"Migunani Marang liyan,Ora Gawe Kapitunaning Liyan,Marsudi Luhur Ing jiwo"

Senin, 23 Juli 2012

Puasa Sufi Imam Al-Ghazaly


Sesungguhnya ada tiga tingkatan puasa: biasa, khusus dan sangat khusus.

Puasa biasa, maksudnya adalah menahan diri terhadap makan, minum dan hubungan biologis antara suami istri dalam jangka waktu tertentu.

Puasa khusus, maksudnya adalah menjaga telinga, mata, lidah, tangan serta kaki dan juga anggota badan lainnya dari berbuat dosa.

Sedang puasa yang sangat khusus, maksudnya adalah puasa hati dengan mencegahnya dari memikirkan perkara perkara yang hina dan duniawi, yang ada hanyalah mengingat Allah swt. dan akhirat. Jenis puasa demikian dianggap batal bila sampai mengingat perkara perkara duniawi selain Allah dan tidak untuk akhirat. Puasa yang dilakukan dengan mengingat perkara perkara duniawi adalah batal, kecuali mendorong ke arah pemahaman agama, karena ini merupakan tanda ingat pada akhirat, dan tidak termasuk pada yang bersifat duniawi.

Jumat, 20 Juli 2012

Hati Kotor Cenderung Mengikuti Syaithon


KH. M. Aly Bahruddin

Mursyid TQN Pasuruan Jawa Timur

Konon, para ulama dan kiai di masa lalu (salaf) bersikap waro’, sangat berhati-hati terhadap harta, sandang, pakaian, apalagi makanan yang tidak jelas status kehalalannya. Mereka tidak serta-merta memanfaatkan atau memakannya. Jelas-jelas menghindari terhadap apa-apa yang syubhat (tidak jelas halal haramnya). Sehingga mereka memiliki hati yang bersih dan jernih, yang mengantarkan kedekatannya kepada Allah swt. Ditambah dengan ilmu agama yang dalam menjadikan para ulama dan kiai tersebut memiliki karomah, khikmah, wibawa, kekuatan spiritual yang dahsyat, kedigdayaan dan kesaktian yang tangguh, serta doanya mudah dikabulkan oleh Yang Maha Esa.

Maka tidak heran, jika di masa perjuangan kemerdekaan para ulama dan kiai sangat berjasa dalam memerdekan bangsa Indonesia ini, sampai penjajah Inggris, Portugis, Belanda, dan Jepang harus meninggalkan bumi Indonesia tercinta ini. Tapi, mengapa kini makin banyak ulama dan banyak pula orang pintar justru bangsa ini masih terpuruk? Semua ini bersumber dari hati yang kotor. Kotor oleh apa-apa yang diharamkan Allah swt, di mana kehidupannya cenderung mengikuti syetan dan menghalalkan segala cara.

Rabu, 18 Juli 2012

1. Mengapa Dinamakan Zakat Fitrah?
Zakat fitrah hanya istilah kita saja orang Indonesia, adapun sebenarnya dalam bahasa Arab namanya bukan zakat fitrah tetapi zakat fithri (زكاة الفطر) yangmana al-fithru itu artinya adalah berbuka. Jadi zakat fithri maksudnya adalah zakat berbuka, yaitu berbukanya para hamba daripada puasa selama satu bulan Ramadhan. Berbukanya bukan dengan memakan kurma tetapi dengan membayar zakat. Sebagaimana berbuka pada sore hari adalah penyempurna ibadah puasa selama sehari begitu pula berbuka pada akhir Ramadhan adalah penyempurna ibadah puasa Ramadhan. 
 Makanya Ibnu Umar menyambungkan kata “min ramadhan” pada perkataannya: “Faradha zakat al-fithri”, sebagaimana dalam hadits beliau:
فرض زكاة الفطر من رمضان
 “…Rasulullah mewajibkan “zakat berbuka” daripada Ramadhan…” (HR. Muslim)[1]

Kamis, 12 Juli 2012

Biografi Sunan Kalijogo
Sunan Kalijaga adalah ulama yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Beliau adalah legenda nyata dari tumbuh dan berkembangnya Islam di Pulau Jawa.

Sayangnya, namanya sering dikaitkan dengan mistisme Jawa alias Kejawen. Benarkan ‘Kejawenisme’ merupakan buah pemikiran Sunan Kalijaga? Siapakah Sunan Kalijaga? Dari mana nama ‘Kalijaga’ berasal? Mari kita bangun perspektif yang benar tentang sosok ini.

Ada beragam versi tentang nama asli Kalijaga. Sejumlah sumber mengatakan bahwa nama asli Sunan Kalijaga ialah ‘Lokajaya’. Sumber lain ada yang menyebut bahwa nama aslinya ‘Raden Abdurrahman’ atau ada juga yang mengatakan bahwa namanya ialah ‘Raden Joko Said’ atau ‘Raden Jaka Syahid’. Pendapat yang terakhir merupakan riwayat yang paling mashyur. Nama Raden Joko Said ialah nama yang dikenal secara turun-temurun oleh para penduduk Tuban hingga masa kini.

Senin, 02 Juli 2012

SILSILAH MUALLIF SHALAWAT WAHIDIYAH
KH. Abdul Madjid QS. Wa RA sebagaimana tertulis pada bagan silsilah termasuk keturunan Rasulullah SAW dari Sayyidina Hasan RA pada urutan ke-32 yaitu :
  1. Nabi Muhammad SAW.
  2. Sayyidah Fatimah RA dan Sayyidina Ali RA.
  3. Sayyidina Hasan RA.
  4. Abdullah Ash-Shadiq.
  5. Alwi.
  6. Muhammad Abdullah.
  7. Ahmad Abdullah.
  8. Hafid Albas.