (riadah), lebih banyak menyendiri (Khalwat), sehingga menetapkan ingatanya hanya kepada Allah (Tawajuh).
Sedangkan pengkutnya dinamakan murid yang dibaiat oleh mursyid untuk bersumpah setia untuk menjaga diri dari segala perbuatan maksiat (melakukan taubat).
Sedangkan cara dzikir para sufi meliputi:
a. Dzikir lisan: melafadzkan kalimat “Laa ilaa ha ilallah”
b. Dzikir qalbi: dzikir yang diucapkan dalam hati, tetapi lidah tetap bergetar dengan melafadzkan kata “Allah…Allah…Allah” dalam hati.
c. Dzikir Sirri: Yang diingat secara rahasia dan dilafadzkan secara halus dan pelan, yaitu lafadz: ”Huwa”
3. Ilmu Hakikat
Adalah ilmu untuk mencari kebenaran. Apabla kita sudah sampai pada tahap ini, maka hatinya hanya terpaku kepada Allah, walaupun diberi segala macam cobaan.
Jika sampai tahap ini sudah haqqul yaqin , maka akan terbuka hijab ( Kasyful mahjub), biasanya pada tahapan ini ada laku yang harus dijalankan atau suluk. Dimana pada akhir lakunya tesebut akan menemukan hakikat.
Apa yang ada di dunia hanya sementara, manusia dan benda sekelilingnya tidak ada (ada) dan akhirnya akan lenyap (fana). Dan apabila dilakukan terus menerus maka akan terbuka rahasia yang menyelubungi manusia dengan Tuhannya atau biasanya disebut kasyaf.
4. Ilmu Ma’rifat
Arti ma’rifat adalah pengetahan untuk mengetahui segala sesuatu dengan seyakin-yakinnya, atau mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Untuk mencapai hal ini dilakukan dengan jalan tafakur (merenungkan kebesaran Allah). Ilmu ma’rifat sendiri dapat dicapai dengan dua cara, yaitu:
a. Ilmu adna, yang didapat dengan cara mempelajari dan usaha, memaca dan belajar.
b. Ilmu laduni, ilmu yang berasal dari Allah, Ilmu ini diberikan oleh Allah kepada siapa saja yang dikehendaki. Hal ini didapat karena ke taqwaan dan keshalihan seseorang dan memiliki nilai kesufian.
Nilai kesufian ini disebut maqamat, yang meliputi:
a. Takhalli: membersihkan diri dari sifat kasar dan kotor.
b. Tahalli: Mengisi dengan sifat-sifat cara hidup yang sufi dan penuh dengan kemurnian hanya karena Allah.
c. Tajalli: Tempat yang nyata dimana ia melihat dan mampu memohon segala yang besifat ajaib karena kehendak Allah, termasuk rahasia Allah.
Tingkatan Manusia Menurut Ilmu Tasawuf
Ma’rifat itu datangnya dari dua jurusan, yang pertama berdasar Ainur Juud atau mata kemurahan, ini murni kehendak Allah, dan Badzlul Majhud, ini karena riyadoh atau ikhtiar kita dengan daya upaya manusia.
Sedangkan tingkatan (maqom) manusia untuk sampai kepada Ma’rifat seperti yang tercantum dalam kitab Hilyatul Auliya adalah sebagai berikut:
1. Bertaubat (At-Taubah)
2. Takut (Al-Khauf)
3. Harapan (Ar-Rojaa)
4. Orang – orang yang saleh (Ash-Solihin)
5. Para yang berhasrat dan penempuh (Al-Muridin)
6. Selalu taat (Al-Muthiin)
7. Para pecinta (Al-Muhibbin)
8. Yang selalu merindukan (Al-Musytaqin)
9. Para Wali atau kekasih (Al-Auliya)
10. Yang paling dekat (Al-Muqorrobin)
Perbandingan Tasawuf dan Kebatinan
Tasawuf bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits, walaupun bermacam-macam jalan satu sama lain yang berbeda (maksudnya disini adalah hanya pada tata cara yang ditentukan oleh gurunya).
Sedangkan kebatinan tidak mempunyai keseregaman dalam sumber, sebab ada yang bersumber dari agama Islam, agama Hindu, Budha dan ada juga yang bersumber dari singkritisme (campuran) dari ketiga agama yaitu islam, Kristen dan budha.
Perbandingan Tujuan antara tasawuf dan Kebatinan
Tasawuf bertujuan:
1. Membersihkan jiwa dari sifat tercela dan menghiasinya dengan sifat terpuji.
2. Tekun beribadah, bertaqorub, tafakur dan dzikir kepada Allah untuk mencapai manusia soleh yang diridhoi Allah.
3. Mendapat ketenangan hati dengan cara musyahadah, ma’rifat billah dan selamat di dunia sampai akhirat, mendapat balasan surga tempat yang nikmat dan abadi.
Sedangkan kebatinan tujuannya adalah:
1. Berusaha hidup sempurna dan bahagia lahir bathin dengan membangun budi pekerti yang luhur.
2. Mensucikan jiwa dan menanamkan rasa cinta kasih
3. Hidup damai serta gotog royong untuk kesejahteraan umat demi tercapainya kesempurnaan bathin.
Dari tujuan diatas dapat disimpulkan perbedaan dari keduanya adalah sebagai berikut: Bagi orang tasawuf tekanannya pada kebahagian kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat (sebab akhirat sebagai kehidupan yang abadi, kekal) Sedangkan orang kebathinan hanya menekankan hidup sempurna, bahagia lahir dan bathin di dunia saja.
Kandungan Ajaran Tasawuf
Ajaran tasawuf bila kita perhatkan secara seksama maka akan dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Methafiska, ilmu diluar alam dunia atau alam ghaib yang bersumber pada keimanan kita terhadap Allah. Iman kepada Allah merupakan nikmat yang paling indah, begitu juga akhirat yang akhirnya membawa nikmat dalam menjalankan ibadah. Dan iman akan adanya surga akan membuat kita selalu berusaha untuk mendapatkannya dengan jalan Allah, dan mengingat neraka akan membuat kita takut dan akan selalu mencegah diri kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang akan mengarah kepada maksiat.
2. Ethika, Mempelajari akhlak yang baik kepada manusia maupun kepada Allah, seperti dalam hadits disebutkan “ Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya”.
3. Psycologia, Introspeksi pada diri sendiri, untuk mengenal Allah mari kita ajukan beberapa pertanyan kepada diri sendiri:
o Siapakah saya?
Saya adalah makhluk ciptaan Allah, tidak mungkin semua ini ada tanpa ada yang menciptakan.
o Darimanakah asalnya?
Pertama kali Adam diciptakan dari tanah, kemudaian anak cucunya dengan perantaan manusia maka jadilah manusia-manusia lain.
o Apakah Tugas Manusia?
Tugas manusia adalah beribadah kepada Alah, berbakti kepada bangsa dan Negara demi tercapainya masyarakat yang adul dan makmur, aman dan sentosa yang diridhoi Allah SWT.
o Akan Kemanakh Akhirnya?
Setiap yang berjiwa akan merasakan mati, matinya kita tidak akan membawa apa-apa dari kehidupan di dunia ini selain pahala kebaikan yang kita kumpulkan dalam bentuk amal soleh dan keimanan kita kepada Allah.
4. Esthetika, Keindahan pada jiwa seseorang akan berpuncak pada mahabbah (cinta), Orang akan merasa tenang hatinya, tidak ada pikiran kotor dan buruk dalam bathinnya, sehingga hati bersih kemilau memancar menghadap Allah dan orang disekitarnyapun turut merasakan ketenangan. Jalan untuk mencapai ini dengan cara tafakur kepada Alah,merenungkan segala ciptaanNya, sehinga timbullah rasa cinta terhadap seluruh ciptaan Allah.
Kandungan Ajaran Kebathinan
Yang dimaksud dengan kebathinan adalah kepercayaan rakyat Indonesia yang tidak termasuk dalam aliran agama yang diakui seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.
Sekedar untuk pengetahuan, beberapa aliran kebathinan yang penulis ketahui diantaraya:
1. Ngelmu Bejo; Banyak tersebar disekitar Jogjakarta, ilmu-ulmunya biasa disebut dengan ngelmu Mulur Mungkret , ini adalah hasil ciptaan Ki Ageng Suryomataram, dimana ajarannya adalah bahwa manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan, bumi, api dan lain-lain berasal dari Jladren (benda Asli, tejadi begitu saja) tanpa ada yang menciptakan. Aliran ini bisa dikatagorikan sebagai aliran atheisme atau materialisme.
2. Pembuka Das Songo ; Bersumber pada ajaran mistik. Pimpinanya Nyai Harjosentoso yang mengajarkan pentingya untuk menjaga lubang 9 (2 mata, 2 lubang hidung, 2 lubang telinga, lubang kemaluan dan dubur, 1 lubang mulut). Aliran ini banyak beredar disekitar Semarang sampai pesisir Jawa Timur.
3. Ilmu Sejati; Aliran kebathinan ini berasal dari daerah Sukorejo, diciptakan oleh R. Prawirosoedarso, ini merupakan ajaran mistik tanpa membedakan agama dan golongan, ajarannya bersumber dari agama Islam, Kristen dan Budha.
4. Imam Mahdi; Golongan mistik yang mendasarkan ilmunya pada Islam. Pimpinannya bernama Ahdi dari Tasikmalaya, bertujuan pada perikemansiaan, Ketuhanan Yang Maha Esa, Gotong Royong, Kejujuran dan Kerukunan. Ajarannya yang cukup unik yaitu ketika membaca Al-fatihah hanya sampai pada “ Ihdinas Shirotol Mustaqiem” sedangkan ayat selanjutnya dihilangkan karena takut di “Ghoiril” (disembelih). Kemudian menurut mereka setiap orang mempunyai nabi sendiri-sendiri yang berjumlah 25.
Sedangkan ajaran Kebathinan itu sendiri pada umumnya mengandung empat unsur, yaitu:
1. Science Occultes atau ilmu ghaib; ilmu rahasia yang diajarkan tanpa memiliki dasar yang jelas, dengan perantara alamat khusus yang juga sangat rahasia, bias any dibagi 2 yaitu : Physical ; kemampuan menggerakan benda oleh kekatan ajaib yang tidak dikenal dan Mental ; yaiytu kenyataan-enyatan yang dieroleh orang tanpa melalui saluran panca indera.
2. Union Mistique; Bersatunya manusia denga Tuhan. Dalam bahasa jawa disebut “Manunggaling Kawula lan Gusti” . Dilambangkan dengan Curigo Manjin Warogko lan Warongko Manjing ing Curigo (Artinya; keris masuk kedala rangka dan rangka masuk kedalam keris). Dalam istilah tasawuf disebut Hulul atau ittihad atau wahdatul wujud yang dibawakan oleh ajara al-Hallaj yang intinya adalah ‘anaa al haq” artnya adlah saya adalah Tuhan al- Haq. Pendirinya adalah Abul Muughis Husain al Mansur al-Hallaj. Beliau juga pernah berata “ wamaa fie jubbatie illallah”. Aliran ini juga pernah masuk ke Indonesia yang dibawa oleh syekh Siti Jenar, yang pada akhirnya dtumpas oleh Dewan Wali (wali songo) pada masa pemerintahan Raden Fatah di Mataram, karena dianggap sesat.
3. Methafisic: Disebut sangkan paranng dumadi suatu filsafat tentang alam wujud, darimanakah wjud itu datang dan kemana wujud itu pergi. Ajaran ini banyak diajarkan di padepokan persilatan di Jawa Tengah, diamana seakan-akan dunia ini tetap ada tanpa ada akhir maupun balasan.
4. Ethic atau Budi Luhur; Dalam aliran kebhatinan disebut “Memayu hayuning bawana langgeng” Artinya membentuk dunia yang indah dan abadi.
Tujuan Ilmu Kebathinan
Berbeda dengan tasawuf dalam konteks thoriqat, dimana banyak jalan dalam aturan atau metode untuk mendekat kepada Allah, tetapi tujuan akhrnya hanya satu yaitu mencapai ma’rifat billah atau menjad manusia sempurna yang diridho Allah SWT dan bersumber dari sumber yang sama yaitu al Qur’an dan Hadits Nabi. Sedangkan kebathinan sumbernya berbeda-beda, ada yang dari Islam tetapi tidak menjalankan syariatnya, ada juga yang bersumber dari agama Kristen dan Budha.
Dari beberapa aliran kebatinan yang ada, dapat diambil beberapa inti ajarannya yaitu:
1. Berusaha untuk mencapai hidup sempurna dan bahagia lahir dan bathin.
2. Menanamkan rasa cinta kasih sesama demi tercapainya kesejahteran umat.
3. Membangun budi pekerti luhur dan jiwa yang suci murni.
4. Mencapai keadaan yang termulia dalam hidupnya di dunia ini.
Sekedar contoh ajaran tasawuf yang diajarkan dalam thoriqat Qadariyah wa Naqsabandiyah dari Syaikhuna Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin (Abah Anom ) Tasikmalaya adalah adanya beberapa dzikir yang harus dijalankan oleh muridnya diantaranya:
1. Dzikir Harian; Yaitu dzikir yang dilakukan setiap habis sholat fardu, yg dimulai dengan tawasul terlebih dahulu kepada Nabi dan guru-guru thariqat dan dilanjutkan dengan dzikir jahr “Laa ilaha illa Allah“ sebanyak 165 kali.
2. Dzikir Mingguan; atau sering disebut dengan khataman, Dzikir ini biasanya dilakukan berjamaah di majlis-majlis dzikir yang tersebar diberbagai tempat. Dan apabila jauh dari majlis dzikir maka boleh dilakukan secara sendiri.
3. Dzikir Bulanan; Atau disebut dengan Manaqib. Manaqib ini hanya boleh dilakukan secara berjamaah dan biasanya dilaksanakan ditempat-tempat tertentu yang sudah mampu memangku manaqib.
Demikian tulisan sigkat ini kami sajikan sebagai bahan sharing, dalam rangka watawashaw bil haqi watawashaw bis shobri.
Sumber :www.tqn-jakarta.org

Selasa, 06 Juli 2010


Manakib Juni 2010
"Umat Islam saat ini butuh penggerak Pengamalan Rukun Islam dengan sungguh sungguh "begitulah inti ceramah K.H Zein Zaenal Abidin Bazul Azhab ,yang kita kenal dengan panggilan Ajengan Jejen ,dalam ceramah manakib di Majlis Dzikir Al Mubarok Kavling Serpong yang dilaksanakan pada malam Senin tgl 13 Juni 2010 .
Kegiatan rutin di Majlis Dzikir Al Mubarok adalah manakib yang di laksanakan tiap malam senin ke tiga setelah manakib di Pondok Pesantren Suryalaya .
Selain manakib ada juga acara khotaman dan kajian tasauf di adakan setiap malam Jum'at ,juga khotaman full serta sholawatan Bani Hasyim setiap malam selasa .
Manakib kali ini bertepatan dengan malam satu Rojab,setelah dzikir dan solat ba'diyah maghrib di lanjutkan solat sunah awal Rojab yang di imami oleh Ustadz Lukman dari Jakarta .Acara manakib sampai jam 12 malam ,tapi para ikhwan tetap hidmat mengikuti ceramah Ajengan Jejen yang dengan gayanya yang has mampu mengajak para mustami'
Untuk mengamalkan dengan sungguh sungguh rukun Islam .
Dalam acara manakib hadir aktifis aktifis Al Mubarok ,juga ikhwan dan akhwat dari Mushola Nurul Hikmah Jakarta yang di komandani oleh Khoeruman ,ikhwan dari Cisoka di komandani oleh Diyono ,dari Pengurus YSB Tangerang juga ikhwan ikhwan sekitar serpong yang tidak bisa disebut satu persatu .
Petugas pada kali ini adalah sbb: Imam oleh Ustadz Lukman , Protokol oleh Bpk Sugandi , Pembacaan Ayat suci Alqur'An oleh Ustadz Ridwansyah , Tanbih oleh Bpk Asun Suryadi , Tawasul oleh Ustadz Sholeh Maskub ,
Mankobah oleh Bpk H Mursyidi dan penceramah oleh K.H Zein Zaenal Abidin Bahzul Azhab (Ajengan Jejen )
Video shoting oleh : PT Panorama Production
Masjid Nurul Ulum - Pebruari 2009
KH. ZEZEN ZAENAL ABIDIN BAZUL ASYHAB

Seseorang baru tahu bahwa orang lain telah menghargai dirinya tapi dirinya belum tahu cara menghargai orang lain. Lalu bagaimana caranya kita bisa menghargai orang lain?. Cari kelemahan kita dari orng lain dan cari kelebihan orang lain daripada kita, baru kita bisa menghormati dan menghargai orang lain..
Tidak ada orang yang tidak sengaja dibuat oleh Alloh tapi semuanya manusia diciptakan oleh Alloh dengan mengemban satu tugas yaitu beribadah, "wama kholaqtul jinna wal ingsa illa liya'budun". taqwa dengan sebenar-benarnya taqwa. yang sudah iman laksanakan taqwanya yang belum iman harus iman dulu..
Semua manusia bertugas untuk taqwa dan ibadah. Tetapi untuk mengerjakan ibadah itu banyak halangannya banyak gangguannya. Penghalang ibadah menurut Imam Al-Ghozali ada empat yaitu :
1. Diri Sendiri (nafsu).
2. Kebendaan, bukan bendanya, kalau bendanya disuruh oleh Alloh untuk ibadah tetapi yang menggunakan benda itu yang tidak bisa menggunakannya untuk ibadah. Kita sedang di kantor, sedang bekerja, rapat, atau yang lainnya, kita sedang mencuci mobil, mencuci motor, sedang mengurus ini mengurus itu, tetapi ketika itu terdengar suara adzan tapi kita tidak segera meninggalkan pekerjaan tersebut untuk melaksanakan ibadah maka kita belum mampu untuk melaksanakan kewajiban kita sebagai manusia yaitu ibadah.
3. Sesama manusia (istri, suami, orang tua, mertua, anak, saudara, teman, majikan dan lain sebagainya). Kalau kita belum bisa mengalahkan mereka hanya untuk beribadah kepada Alloh maka kita belum bisa melaksanakan kewajiban kita sebagai manusia yaitu beribadah.
4. Syetan.
.
Bagaimana caranya kita melawan penghalang-penghalang tersebut? Apakah nafsu dapat dilawan dengan pidato? Siapa yang bisa melawan nafsu dan syetan? Hanya Alloh yang bisa melawan penghalang-penghalang itu, karena Alloh yang menciptakan mereka. Selanjutnya bagaimana caranya supaya kita mendekati Alloh yang akhirnya supaya Alloh bisa membantu kita melawan nafsu, kebendaan, sesama makhluk, dan syetan. Menurut Al-Quran dan hadits rasul untuk mendekatkan diri pada Alloh hanya dengan dzikir..
Sumber :www.suryalaya.org
Makhluk Asing” Bernama Tarekat
Senin, 05 Juli 2010 10:24 Ahmad Saleh Sugiyono
Sedikit sekali orang yang mengetahui tentng hubungan antara tarekat dengan ajaran Islam pada umumnya. Malah banyak sekali orang yang menyangka bahwa tarekat itu bukan ajaran dari Islam, maka tidaklah heran banyak kalangan atau aliran/organisasi Islam yang menentang keberadaan tarekat bahkan menganggapnya bahwa ajaran tarekat itu sesuatu yang diciptakan oleh orang di luar Islam.
Studi dan penelitian tentang tarekat belum banyak dilakukan oleh kalangan ilmuwan dan peneliti. Padahal tarekat mempunyai relevansi dan kaitan erat dengan kesadaran dan gerakan keagamaan di kalangan rakyat. Tarekat Qodiriyah, misalnya merupakan aliran tarekat yang berpengaruh dan banyak pengikutnya di Indonesia. Aliran tarekat ini mempunyai peranan yang sangat besar dalam perjuangan kemerdekaan seperti perlawanan para petani di Banten, dan perjuangan melawan pemerintahan kolonial di zaman revolusi fisik.
Memang terasa ‘asing’ dan langka karena bagi orang yang belum mengetahui tarekat secara benar akan mengatakan bahwa ajaran tarekat penuh dengan bid’ah dan dibuat-buat, akan tetapi andai saja kita mau menelusuri ajaran Islam secara kaffah/menyeluruh maka tidak akan muncul paradigma yang negatif terhadap tarekat. Akibat muncul paradigma yang negatif terhadap tarekat maka tak menutup kemungkinan suatu aktifitas yang sebenarnya identik dengan pengamalan ajaran tarekat disikapi dengan penuh curiga dan bila perlu diberi stempel sesat dan menyesatkan. Mengapa bisa terjadi demikian? Jawabannya adalah sebagai berikut:
1. Mungkin karena aliran tarekat jarang dipublikasikan ke masyarakat.
2. Tokoh-tokoh tarekat yang masih hidup juga sangat jarang dan sedikit.
3. Keberadaan tarekat bukanlah berbentuk seperti organisasi Islam seperti Nahdhotul ‘Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
4. Pengikut tarekat tidak memiliki kartu tanda anggota atau berbagai trade mark formal organisasi kemasyarakatan yang mudah diketahui umum.
5. Adanya pernyataan tokoh masyarakat/ulama yang melarang mengikuti ajaran tarekat.
Demikian pula, seseorang atau beberapa tamu pondok pesantren Suryalaya, misalnya suatu saat di kampung halamannya berpeluang mengamalkan ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah tanpa harus “memproklamirkan” secara formal terlebih dahulu apa yang diperbuatnya ke seantero kampung. Tindak lanjutnya adalah bagaimana orang yang mengamalkan tarekat itu, bila mungkin menginformasikan ke lingkungan, serta bagaimana pula masyarakat dan pihak terkait sekitarnya mencari tahu secara persuasif perihal aliran tarekat tersebut. Tarekat itu makhluk apa???
Literatur yang membahas aliran tarekat ternyata memang jarang, tak sebanyak literatur pelajaran ekonomi, komputer, perbankan dan lain sebagainya. Bila ditanya dimanakah praktek aliran tarekat dapat dijumpai? Umumnya mereka menunjuk sebuah daerah di Kabupaten Tasikmalaya, yakni sebuah pesantren yang bernama Suryalaya dengan Tarekatnya Qodiriyah wa Naqsyabandiyah dengan dipimpin oleh seorang mursyid Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin RA. Sebagian masyarakat lebih mengenal pondok pesantren Suryalaya sebagai tempat rehabilitasi korban narkotika daripada ajaran tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyahnya. Memang, pesantren Suryalaya memiliki sejumlah Pondok Inabah yang berfungsi sebagai pusat rehabilitasi penyalahgunaan narkotika dengan keagamaan (tasawuf).
Tentunya ada orang Islam yang belum mengerti atau tidak mengerti tentang ilmu Tasawuf, mereka mengejek dan mempertanyakan kenapa mesti ada ilmu Tarekat? Kalau saja orang yang bertanya demikian mau membuka Al-Qur’an surat Jin ayat 16 maka tidak akan muncul pertanyaan demikian, karena di dalam surat tersebut tertera kata-kata tarekat, yang isinya adalah “Jika mereka itu lurus berjalan di atas jalan yang benar (bertarekat), niscaya Allah akan curahkan kepadanya tetesan air yang sejuk ( berfaedah ).
Mengapa orang Bertarekat?
Pertanyaan ini sama halnya dengan mengapa orang menganut mazhab dalam fiqih? Misalnya mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali dan lain-lain. Semua orang pasti bermazhab walaupun ada orang yang mengaku bahwa dirinya tidak bermazhab. Hal ini tidak mungkin terjadi kalau ada orang yang mengaku tidak bermazhab, minimal dia mengikuti mazhab dirinya sendiri. Orang di dalam beragama perlu yang namanya mazhab, karena orang perlu berjalan menuju sesuatu. Agar amal lahiriah dilakukan dengan baik dan benar, maka orang harus mengikuti jalan tertentu, jalan itulah mazhabnya. Kalau di dalam ilmu fiqih ada mazhab imam Syafi’i, imam Maliki, imam Hanafi dan imam Hambali, kemudian di dalam ilmu Tauhid ada mazhab yang dikenal dengan aliran Khowarij, Qodariyah, Jabariyah, Asy-‘Ariyah, Syiah, Mujasimah, Wahabiyah dan lain-lain. Begitu juga di dalam ilmu Tasawuf ada mazhabnya yang dikenal dengan sebutan Tarekat. Nah, di dalam Tarekat ini bermacam-macam tarekat, diantara tarekat yang mencapai mu’tabaroh ada 41 macam yang diakui kemu’tabarohannya dibawah naungan JATMAN (Jamaah Ahli Toriqoh Mu’tabaroh An-Nahdiyyah) yang dipimpin oleh Habib Lutfi bin Yahya. Diantara tarekat yang Mu’tabaroh adalah Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya yang dipimpin oleh seorang mursyid Kamil Mukamil yaitu Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin RA. Terdapat berbagai macam jawaban yang sama dapat diberikan kepada pertanyaan, mengapa orang bertarekat? Tarekat itu sendiri adalah jalan menuju Tuhan, orang bertarekat karena ingin mendekatkan diri kepada Tuhan, ingin mengenal Tuhan lebih dekat lagi, ingin bercengkrama dengan Tuhan dan lain-lain. Untuk mencapai tujuan tersebut maka seseorang mesti menempuh suatu jalan dan jalan untuk mendekat kepada Tuhan dengan sedekat-dekatnya adalah Tarekat.
Demikianlah tulisan yang dapat saya sampaikan mohon maaf apabila ada kekeliruan. Wassalamu’alaikum wb.wb.
(edited by han)
Sumber :www.tqn-jqkqrta .org