"Migunani Marang liyan,Ora Gawe Kapitunaning Liyan,Marsudi Luhur Ing jiwo"

Senin, 30 Agustus 2010


Bahasa Geram

Oleh: KH. Dr. A. Mustofa Bisri, 18 Juni 2010 14:00:10

Bangsa ini sedang terserang virus apa sebenarnya? Apakah hanya karena panas global? Di rumah, di jalanan, di lapangan bola, di gedung dapur, bahkan di tempat-tempat ibadah, kita menyaksikan saja orang yang marah-marah. Tidak hanya laku dan tindakan, ujaran dan kata-kata pun seolah-olah dipilih yang kasar dan menusuk. Seolah-olah di negeri ini tidak lagi ada ruang untuk kesantunan pergaulan. Pers pun –apalagi teve--tampaknya suka dengan berita dan tayangan-tayangan kemarahan.
Lihatlah “bahasa” orang-orang terhormat di forum-forum terhormat itu dan banding-sandingkan dengan tingkah laku umumnya para demonstran di jalanan. Seolah-olah ada “kejumbuhani” pemahaman antara para “pembawa aspirasi” gedongan dan “pembawa aspirasi” jalanan tentang “demokrasi”. Demokrasi yang–setelah euforia reformasi--dipahami sebagai sesuatu tatanan yang mesti bermuatan kekasaran dan kemarahan.

Yang lebih musykil lagi “bahasa kemarahan” ini juga sudah seperti tren pula di kalangan intelektual dan agamawan. Khotbah-khotbah keagamaan, ceramah-ceramah dan makalah-makalah ilmiah dirasa kurang afdol bila tidak disertai dengan dan disarati oleh nada geram dan murka. Seolah-olah tanpa gelegak kemarahan dan tusuk sana tusuk sini bukanlah khotbah dan makalah sejati.

Khususnya di ibu kota dan kota-kota besar lainnya, di hari Jumat, misalnya, Anda akan sangat mudah menyaksikan dan mendengarkan khotbah “ustadz” yang dengan kebencian luar biasa menghujat pihak-pihak tertentu yang tidak sealiran atau sepaham dengannya. Nuansa nafsu atau keangkuhan “Orang Pintar Baru” (OPB) lebih kental terasa dari pada semangat dan ruh nasihat keagamaan dan ishlah.

Kegenitan para ustadz OPB yang umumnya dari perkotaan itu seiiring dengan munculnya banyak buku, majalah, brosur dan selebaran yang “mengajarkan” kegeraman atas nama amar makruf nahi munkar atau atas nama pemurnian syariat Islam. Penulis-penulisnya–yang agaknya juga OPB—di samping silau dengan paham-paham dari luar, boleh jadi juga akibat terlalu tinggi menghargai diri sendiri dan terlalu kagum dengan “pengetahuan baru”-nya. Lalu menganggap apa yang dikemukakannya merupakan pendapatnya dan pendapatnya adalah kebenaran sejati satu-satunya. Pendapat-pendapat lain yang berbeda pasti salah. Dan yang salah pasti jahanam.

Dari bacaan-bacaan, ceramah-ceramah, khotbah-khotbah dan ujaran-ujaran lain yang bernada geram dan menghujat sana-sani tersebut pada gilirannya menjalar-tularkan bahasa tengik itu kemana-mana; termasuk ke media komunikasi internet dan handphone. Lihatlah dan bacalah apa yang ditulis orang di ruang-ruang yang khusus disediakan untuk mengomentari suatu berita atau pendapat di “dunia maya” atau sms-sms yang ditulis oleh anonim itu.

Kita boleh beranalisis bahwa fenomena yang bertentangan dengan slogan “Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah” tersebut akibat dari berbagai faktor, terutama karena faktor tekanan ekonomi, ketimpangan sosial dan ketertinggalan. Namun, mengingat bahwa mayoritas bangsa ini beragama Islam pengikut Nabi Muhammad SAW, fenomena tersebut tetap saja musykil. Apalagi jika para elit agama yang mengajarkan budi pekerti luhur itu justru ikut menjadi pelopor tren tengik tersebut.

Bagi umat Islam, al-khairu kulluhu fittibaa’ir Rasul SAW, yang terbaik dan paling baik adalah mengikuti jejak dan perilaku panutan agung, Nabi Muhammad SAW. Dan ini merupakan perintah Allah. Semua orang Islam, terutama para pemimpinnya, pastilah tahu semata pribadi, jejak-langkah dan perilaku Nabi mereka.

Nabi Muhammad SAW sebagaimana diperikan sendiri oleh Allah dalam al-Quran, memiliki keluhuran budi yang luar biasa, pekerti yang agung (Q. 68:4). Beliau lemah lembut, tidak kasar dan kaku (Q. 3: 159). Bacalah kesaksian para shahabat dan orang-orang dekat yang mengalami sendiri bergaul dengan Rasulullah SAW. Rata-rata mereka sepakat bahwa Panutan Agung kita itu benar-benar teladan. Pribadi paling mulia; tidak bengis, tidak kaku, tidak kasar, tidak suka mengumpat dan mencaci, tidak menegur dengan cara yang menyakitkan hati, tidak membalas keburukan dengan keburukan, tapi memilih memaafkan. Beliau sendiri menyatakan, seperti ditirukan oleh shahabat Jabir r.a,“InnaLlaaha ta’aala lam yab’atsnii muta’annitan...”, Sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai utusan yang keras dan kaku, tapi sebagai utusan yang memberi pelajaran dan memudahkan.

Bagi Nabi Muhammad SAW pun, orang yang dinilainya paling mulia bukanlah orang yang paling pandai atau paling fasih bicara (apalagi orang pandai yang terlalu bangga dengan kepandaiannya sehingga merendahkan orang atau orang fasih yang menggunakan kefasihannya untuk melecehkan orang). Bagi Rasulullah SAW orang yang paling mulia ialah orang yang paling mulia akhlaknya. Wallahu a’lam.
Sumber :www.GusMus .NET

Minggu, 29 Agustus 2010


Siapa Yang Tidak Memerlukan Pembimbing (Mursyid)?
Posted on Agustus 27, 2010 by SufiMuda


Dalam Futhuh al Ghaib, Syekh Abdul Qadir al Jailani menulis syair berikut :
Jika takdir membantumu atau kala menuntunmu
kepada Syekh yang jujur dan ahli hakikat
maka bergurulah dengan rela dan ikutilah kehendaknya
Tinggalkan apa yang sebelumnya engkau lakukan
Sebab menentang berarti melawan
Dalam kisah Khidir yang mulia terdapat cakupan
Dengan membunuh seorang anak dan Musa mendebatnya
Tatkala cahaya subuh telah menyingkap kegelapan malam
Dan seseorang dapat menghunus pedangnya
Maka Musa pun meminta maaf
Demikian keindahan di dalam ilmu kaum sufi
Sebagian kita mungkin sudah sering mendengar tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang yang mengaku paling “islami” bahwa tasawuf adalah ilmu diluar islam, pembuat bid’ah, syirik dan lain sebagainya dan karena yang menyampaikan pendapat ini orang berlatar belakang pendidikan agama yang lumayan (baca: syariat), alumni arab Saudi atau mesir dengan sekian banyak title sehingga masyarakat awam dengan mudah langsung percaya. Sebagian mereka tidak tahu bahwa Arab Saudi bukan lagi menjadi tempat berkumpulkan berbagai macam mazhab akan tetapi telah menjadi corong bagi mazhab tunggal yang baru muncul di abad ke 17 yaitu mazhab wahabi.
Saya tidak membahas tentang tuduhan-tuduhan tersebut dan saya rasa itu tidak ada menfaatnya sama sekali. Kesempatan ini saya ingin menyampaikan informasi akan pentingnya belajar tasawuf/thariqat agar kita bisa merasakan nikmatnya beragama.
Belajar tasawuf ada dua jenis, yaitu secara Teori dan Praktek. Secara teori telah diajarkan di pasantren, IAIN bahkan anda bisa menjadi seorang profesor tasawuf tanpa anda harus mempraktekkan zikir dan dibimbing oleh mursyid. Namanya juga teori tentu yang didapatkan hanya teori saja.
Belajar tasawuf sebenarnya harus mempunyai pembimbing rohani, bukan saja mengajarkan anda tapi juga membimbing anda agar sampai kehadirat-Nya karena inti tasawuf adalah bagaimana seorang bisa berhampiran dengan Allah SWT. Tentang hal ini Abu Ali ats Tsaqafi berkata, “Seandainya seseorang mempelajari semua jenis ilmu dan berguru kepada banyak ulama, maka dia tidak sampai ke tingkat para sufi kecuali dengan melakukan latihan-latihan spiritual bersama seorang Syeikh yang memiliki akhlak yang luhur dan dapat memberinya nasehat-nasehat. Dan barang siapa yang tidak mengambil akhlaknya dari seorang Syeikh yang memerintah dan melarangnya, serta memperlihatkan cacat-cacat dalam amalnya dan penyakit-penyakit dalam jiwanya, maka dia tidak boleh diikuti dalam memperbaiki muamalah”.
Jadi tasawuf adalah ilmu praktek dan tentu saja membutuhkan pembimbing yang ahli dibidangnya, tanpa adanya pembimbing rohani maka segala praktek yang dilakukan sudah pasti akan disesatkan setan. Abu Yazid Al-Bisthami berkata, “Barang siapa yang menuntut ilmu tanpa berguru, maka wajib syetan gurunya.”
Apabila jalan kaum sufi dapat dicapai dengan pemahaman tanpa bimbingan seorang Syekh, niscaya orang seperti Imam Al-Ghazali dan Syekh Izzuddin ibn Abdussalam tidak perlu berguru kepada seorang Syekh. Sebelum memasuki dunia tasawuf, keduanya pernah berkata, “Setiap orang yang mengatakan bahwa adalah jalan memperoleh ilmu selain apa yang ada pada kami, maka dia telah berbuat kebohongan kepada Allah.”. Zaman sekarang kita juga sering mendengar pendapat seperti itu, tidak mengakui ilmu selain yang mereka pelajari (syariat) dan menganggap orang-orang yang mempunyai kemampuan bathin, ilmu laduni dan lain sebagainya sebagai pembohong.
Akan tetapi, setelah Imam Al-Ghazali dan Syekh Izzuddin ibn Abdussalam yang tadinya hanya belajar syariat kemudian memasuki dunia tasawuf keduanya berkata, “Sungguh kami telah menyia-nyiakan umur kami dalam kesia-siaan dan hijab (tabir penghalang antara hamba dan Tuhan).”
Orang yang bisa menemukan kebenaran bukanlah orang yang banyak membaca buku karena terkadang semakin banyak yang dipelajari justru tanpa sadar menjadi Hijab antara kita dengan Allah. Hanya kerendahan hati dan sikap mau belajar dan mencari yang menyebabkan seseorang menemukan Allah SWT, sebagai mana ucapan rendah hati Musa kepada Khidir, “Bolehkah aku mengikutimu, agar engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (QS. Al Kahfi, 66). Juga pengakuan Ahmad ibn Hanbal bahwa Abu Hamzah al Baghdadi lebih utama darinya dan pengakuan Ahmad ibn Suraij bahwa Abu Qasim Junaid lebih utama darinya.
Imam al-Ghazali juag mencari seorang Syekh yang menunjukkannya ke jalan tasawuf, padahal ia adalah Hujjatul Islam. Begitu juga, Syekh Izzuddin ibn Abdussalam berkata, “Aku tidak mengetahui Islam sempurna kecuali setelah aku bergabung dengan Syekh Abu Hasan Asy Syadzili”. Abdul Wahab Asy Sya’rani berkata, “Apabila kedua ulama besar ini, yakni al-Ghazali dan Syekh Izzuddin ibn Abdussalam, padahal keduanya adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan luas tentang syariat, maka orang selain mereka lebih membutuhkan lagi.”
Dalam hal ini al Qur’an memberikan petunjuk kepada kita semua untuk mencari orang-orang yang telah di beri petunjuk oleh Allah SWT sebagaimana firman Allah: “Sebenarnya al Qur’an itu adalah ayat-ayat nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu” (QS. Al ankabut : 49). “Dan ikutilah jalan orang yang telah kembali kepada-Ku” (QS. Lukman: 15) dan firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar”. (QS. Taubah: 119). Diperkuat oleh hadist, “Jadilah kamu bersama Allah, apabila tidak bersama Allah jadilah kalian bersama orang yang sudah bersama Allah, maka sesungguhnya orang itu bisa membawamu kepada Allah” (HR. Abu Daud).
Dengan demikian, memiliki seorang pembimbing (mursyid) adalah suatu keharusan. Para sahabat sendiri mengambil ilmu dan amalan mereka dari Rasulullah SAW. Rasulullah SAW mengambil ilmu dan amalannya dari Jibril. Dan para tabi’in mengambil ilmu dan amalan dari para sahabat.
Setiap sahabat mempunyai para pengikut yang khusus. Ibnu Sirin, Ibnu Musayyab dan al A’raj, misalnya, adalah pengikut Abu Hurairah. Sementara Thawus, Wahhab dan Mujahid, adalah pengikut Ibnu Abas. Demikian seterusnya. Pengambilan ilmu dan amalan ini sangat jelas, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat mereka.
Maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak segera mencari Guru Pembimbing yang siap menuntun dan membimbing kita mencapai kebenaran hakiki. Carilah Guru yang benar-benar kamil mukamil, khalis mukhlisin sehingga dia bukan hanya berbicara tentang teori ketuhanan akan tetapi dengan keikhlasannya mampu membimbing anda kehadirat Allah SWT. Kalau anda bertanya siapakah Guru Mursyid yang kamil mukamil tersebut, saya tidak bisa menjawab karena kawatir jawaban saya akan menyinggung perasaan yang lain. Bagi setiap pengamal tasawuf mereka meyakini Guru mereka memiliki kemampuan untuk membimbing mereka dan tidak terkecuali Guru saya.
Abu Athailah As Sakandari dalam Latha’if al Minan, berkata, “Engkau tidak akan kekurangan mursyid yang dapat menunjukkanmu ke jalan Allah. Tapi yang sulit bagimu adalah mewujudkan kesungguhan dalam mencari mereka”.
Seorang penyair sufi berkata :
Rahasia Allah didapat dengan pencarian yang benar
Betapa banyak hal menakjubkan yang telah diperlihatkan kepada para pelakunya.
Ali al Khawas berkata dalam syairnya,
Jangan menempuh jalan yang tidak engkau kenal tanpa penunjuk jalan,
Sehingga engkau terjerumus dalam jurang-jurangnya.
Penunjuk jalan (Mursyid) akan dapat mengantarkan salik sampai ke pantai yang aman dan menjauhkan dari gangguan-gangguan selama di perjalanan. Sebab, penunjuk jalan (mursyid) sebelumnya telah melewati jalan itu dibawah bimbingan seseorang (mursyid sebelumnya) yang telah mengetahui seluk beluk jalan tersebut, mengetahui tempat-tempat berbahaya dan tempat-tempat yang aman dan terus menemaninya sampai akhirnya dia sampai di tempat yang dituju. Kemudian orang tersebut memberikan izin untuk membimbing orang lain.
Menutup tulisan ini saya mengutip Syair dari Ibnu Al-Banna yang menjelaskan tentang kedudukan kaum sufi yang telah melakukan perjalanan menuju Allah dan setelah sampai disana mememberikan kabar kepada orang lain untuk menuju kesana dengan selamat.
Kaum sufi tidak lain sedang melakukan perjalanan
Ke hadirat Tuhan Yang Maha Benar
Maka mereka membutuhkan penunjuk jalan
Yang benar-benar mengenal seluk beluk jalan itu
Dia telah melalui jalan itu, lalu dia kembali
Untuk mengabarkan apa yang telah didapat.
*****************************************
Sumber: www.sufimuda.wordprees.com

Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany .Q.S
Syaikh Sufi Akhir Zaman 22 Juli jam 17:38
Nabi saw, bersabda:
“Apabila Allah swt menghendaki kebaikan pada hambaNya maka sang hamba diberi pemahaman dalam agama, dan ditampakkan cacat-cacat dirinya.” (H.r. Al-Hindy riwayat dari Anas ra.)

Faham dalam agama adalah faktor yang menyebabkan manusia mengenal dirinya. Dan siapa yang mengenal Tuhannya Azza wa-Jalla, maka ia mengenal segalanya. Maka bersama Allahlah ibadah kepadanya menjadi benar, dan terbebaskan dari perbudakan selain Allah azza-waJalla.

Kalian semua tidak akan beruntung dan tidak pula selamat sepanjang anda tidak memprioritaskan Allah Azza wa-Jalla atas lainnya. Anda harus memprioritaskan agamamu dibanding kesenanganmu, memprioritaskan akhiratmu dibanding duniamu. Menomorsatukan Penciptamu dibanding ciptaanNya.
Anda menjadi rusak karena anda mendahulukan syahwat kesenangan anda dibanding Allah Azza wa-Jalla.

Lakukanlah prioritas Allah dibanding yang lain maka Allah bakal mencukupi anda. Sedangkan anda saat ini terhijab dari Allah Azza wa-Jalla, maka tidak ada ijabah bagi anda.
Padahal Ijabah itu akan muncul setelah memohon Ijabah. Allah mengijabahi anda dengan amaliyah anda ketika anda memohon kepadaNya.

Panen itu akan anda raih setelah menanam. Bertanamlah anda akan panen.

Nabi saw. Bersabda:
“Dunia adalah tempat bertanam bagi akhirat.” (Hr. Al-‘Ajluny)

Bertanamlah dengan tanaman dalam hatimu dan badanmu, yaitu iman. Anda berkebun dengan menyiram air pada kebun itu melalui amal yang shaleh. Jika dalam hati anda ada kelembutan, kasih sayang, rahmat pasti akan tumbuh di dalamnya. Manakala di dalamnya ada keras kepala dan keras hati, maka buminya juga gersang tidak akan ditumbuhi apa pun. Sama seperti anda menanam di puncak bukit batu, tidak akan pernah tumbuh di sana.

Nabi saw, bersabda:
“Minta tolonglah kalian atas segala pekerjaan menurut kemampuan terbaik ahlinya.” (Ditakhrij As-Suyuthy dan al-Ajluny)

Kalian sibuk dengan bertanam dunia bukan bertanam akhirat. Bukankah pemburu dunia tak akan bahagia di akhirat? Ia tak akan melihat Allah Azza wa-Jalla. Jika anda ingin akhirat maka tinggalkan duniawimu, jika anda inginkan Allah Azza wa-Jalla maka tinggalkan bagian diri dan unsur kemakhlukanmu, maka anda benar-benar wushul(sampai). Bila benar apa yang anda lakukan justru akhirat, seluruh makhluk, dunia, anda dapatkan semuanya, dengan penuh kepatuhan maupun dengan terpaksa.
Sebab pokoknya sudah bersama anda, sedangkan cabangnya hanya mengikuti. Karena itu berakal sehatlah anda. Namun anda malah tidak berakal sehat, tidak pandai, dengan cara anda bergumul dan bergabung dengan makhluk, lebur dengan mereka. Jika anda tidak taubat, maka justru anda hancur.

Datanglah ke jalan thariqat sufi, anda datangi pintu mereka. Jangan jejali mereka dengan dengan ketiak tubuhmu, dengan kemunafikanmu, sedangkan hatimu tidak. Padahal mereka terpenuhi oleh hati dan rahasia hati, dengan lengan-lengan kepasrahan dan kesabaran terhadap cobaan, kerelaan dan bagian dari Allah Azza wa-Jalla.

Hai anak-anak sekalian, jadikan dirimu di hadapan Allah Azza wa-Jalla ketika derita menerpamu, maka anda tegak di atas pijakan cintaNya, bahkan tidak berubah, tidak sirna oleh penjuru dan angin, badai dan hujan bahkan oleh debu-debu yang menabur, karena anda tetap teguh lahir dan batin, teguh dalam maqom yang disana tak ada lagi makhluk, dunia, akhirat, tak ada hak dan bagian-bagian kepentingan, tak ada derita, tak ada pertanyaan “bagaimana”, bahkan tak ada selain Allah Azza wa-Jalla.
Jangan sampai jiwamu dikotori oleh urusan makhluk, urusan keluarga, dirimu tak berubah karena bagian yang sedikit atau pun banyak, tidak pula berubah karena cacian dan pujian, tidak pula diterima maupun ditolak, dan secara global anda berada dibalik semuanya, manusia, jin, malaikat dan seluruh makhluk, bersama Allah.
Betapa indah apa yang dikatakan oleh seorang Sufi, “Jika anda membenarkan (silakan) jika tidak, jangan ikuti kami.!”

Sabar, ikhlas dan jujur dalam membenarkan merupakan asas, sebagaimana kami jelaskan padamu. Kalian datang padaku, apakah aku membuatmu munafik? Dan ketika aku bicara lembut padamu, dirimu suka dan kagum, lalu anda menyangka ada kepentingan? Tidak! Tak ada kemuliaan dengan cara begitu.
Aku dan api, dan tak ada yang mampu di atas api kecuali Samandil yang bertelur, beranak, dan anaknya berdiri dan duduk di atas api. Jadilah dirimu seperti Samandil di atas api derita dan perjuangan serta kepayahan, bersabar di lorong-lorong ketentuan dan takdir, hingga kalian sabar dalam berguru kepadaku, mendengarkan kalamku, kerasnya ucapan serta mengamalkannya lahir, batin, hakiki dan syar’y. Pertama-tama anda khalwat, lalu keluar, lalu eksistensial. Jika anda sukses, maka anda bahagia dunia akhirat bersama kehendak dan takdir Allah Azza wa-Jalla.

Aku tidak menyertai siapa pun selain hanya untuk Allah Azza wa-Jalla, dan diantara keharusannya adalah aku tidak menoleh pada siapapun dari mereka dalam segala hal tanpa suatu tanda. Bahkan aku sangat takut kepada Allah dalam melaksanakan HakNya terhadap makhlukNya, aku tidak boleh lemah, dan aku kuat dengan diriku, lalu aku berserasi dengan mereka dalam jiwa mereka (demi keselamatan mereka).

Diantara para Sufi – semoga rahmat Allah bagi mereka -- mengatakan, “Berserasilah pada Allah Azza wa-Jalla dalam jiwa mereka, tetapi janganlah berserasi dengan mereka ketika di dalam ibadah kepada Allah.”
Maka runtuhlah mereka yang hancur, dan selamatlah mereka yang selamat. Maka aku peduli, sedangkan anda terus menerus maksiat kepada Allah Azza wa-Jalla, menghina perintah dan laranganNya, kontra padaNya, baik dalam ketentuan maupun takdirNya. Siang dan malam anda dibenci dan dilaknati.
Diantara firmanNya Azza wa-Jalla dalam sebagian kitabNya:
“Jika kamu patuh maka Aku ridlo kepadamu. Jika Aku ridlo, maka kamu mendapatkan barokah kebajikan. Sedangkan barokahKu tak ada batasnya. Namun jika kamu maksiat, Aku marah. Dan ketika Aku marah, kamu terlaknat, hingga laknat-Ku sampai tujuh turunan…”

Zaman ini adalah zaman dimana agama dijual dengan debu yang hina, zaman yang panjang khayalnya dan ambisiusnya. Karena itu seriuslah kalian, jangan sampai tergolong orang yang difirmankan oleh Allah swt :
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS Al-Furqon: 23)

Setiap amal yang diorientasikan selain Allah Azza wa-Jalla maka ia telah menjadi debu yang terbang.
Hati-hati! Apabila masalahmu tersembunyi dari kalangan awam, maka tidak tersembunyi bagi kalangan khusus yang kokoh, mereka menyembunyikan pekerjaannya dari anda, bukannya orang bodoh yang menyembunyikan orang alim, tidak. Karena itu beramallah dan ikhlaslah dalam amalmu. Sibukkan hatimu pada allah Azza wa-Jalla, tinggalkan hal-hal yang mengganggumu yang tidak berarti, karena itu jangan repot dengan hal-hal yang tak berarti bagimu. ( catatan lentera sufi )
Sumber: FB Group Syaikh Sufi Akhir Zaman

Kesaksian Para Ulama Fikh Tentang Ulama Sufi

oleh Vien Vink عائشة pada 25 Agustus 2010


Imam Abu Hanifa (81-150 H./700-767 CE)

Imam Abu Hanifa(r) (85 H.-150 H) berkata, "Jika tidak karena dua tahun, saya telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Ja'far as-Sadiq dan mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalanyang benar". Ad-Durr al-Mukhtar, vol 1. p. 43 bahwa Ibn 'Abideen said,"Abi Ali Dakkak, seorang sufi, dari Abul Qassim an-Nasarabadi, dariash-Shibli, dari Sariyy as-Saqati dari Ma'ruf al-Karkhi, dari Dawadat-Ta'i, yang mendapatkan ilmu lahir dan batin dari Imam Abu Hanifa(r), yang mendukung jalan Sufi." Imam berkata sebelum meninggal: lawlasanatan lahalaka Nu'man, "Jika tidak karena dua tahun, Nu'man (saya)telah celaka." Itulah dua tahun bersama Ja'far as-Sadiq

Imam Malik (94-179 H./716-795 CE)

Imam Malik (r): "man tassawaffa wa lam yatafaqah faqad tazandaqa wa mantafaqaha wa lam yatsawwaf faqad fasadat, wa man tafaqaha wa tassawafafaqad tahaqqaq. (Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasauf tanpa fikhmaka dia telah zindik, dan barang siapa mempelajari fikh tanpa tasauf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasauf dan fikh dia meraih kebenaran." (dalam buku 'Ali al-Adawi dari keterangan ImamAbil-Hassan, ulama fikh, vol. 2, p. 195

Imam Shafi'i (150-205 H./767-820 CE)

Imam Shafi'i: "Saya bersama orang sufi dan aku menerima 3 ilmu:1. mereka mengajariku bagaimana berbicara2. mereka mengajariku bagaimana meperlakukan orang dengan kasih dan hati lembut3. mereka membimbingku ke dalam jalan tasauf[Kashf al-Khafa and Muzid al-Albas, Imam 'Ajluni, vol. 1, p. 341.]

Imam Ahmad bin Hanbal (164-241 H./780-855 CE)

ImamAhmad (r): "Ya walladee 'alayka bi-jallassati ha'ula'i as-Sufiyya. Fainnahum zaadu 'alayna bikathuratil 'ilmi wal murqaba wal khashiyyatawaz-zuhda wa 'uluwal himmat (Anakku jika kamu harus duduk bersamaorang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka tetap mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka orang-orang zuhud dan mereka memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi," --Tanwir al-Qulub, p. 405, ShaikhAmin al-Kurdi) Imam Ahmad (r) tentang Sufi:"Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka" ( Ghiza al-Albab, vol. 1, p. 120)

Imam al-Muhasibi (d. 243 H./857 CE)

Imamal-Muhasibi meriwayatkan dari Rasul, "Umatku akan terpecah menjadi 73golongan dan hanya satu yang akan menjadi kelompok yang selamat" . Dan Allah yang lebih mengetahui bahwa itu adalah Golongan orang tasauf. Dia menjelaskan dengan mendalam dalam Kitab al-Wasiya p. 27-32.

Imam al-Qushayri (d. 465 H./1072 CE)
Imamal-Qushayri tentang Tasauf: "Allah membuat golongan ini yang terbaik dari wali-wali-Nya dan Dia mengangkat mereka di atas seluruh hamba-hamba-Nya sesudah para Rasul dan Nabi, dan Dia memberi hatimereka rahasia Kehadiran Ilahi-Nya dan Dia memilih mereka diantara umat-Nya yang menerima cahaya-Nya. Mereka adalah sarana kemanusiaan ,Mereka menyucikan diri dari segala hubungan dengan dunia dan Diamengangkat mereka ke kedudukan tertinggi dalam penampakan (kasyf). Dan Dia membuka kepada mereka Kenyataan akan Keesaan-Nya. Dia membuatmereka untuk melihat kehendak-Nya mengendalikan diri mereka. Diamembuat mereka bersinar dalam wujud-Nya dan menampakkan mereka sebagaicahaya dan cahaya-Nya ." [ar-Risalat al-Qushayriyya, p. 2]

Imam Ghazali (450-505 H./1058-1111 CE)

Imam Ghazali, hujjat ul-Islam, tentang tasauf: "Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan mereka sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiranIlahi [al-Munqidh min ad-dalal, p. 131].

Imam Nawawi (620-676 H./1223-1278 CE)

Dalam suratnya al-Maqasid: "Ciri jalan sufi ada 5:1. menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri2. mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan kata3. menghindari ketergantungan kepada orang lain4. bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit5. selalu merujuk masalah kepada Allah swt [Maqasid at-Tawhid, p. 20]

Imam Fakhr ad-Din ar-Razi (544-606 H./1149-1209 CE)

ImamFakhr ad-Din ar-Razi: "Jalan para sufi adalah mencari ilmu untukmemutuskan diri mereka dari kehidupan dunia dan menjaga diri mereka agar selalu sibuk dalam pikiran dan hati mereka dengan mengingat Allah,pada seluruh tindakan dan perilaku" ." [Ictiqadat Furaq al-Musliman, p.72, 73]

Ibn Khaldun (733-808 H./1332-1406 CE)

IbnKhaldun: "Jalan sufi adalah jalan salaf, ulama-ulama di antara Sahabat,Tabi'een, and Tabi' at-Tabi'een. Asalnya adalah beribadah kepada Allahdan meninggalkan perhiasan dan kesenangan dunia" [Muqaddimat ibnKhaldan, p. 328]



Tajuddin as-Subki



Mu'eedan-Na'eem, p. 190, dalam tasauf: "Semoga Allah memuji mereka danmemberi salam kepada mereka dan menjadikan kita bersama mereka di dalamsorga. Banyak hal yang telah dikatakan tentang mereka dan terlalubanyak orang-orang bodoh yang mengatakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan mereka. Dan yang benar adalah bahwa mereka meninggalkan duniadan menyibukkan diri dengan ibadah" Dia berkata: "Mereka adalah manusia-manusia yang dekat dengan Allah yang doa dan shalatnya diterima Allah, dan melalui mereka Allah membantu manusia.

Jalaluddin as-Suyuti

DalamTa'yad al-haqiqat al-'Aliyya, p. 57: "tasauf dalam diri mereka adalah ilmu yang paling baik dan terpuji. Dia menjelaskan bagaimana mengikuti Sunah Nabi dan meninggalkan bid'ah"

Ibn Taymiyya (661-728 H./1263-1328 CE)

Macam Fatawa Ibn Taymiyya, Dar ar-Rahmat, Cairo, Vol, 11, page 497, KitabTasawwuf: "Kamu harus tahu bahwa syaikh-syaikh terbimbing harus diambil sebagai petunjuk dan contoh dalam agama, karena mereka mengikuti jejak Para Nabi dan Rasul. Tariqat para syaikh itu adalah untuk menyeru manusia ke Kehadiran Allah dan ketaatan kepada Nabi." Juga dalam hal499: "Para syaikh dimana kita perlu mengambil sebagai pembimbing adalah teladan kita dan kita harus mengikuti mereka. Karena ketika kita dalam Haji, kita memerlukan petunjuk (dalal) untuk mencapai Ka'bah, para syaikh ini adalah petunjuk kita (dalal) menuju Allah dan Nabi kita.

Diantara para syaikh yang dia sebut adalah: Ibrahim ibn Adham, Macrufal-Karkhi, Hasan al-Basri, Rabia al-Adawiyya, Junaid ibn Muhammad,Shaikh Abdul Qadir Jilani, Shaikh Ahmad ar-Rafa'i, and Shaikh Bayazidal- Bistami. Ibn Taymiyya mengutip Bayazid al-Bistami pada 510, Volume10: "...Syaikh besar, Bayazid al-Bistami, dan kisah yang terkenal ketika dia menyaksikan Tuhan dalam kasyf dan dia berkata kepada Dia:"Ya Allah, bagaimana jalan menuju Engkau?". Dan Allah menjawab:"Tinggalkan dirimu dan datanglah kepada-Ku". Ibn Taymiah melanjutakan kutipan Bayazid al-Bistami, " Saya keluar dari diriku seperti seekorular keluar dari kulitnya". Implisit dari kutipan ini adalah sebuah indikasi tentang perlunya zuhd mengingkaran-diri atau pengingkaranterhadap kehidupan dunia), seperti jalan yang diikuti Bayazidal-Bistami. Kita melihat dari kutipan di atas bahwa Ibn Taymiahmenerima banyak Syaikh dengan mengutipnya dan meminta orang untuk mengikuti bimbingannya untuk menunjukkan cara menaati Allah dan Rasul as.

Apa kata Ibn Taymiah tentang istilah tasauf

Berikut adalah pendapat Ibn Tamiah tentang definisi Tasauf dari Volume 11,At-Tasawwuf, of Majmu'a Fatawa Ibn Taymiyya al-Kubra, Dar ar-Rahmah,Cairo:"Alhamdulillah, penggunaan kata tasauf telah didiskusikansecara mendalam. Ini adalah istilah yang diberikan kepada hal yangberhubungan dengan cabang ilmu (tazkiyat an-nafs and Ihsan)." "Tasaufadalah ilmu tentang kenyataan dan keadaan dari pengalaman. Sufi adalah orang yang menyucikan dirinya dari segala sesuatu yang menjauhkan dari mengingat Allah dan orang yang mengisi dirinya dengan ilmu hati dan ilmu pikiran di mana harga emas dan batu adalah sama saja baginya.Tasauf menjaga makna-makna yang tinggi dan meninggalkan mencari ketenaran dan egoisme untuk meraih keadaan yang penuh dengan Kebenaran. Manusia terbaik sesudah Nabi adalah Shidiqin, sebagaimana disebutkanAllah: "Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat olehAllah, yaitu: Nabi, para shiddiqqiin, orang-orang yang mati syahid danorang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS.4:69)" Dia melanjutkan mengenai Sufi,"mereka berusaha untuk menaat iAllah.. Sehingga dari mereka kamu akan mendapati mereka merupakan yang terdepan sabiqunas-sabiqun) karena usaha mereka. Dan sebagian darimerupakan golongan kanan (ashabus-syimal)."
Sumber :FB Group sufi Akhir Zaman

Jumat, 27 Agustus 2010


Wasiyat ke dua dari Syaikh Abdul Qodir Al Jailani q.s

Berisi beberapa perintah dan saran,yang di antaranya ialah :
1.Sebagai seorang muslim harus mengikuti sunah Rosul dengan penuh keyakinan ( ke imanan).
2.Sebagai seorang muslim jangan sekali kali melakukan perbuatan bid’ah.
3.Sebagai seorang muslim harus mematuhi segala yang di perintahkan dan di larang Allah serta RosulNYA
4.Seorang muslim harus menjunjung tinggi Tauhid ,jangan sekali kali menyekutukan Dia (Allah)
5.Seorang muslim harus mensucikan Dia (Allah) senantiasa dan jangan sekali kali menisbahkan sesuatu keburukan pun kepadaNYA .
6. Seorang muslim harus mempertahankan kebenaran NYA dan hendaknya jangan meragukan sedikitpun atas kebenaran tersebut.
7 Seorang Muslim harus bersabar selalu,dalam setiap keadaan dan jangan sekali kali menunjukkan sifat ketidak sabaran.
8.Seorang muslim hendaknya mempunyai sifat istiqomah.
9.Seorang muslim harus mempunyai pengharapan kepada Allah dengan sabar dan jangan kesal
10. Seorang muslim harus bekerja sama dengan sesama muslim dalam menjalankan amal ta’at, jangan berpecah belah.saling mencintai dan jangan mendendam.
11.Jauhilah kejahatan dan jangan sekali -kali ternoda oleh kejahatan tersebut .
12. Hiasilah dirimu dengan ketaatan kepada Tuhanmu.
13.Seorang muslim jangan sekali -kali menjauhi pintu -pintu Tuhan
14.Seorang muslim jangan sekali-kali berpaling dariNYA .
15.Seorang muslim hendaknya menyegerakan taubat atas dosa yang telah di lakukan ,jangan di tunda tunda.
16.Jangan bosan -bosan untuk memohon ampunan kepada Allah,siang atau malam .
Apabila seorang muslim telah berlaku demikian ,maka ia akan mendapatkan rahmat dariNYA ,di jauhkan dari api neraka ,Hidup bahagia di syurga yang kekal ,kelak di akhirat akan bertemu Allah,menikmati rahmatNYA .Di syurga bersama bidadari ,mengendarai kuda kuda yang berwarna putih.Bersuka ria dengan Hur Hur bermata putih,menghirup penuh aneka aroma ,dan di iringi melodi melodi para hamba hamba sahaya wanita nan cantik.
Niscaya akan di muliakan bersama Nabi,para shodiqin,para syahidin,dan para sholihin lainnya di syurga yang tertinggi.
Sumber :Ny.KholilahMarhijanto,80 Wasiyat Syaikh Abdul Qodir Al Jailani,Tiga Dua ,Surabaya


Rabu, 25 Agustus 2010


PANTUN HAKEKAT

MAULANA SAIDI SYEKH MUHAMMAD HASYIM AL-KHALIDI Q.S

(Maulana Lahir Tahun 1863 di Padang, merupakan seorang Wali Qutub yang membawa Thareqat Naqsyabandi dari Jabbal Qubais Mekkah, berpulang kerahmatullah pada hari rabu, tgl 07 April 1954 jam 13.05 siang dalam usia 87 tahun, dan dimakamkan di Buayan Lubuk Alung Sumatra barat)

Mengenai peramalan dari Dzikrullah menurut Beliau harus diamalkan secara berkesinambungan sesuai syairnya:

Kalau ingin tahu diparak ganting
Lihatlah dari guguk pelana
Kalau ingin tahu dilemaknya emping
Kunyalah dahulu lama-lama

Agar Tuhan dengan kita harus di upayakan dengan amal yang sungguh-sungguh, sehingga lebih dekat dengan urat leher kita sendiri, seperti Fatwanya:

Payah-payah mencari bilah
Bilah ada di dalam buluh
Payah-payah mencari Allah
Allah sangat dekat dengan tubuh
Cintanya kepada Allah, Rasul dan Guru dikiaskannya dalam pantunnya :
Guruh petir menuba limbat
Pandan serumpun di seberang
Tujuh ratus carikan obat
Badan bertemu maka senang

Dendang dua dendang tiga
Pecah periuk pembuat rendang
Biar makan biar tidak
Asal duduk berpandangan
Baginya menguasai ilmu metafisik bukan tujuan, tdk ada artinya metafisik tanpa Allah,tujuannya adalah “ ilahi anta makasudi waridhoka matlubi “ dan bagi orang
Yg beserta Allah tdk akan dpt dicederai dgn ilmu metafisik jenis apa pun,
Sesuai kias Beliau :
Pucuk sijali si jalintas
Pucuk sijali si jali muda
Dilangit tuan melintas
Kami dibalik itu pula
Segala derita diseluruh dimensi alam adalah masalah, dan segala masalah hanya dapat diatasi dgn dimensi yg dapat mengatasi masalah,Menegembalikan semua masalah pada dimensi absolute dgn teknik tertentu yaitu Allah SWT secara realita ( bukan khayalita ) membuat masalah akan selesai,denegan memberi hikmah kepada siapa saja yg terlibat dalam masalah tsb, seperti petuah Beliau:

Padi pulut tiga tangkai
Dibawa orang indrapura
Dunia kusut akan selesai
Ujung dan pangkal telah bersua
Sumber: sufimuda.wordpreess.com



Paradigma Kemanusiaan
Rabu, 18 Agustus 2010 10:25 Handri Ramadian
Apa itu manusia?
Sejak kapan kita menjadi manusia?
Semua orang cenderung mengatakan adanya manusia itu sejak lahir. Setidaknya sejak ibu mulai hamil dan mulai terbentuk janin dalam rahimnya. Janin itulah kemudian yang menjadi tubuh.
Mengapa anggapan menjadi manusia adalah sejak lahir?
Apakah disebabkan sejak tubuh dilahirkan, maka sejak itulah ”aku” disebut manusia?
Kalau begitu manusia itu yang apa?
Tubuh biologis sajakah?
Ketika kita menganggap manusia hanya sebatas tubuh material saja, berarti kita sudah terjebak pada paradigma yang materialistik.
Paradigma materialistik itu mengharapkan kita untuk berada pada suatu pemahaman bahwa sesuatu itu baru dikatakan ada atau eksis apabila sesuatu sudah berwujud secara materi. Sedangkan yang tidak berwujud secara materi dianggap tidak eksis, dianggap tidak ada.
Persoalan inilah sebenarnya yang membuat suatu perubahan yang paling mendasar pada dunia barat pasca renaissance. Dengan dalih dan semangat ilmiah, sesuatu itu baru dapat dikatakan ilmiah (scientific) bila berdasarkan fakta yang terbungkus secara materi. Hal-hal yang tidak ada fakta empiriknya dianggap tidak ada. Itulah paradigma materialistik.
Filosof muslim yang mendalami ajaran Islam dengan pendekatan yang sangat rasional akan mengatakan sesungguhnya yang paling berbahaya bagi ajaran Islam bukan ajaran Kristen dan Yahudi. Bukan pula benturan agama dengan agama. Tetapi para filosof muslim itu melihat bahwa yang paling berbahaya bagi umat Islam adalah paradigma materialistik.
Visinya tentang manusia adalah tubuh biologis. Yang dianggap sebagai manusia hanya tubuh biologis saja. Karena manusia adalah tubuh dan pusatnya tubuh adalah otak maka orang sering terpaku pada otak manusia.
Yang disebut mengajar cukup dengan memberikan inspirasi-inspirasi ke otak. Karena otak itu adalah kumpulan sel-sel, dia bekerja secara kimiawi dan sangat mekanistik. Disini, hidup manusia dianggap seperti mesin, sebuah kehidupan yang sangat mekanistik.
A. PARADIGMA KEHIDUPAN
Apa yang dimaksud dengan kehidupan?
Pada paradigma kemanusiaan, manusia mengartikan bahwa manusia hanya sebatas kehadiran tubuh di bumi.
Apa itu hidup?
Hidup adalah kehadiran tubuh di bumi. Kalau kita mati tubuh kita dikubur busuk dan hancur. Maka, dengan mati, musnahlah tubuh sekaligus hidup ini. Karena sekarang belum mati dan tidak musnah, maka tubuh ini hidup masih ada di bumi.
Bumi dalam bahasa latin adalah sekulum, dari kata sekulum itulah muncul istilah sekuler. Paradigma sekuler adalah suatu pandangan hidup yang memahami bahwa kehidupan hanya sebatas kehadiran tubuh di bumi ini saja.
Berbeda dengan paradigma materialistik yang menganggap bahwa segala sesuatu baru ada kalau berwujud secara materi sehingga manusia pun dianggap manusia hanya sebatas tubuh, pandangan sekuler melihat kehidupan hanya sebatas kehadiran tubuh di bumi. Maka, dalam konteks ini, muncul beberapa pertanyaan: lalu apa yang kita inginkan dalam hidup ini? Apa yang hendak kita capai dalam hidup?
Semua orang akan berkata saya ingin mendapatkan kebahagiaan. Apakah yang dimaksud dengan kebahagiaan itu?
Ukuran kebahagiaan bagi penganut sekuler adalah kenikmatan tubuh atau jasmani, yang dapat dirasakan sekarang di bumi ini. Bagi mereka, tidak ada kehidupan lain selain kehadiran tubuh yang sekarang. Tidak ada kehidupan nanti kehidupan disana. Kehidupan hanya kini disini, di bumi.
Akibatnya, kebahagiaan yang diukur dari kenikmatan jasmani atau biologis harus disingkirkan, karena ini merupakan pola hidup Hedonisme. Konsekuensinya, kejarlah semua yang diinginkan sekarang juga, disini juga. Raih dan miliki, dapatkan dan ambil. Kuasai sekarang juga, disini juga. Mumpung masih di bumi.
Tak pelak, orang pun berlomba-lomba mencari kenikmatan jasmaniah. Wajar jika banyak orang menjadi stres dilanda kecemasan (anxiety). Mereka merasa kesepian. Di kala tubuh makin hari semakin tua, banyak penyakit yang menghampirinya, seperti kolesterol tinggi, asam urat, tekanan darah tinggi, diabetes dan lain sebagainya. Melihat keadaan ini, mungkinkah orang akan mencapai kebahagiaan? Yang terjadi justru sebaliknya, stres meningkat. Itu sebabnya, kebahagiaan tidak dapat kita raih jika diukur hanya sebatas tubuh jasmani saja.
Apabila orang sudah terjebak pada pola hidup hedonisme, yang menghalalkan segala macam cara, maka prinsip hidup yang dianutnya adalah tiga H yaitu: halal, haram, hantam. Kalau sudah materialistik otomatis sekuler, sehingga yang disebut kenikmatan adalah kenikmatan jasmani. Baginya tidak ada kehidupan ruhaniah nanti disana. Segala-galanya harus bisa diperoleh sekarang juga, mumpung di bumi.
Hedonisme akan membuat orang stres. Misalnya, ketika ada handphone baru dia ingin sekali memilikinya. Akibatnya, bila satu minggu saja dia belum membeli handphone tersebut, itu akan membuatnya stres. Bagaimana dia menghalau stresnya? Dia pun melakukan terobosan-terobosan dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan handphone baru tadi.
Sikap hidup yang hedonis membuat orang tidak bahagia. Mengapa? Karena pola pikirnya adalah mengejar kenikmatan tubuh sesaat. Padahal, tubuh akan semakin menua dan melemah. Apabila tubuh yang semakin menua dan semakin melemah itu dipaksa harus menikmati segala sesuatu secara jasmaniah, sekarang dan disini, bukankah hal ini hanya akan menjadikan orang bertambah stres?
C. PARADIGMA SPIRITUALISTIK
Berbeda dengan paradigma materialistik yang menganggap sesuatu baru dikatakan ada apabila berwujud secara materi, paradigma spiritualistik adalah memahami sesuatu tidak hanya sebatas kehadiran tubuh di bumi, namun manusia adalah mahluk spiritual/manusia ruhaniah. Akan ada kehidupan selain di bumi sekarang ini. Allah mengingatkan bahwa manusia bukan hanya tubuh, tetapi juga ruh. Sebagaimana Allah SWT ingatkan dalam ayat-Nya berikut ini:
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (QS Al-Insaan, 76:1)
Ayat di atas menerangkan bahwa yang datang kepada manusia (al insan) adalah masa/waktu, artinya manusia telah lebih dahulu ada sebelum datangnya waktu. Manusia yang belum menjadi sesuatu, bahkan belum disebut sebagai sesuatu.
Itulah masa ketika manusia belum memiliki tubuh jasmaniyah, ketika ibu dan bapaknya belum kawin dan membentuk janin tubuhnya. Itulah masa ketika manusia masih dalam wujud ruhaniyah bersama ruh-ruh lain di alam lâhût, alam dimensi ke-Tuhanan, entah dimana. Ruh adalah wujud pertama manusia dalam proses penciptaannya sebelum diturunkan ke bumi dan dimasukkan kedalam tubuh jasmaniah (basyar).
Tubuh yang kita miliki ini merupakan sarana fisik semata. Pada hakikatnya manusia yang ruhaniah yang hadir ke dalam tubuh.
Tujuan penciptaan manusia
Tidaklah Aku cipta jin dan manusia kecuali untuk melayaniKu (QS Adz-Dzariyat, 51:56)
Manusia dicipta untuk memberikan pelayanan (service/`ibâdah) kepada Allah SWT. Salah satu bentuk pelayanan itu adalah dengan menjadi Wakil Allah (khalîfatullâh) di bumi guna menjalankan misi kepemimpinan (leadership / imâmah).
Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di bumi, lalu mengangkat derajat sebagian kamu lebih tinggi dari yang lain, untuk mengujimu atas apa yang telah dilimpahkanNya kepadamu. (QS Al-An’am, 6:165)
Misi kepemimpinan manusia di muka bumi antara lain mencakup: merawat lingkungan, melindungi makhluk-makhluk hidup dari kepunahan, menjaga kelestarian alam, menegakkan hukum, menebarkan kasih sayang, dan menghasilkan kemakmuran.
Persoalannya adalah bagaimana mungkin manusia yang dicipta dalam wujud ruh itu akan menjalankan misi tersebut kalau manusia tidak memiliki sarana fisik. Tanpa sarana fisik keberadaan dan fungsi manusia menjadi tidak efektif. Guna menopang pencapaian misi itulah maka Allah SWT lalu menciptakan tubuh jasmaniyah bagi manusia.
Untuk itu, kita perlu mengubah paradigma tentang manusia dan kehidupan ini. Diri kita bukan hanya tubuh tetapi ruh. Dahulu, kini dan nanti, akan ada kehidupan.
Paradigma ini penting ditanamkan ketika kita belajar tasawuf. Kalau paradigma belum digeser kemudian belajar tasawuf, apa yang terjadi? Kemungkinan yang terjadi adalah dzikir yang dilakukan tujuannya menjadi serba materi, kekinian dan kedisinian. Yaitu: supaya cepat kaya, atau ingin memiliki kekuatan supranatural seperti bisa menembus dinding dan lain-lain.
Kalaulah dalam bertasawuf yang dikejar hanya karomah-karomah, maka cepat atau lambat hal itu akan tergantikan oleh teknologi karena manusia mempunyai potensi kreatif. Belajar tasawuf akan menjadi berat bila paradigmanya masih materialistik. Sebaliknya kalau paradigma sudah diubah maka bertasawuf menjadi ringan.
Dengan mengganti paradigma materialistik menjadi paradigma spiritualistik, maka manusia menyadari bahwa dirinya adalah mahluk spiritual yang ditempatkan di dalam tubuh. Tubuh tak lain hanya berfungsi sebagai cangkang/wadah. Yang hakiki adalah yang spiritual.
Dalam kaitan ini, kita perlu menggeser pandangan bahwa kehidupan tidak sebatas di bumi ini saja. Karena sesungguhnyalah hidup itu abadi. Bukan saja di alam sini tetapi juga di alam sana (transendental).
dan mereka kekal di dalamnya" (QS. Al-Baqarah, 2:25)
Sebab itu tidak usah takut pada kematian, kematian adalah sesuatu yang pasti.
Bila paradigma sudah berubah menjadi spiritual, persoalannya bukan pada kematian yang perlu ditakuti.
Tetapi pertanggungjawaban sesudah kematian itulah yang ditakuti. Karena sejatinya, yang disebut manusia adalah manusia ruhaniah. Si manusia ruhaniah inilah yang akan dibawa menghadap Allah. Editor: Han
Sumber :www.tqn-jakarta.org

Selasa, 24 Agustus 2010


WAWASAN RAMADHAN

Telah kita ketahui bahwa setiap bulan mempunyai hikmah masing-masing. Begitu juga dengan bulan Ramadhan.
Huruf pertama yaitu “Ra”, bisa berasal dari kata Ru’yatullah. Hal ini sesuai dengan sebuah hadits, “Bagi siapa yang berpuasa, Allah akan memberikan dua kebahagiaan, yang pertama kebahagiaan pada saat ta’jil (berbuka puasa), sedangkan yang kedua akan mendapatkan kebahagiaan pada saat liqa’ (bertemu dengan Allah)”. Untuk lebih memahami arti liqa bisa kita baca kitab Sirrul Asror karya Tuan Syeikh Abdul Qadir al-Zaelani q.s. halaman 49. Di dalamnya disebutkan bahwa manusia (muslim) harus melakukan shaum lahir dan bathin.
Shaum itu ada tiga tingkatan.
• Shaum umum yaitu menjaga lubang-lubang (bukan hanya perut tetapi juga lubang telinga, mata, hidung, lubang depan dan lubang belakang) dari sesuatu yang masuk sampai pada batas batin (yang tidak terlihat dari luar).
• Shaum tingkatan kedua yaitu shaum khusus; menjaga sekujur badan dari segala, maksiat (mata, telinga, mulut, tangan, kaki, dan lain-lain).
• Shaum Khawasil Khawas; yaitu menjaga hati dari lupa kepada Allah.


Ketiga jenis puasa ini harus dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. Jadi ada puasa syariat dan puasa tharekat, dan keduanya harus dilaksanakan. Puasa syariat telah kita ketahui bersama. Sedangkan puasa tharekat adalah menjaga sekujur tubuh dari hal-hal yang diharamkan dan dilarang. Juga dari sifat yang tercela. Baik yang lahir maupun bathin di waktu siang dan di waktu malam. Jika berbuat hal-hal yang tercela maka batallah puasa tharekatnya. Sehingga dia harus memulainya lagi terus menerus hingga meninggal dunia. Mudah-mudahan ketika wafat dalam keadaan yang baik (shaum tharekat).

Huruf Kedua adalah “Mim”. Yang berarti magfiratullah (ampunan Allah). Untuk mendapatkan ampunan-Nya, maka kita harus bertaubat. Hukum bertaubat adalah wajib. Mudah-mudahan dengan berpuasa Allah akan mengampuni dosa-dosa kita, orang tua kita, dan seluruh ummat Islam. Amin. Ampunan dari Allah itu sangat berharga sekali bagi kita, sehingga lebih berharga dibandingkan dengan rezeki. Karena jika memperoleh ampunan Allah maka kita pun akan mendapatkan rezeki. Tetapi jika mendapatkan rezeki belum tentu mendapatkan ampunan dari-Nya.

Huruf Ketiga adalah “Dhadh” yang berasal dari Dhimanullah (tanggungan Allah). Didalam sebuah hadits Qudsyi Allah berfirman :”Shaum itu untuk Aku”. Maksudnya kalau shalat atau haji itu pahalanya untuk orang yang mengerjakannya tetapi shaum itu untuk Allah. Hal ini menunjukkan bahwa shaum agak berbeda dengan ibadah lainnya. Selanjutnya masih dalam hadits tersebut : “…dan orang yang melaksanakan shaum akan Aku balas nanti, dan Aku tanggung dia”. Inilah tanggungan Allah yang harus kita kejar, semoga kita mendapatkannya.

Huruf Keempat adalah “Alif”, berasal dari Ufatullah (kasih sayang Allah). Dia adalah Maha Pengasih dan Penyayang kepada semua makhluk-Nya. Sedangkan kita kebanyakan ingin disayangi oleh Allah tetapi tidak mau menyayangi sesama. Dalam kontek inilah kiranya sangat tidak pantas diantara kita (pengamal TQN PP. Suryalaya) terjadi pertikaian. Padahal Tanbih mengajarkan “Jangan sampai ada pertikaian dengan sesama”. Jika terjadi sesuatu hal diantara kita marilah kita koreksi diri. Jangan saling menyalahkan, hendaknya saling nasehat-menasehati atau mengingatkannya. Karena kesalahan sendiri biasanya kelihatan. Butuh orang lain untuk menyadarkannya.

Huruf Kelima adalah “Nun” (nurullah). Nurullah atau cahaya Allah ini marilah kita berupaya untuk mendapatkannya. Yang dimaksud cahaya Allah ini adalah al-Qur’an, dzikir, hati yang bersih, dan lain-lain. Kebanyakan kita baru bisa menyalurkan nasehat kepada orang lain melalui lisan kita kemudian didengar oleh telinga dan disimpan didalam otak. Belum bisa menyalurkan cahaya Allah itu menembus kedalam hati. Dengan demikian, marilah kita tingkatkan kualitas dzikir kita. Selain menunggu pantulan cahaya Allah melalui Syaikh Mursyid juga kita pun menyalurkannya kepada keluarga dan masyarakat kita. Amin.
Di sampaikan Oleh : KH. M. Zein ZA. Bazul Asyhab dalam acara manakib di Masjid Nurul Asror Pontren Suryalaya
Sumber :www.suryalaya.org

DZIKRULLAH SOLUSI PROBLEMATIKA UMAT


Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim bisa dijadikan barometer umat Islam di dunia. Keadaan umat Islam di Indonesia saat ini merupakan representasi dari kondisi umat Islam di dunia. Secara kualitas kita patut bersyukur tapi secara kualitas perlu sebuah penanganan dan usaha peningkatan yang serius.

Islam ibarat sebuah bangunan yang ditopang oleh empat tiang yaitu shalat, puasa, zakat dan haji. Dan Syahadatain adalah pondasinya. Jika keyakinan ini lemah, maka keempat hal diatas akan keropos dan kurang bermakna. Oleh karena itu keyakinan tersebut harus ditingkatkan dari level Ilmu Yakin (yakin karena diberi tahu) menjadi Ainul Yakin (yakin karena melihat), hingga akhirnyamencapai Haqqul Yakin (yakin karena telah merasakan sendiri).

Bagaimana cara praktis untuk meningkatkan keyakinan tersebut agar keislaman kita kuat, kokoh dan tidak tergoyahkan oleh apapun ? Jaddiduu iimaanakum bikasroti qouli Laa ilaaha Illallah. Hadits tersebut menyatakan bahwa untuk memperkuat keyakinan atau keimanan adalah dengan memperbanyak dzikrullah (Laa Ilaaha Illallah) yang telah ditalqinkan oleh Guru Mursyid.

Orang yang mengamalkan dzikrullah tersebut akan mendapatkan hal-hal berikut :
1. Iman yang yaqin (Haqul Yakin),kuat, kokoh, tak tergoyahkan.
2. Mahabbah yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi yang lain (dunia dan isinya).
3. Tasfiyah al-Qulub yaitu bersihnya hati dari penyakit dan kotoran seperti : Sombong, ria, hasad, iri, dengki, rakus dan sebagainya. Jika hatinya telah bersih maka ia bisa memantulkannya pada yang lain sehingga ikut tersinari.
4. Mampu mengalahkan Syetan , yang selalu menggoda dan membuatnya malas untuk beribadah kepada Allah. Sehingga orang tersebut akan menjadi pemenang di mata Allah.
Sumber www.suryalaya.org



POTRET UMAT ISLAM SEKARANG

Mengapa semakin banyak orang-orang pintar yang berkhidmat kepada Pangersa Abah ? Dalam surat at-Taubah disampaikan tanggung jawab Nabi Muhammad Saw. kepada umatnya. Dimana beliau menginginkan agar orang menjadi Muslim. Mengapa ? Karena menurut al-Qur’an hanya Islamlah yang akan menyelamatkan manusia kalau benar-benar mengamalkannya.

Sebagai manusia nabi Muhammad Saw. akhirnya wafat. Ada sebuah pertanyaan dari Allah Swt. (Q.S 3 : 144), :

“Apakah jika dia wafat atau dibunuh akan berbalik kebelakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka dia tidak dapat menghadirkan madharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Nabi Muhammad Saw. wafat sebagai manusia, dan banyak orang yang tidak percaya serta tidak mau ditinggalkan oleh nabi.
Turunlah ayat al-Qur’an (Q.S. 33 : 40), wajar kalau engkau sekalian berat ditinggalkan nabi, tapi ingatlah beliau hanyalah seorang manusia. Yang penting sekarang adalah apa yang telah diperjuangkan oleh Rasul itu apakah sudah dilaksanakan apa belum ? Mari kita lihat potret hari ini.

Banyak yang perlu kita syukuri diantaranya jumlah umat Islam di Indonesia adalah yang terbanyak di seluruh dunia, mesjid-mesjid dan pesantrennya banyak. Serta para ulamanya pun banyak. Tetapi di balik kemajuan tadi, berapa orangkah yang melaksanakan shalat subuh berjama’ah di mesjid-mesjid ? dan berapa orang yang melaksanakan shalat tahajjud ditengah malam ? inilah problem yang harus dipecahkan sekarang.
Apa penyebabnya ? Diantara sebab-sebab utamanya adalah :
• Ummat Islam telah meninggalkan apa-apa yang telah diperjuangkan oleh Rasulullah Saw. mati-matian selama 23 tahun.
• Karena manusia terkalahkan oleh nafsu dan syetan (“Kabaud ku pangbujuk nafsu, kagendam kupanggoda syetan).


Dimana fungsi dan posisi ilmuwan dan para guru tarekat ? Kedua pihak di atas diperlukan kerjasama yang baik. Makanya di PP. Suryalaya tidak meninggalkan dan menutup ilmu. Akan tetapi terpadu antara upaya melawan nafsu dan syetan plus mengisi kepala dengan ilmu. Sesuatu yang saya herankan kenapa yang sering mengisi kepala dengan ilmu tidak mau memperbaiki hati (ilmu dan dzikir). Sebab kalau ilmu berfungsi untuk menambah wawasan dan pengetahuan, sedangkan dzikir untuk menghilangkan penghalang. Jadi seseorang, walaupun banyak ilmunya tetapi kalah oleh syetan, maka ilmunya tidak banyak bermanfaat. Seperti orang yang mengetahui pahala shalat berjamaah tetapi ia tidak rajin shalat berjamaah.

Oleh karena itu walaupun mesjid banyak, pesantren dan para kiyai banyak, tetapi masih kalah dengan bujukan nafsu dan bujukan syetan, maka keadaan ummat Islam pasti terus begini selamanya.
Akhirnya mesjid-mesjid tidak akan lagi ramai dengan orang yang beribadah lima kali sehari. Berfikirlah apakah sudah ada keadaan mesjid seperti itu? Itu sudah ada, bahkan saya sudah menyaksikannya. Hal ini sebagaimana yang dialami oleh mesjid besarnya Sulthan Muhammad Ali di Kairo, Mesir. Betapa megahnya mesjid tersebut, lampu tengahnya saja beratnya 2,5 ton, jumlah lampu yang ada di dalam 365 buah (sejumlah hitungan hari dalam setahun). Didepan mesjid tersebut ada sebuah sumur yang merupakan speker jaman dahulu dan tebal dinding temboknya mencapai 2 meter.

Cukup menyentuh, bahwa yang datang kesana kebanyakan bukan untuk shalat dhuha, atau membaca al-Qur’an ataupun ibadah lain, akan tetapi kebanyakan yang datang kesana adalah turis-turis yang tidak layak masuk kedalamnya. Apakah mesjid-mesjid ini hanya sekedar pajangan dan tontonan saja? Ingat !!! Mesjid-mesjid harus dimakmurkan, sebagaimana Rasulullah Saw. telah memakmurkan mesjid Madinah.
Marilah sejak hari ini dan pulang dari sini kita harus siap rajin shalat berjamaah di awal waktu. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Guru Mursyid kita dalam setiap waktu shalat di mesjid Nurul Asror. Mesjid ini selalu penuh oleh orang-orang yang berjamaah shalat dan berdzikir, marilah kita hidupkan mesjid-mesjid kita dan jadikanlah diri kita ragi-rag kebaikan disetiap lingkungan masing-masing. Karena hasil dzikir dari ahli-ahli dzikir akan membias kepada tetangga. Dan cahaya Allah tidak pernah berhenti bersinar ke muka bumi setiap saat. Mengapa tidak masuk kedalam hati manusia? Karena sulit mencapai cermin (hati) yang masih bersih. Wahai ahli dzikir, jadilah hatimu cermin-cermin yang bersih sehingga cahaya Allah yang masuk kedalam hatimu akan membias ke dalam hati ummat yang akhirnya menjadikan kebaikan bagi semua umat. Amin.

Maaf, ketika banyak guru-guru yang berilmu lahiriyah saja. Dimana mereka menjelaskan tentang tahajjud dan dalil-dalil, hukumnya serta pembahasan Ushul Fiqihnya, tetapi tidak menyentuh dan menarik untuk melakukannya. Disinilah bedanya Guru Mursyid dengan guru lahiriyah. Seorang guru Mursyid ucapannya sedikit, akan tetapi ribuan orang menangis mendengarnya.
Mudah-mudahan kita mampu mengikuti Guru Mursyid walaupun beda volumenya, yang penting kita dapat terbawa oleh beliau. Marilah kita dengan hasil Maulid sekarang ini dapat meneruskan apa-apa yang diperjuangkan oleh Rasulullah Saw. di lingkungannya masing-masing. Kita gemakan kalimat Laa Ilaaha Illallah dengan tujuan melawan syetan. Buktinya syetan kalah adalah ibadah kita meningkat. Sebaliknya kalau ibadah kita tidak meningkat berarti dzikir kita belum mengalahkan syetan.
Disampaikan Oleh : KH. M. Zein ZA. Bazul Asyhab dalam acara manakib di Masjid Nurul Asror Pontren Suryalaya
Sumber :www.suryalaya.org


Senin, 23 Agustus 2010

Said Aqil: Ormas Tidak Boleh Main Hakim Sendiri
30 Juli 2010 17:36:24
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj menegaskan, pengembangan agama Islam tidak boleh dengan kekerasan. Organisasi masyarakat tidak boleh main hakim sendiri, melakukan kekerasan terhadap pihak lain yang dinilai melanggar hukum. Serahkan kepada aparat keamanan, dalam hal ini polisi.
“NU selalu menegaskan Ansor dan Banser tidak boleh main hakim sendiri. Kekerasan hanya boleh dilakukan aparat pemerintah untuk menegakkan hukum. Kekerasan untuk penegakan hukum diserahkan ke polisi. Jika polisi lemah, ya kita dorong untuk lebih baik dalam menegakkan hukum,” kata Said Aqil Siradj pada pembukaan Konferensi Wilayah NU XI Sumbar, Rabu (28/7/2010) di asrama Haji Parupuk Tabing Padang.

Menurut Said Aqil, seperti dilaporkan Kontributor NU Online Bagindo Armaidi Tanjung di Padang,.kekerasan yang marak saat ini salah satu disebabkan kesalahan pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan sekarang merupakan warisan Belanda. Jika dididik di pendidikan agama, mereka taat beragama tapi tak bisa menguasai ilmu eksata, ilmu umum. Sebaliknya, mereka yang dididik di sekolah umum, pintar, bisa menguasai teknologi, namun tak bisa baca yasin.

“Solusinya dari dilema tersebut adalah pendidikan di pesantren. Siang sekolah, malamnya mengaji. Lulusan pesantren banyak yang memiliki kemampuan dalam pengembangan keilmuan. Sebutlah Nurcholis Majid, Abdurrahman Wahid yang sudah menjadi tokoh,” kata Said.

Dikatakan, tidak benar pesantren merakit bom. Pesantren NU tidak pernah merakit bom. Jika ada alumni pesantren merakit bom, sudah pasti bukan pesantren NU. Karena di pesantren tak ada tambahan pelajaran merakit bom.

Lebih baik bodoh tapi baik, ketimbang pintar tapi jahat. Seorang yang pintar tapi jahat, 80 juta hektar hutan dibabat sampai rusak. Sedangkan yang bodoh tapi jahat, paling yang rusak itu hanya puluhan pohon saja. “Orang bodoh ingin maling uang menggunakan golok, paling mampu merampas uang bank Rp 2 miliar. Tapi orang pintar, tidak pakai golok, uang negara bisa hilang mencapai Rp 6,7 triliun,” kata Said menambahkan.(NUONLINE)
Sumber :www.gusmus.net
BENTENGI DIRI DENGAN LAA ILAAHA ILLALLAH
Godaan Iblis terhadap Nabi Adam As. patut kita jadikan contoh, betapa dahsyatnya godaan dan bujukan Iblis tersebut sehingga Adam dan Hawa harus turun ke bumi bersama dengan Iblis menjadi musuh untuk selamanya. Apa yang kurang dari Nabi Adam As.? Pangkatnya Nabi dan Rasul pertama, jabatannya Kholifatul fil ardh, Wakil Allah di muka bumi, ilmunya tinggi, sehingga para Malaikatpun bersujud kepadanya untuk memenuhi perintah Allah kecuali salah seorang diantaranya yang menganggap dirinya lebih baik dari Adam. Kekayaannya, Adam dipersilahkan menikmati semua yang ada di "surga" kecuali popon khuldi. Tetapi ... karena bujuk rayu Iblis yang begitu kuat, akhirnya Adam dan Hawa melanggar perintah Allah. Lihatlah diri kita, pangkat apa yang kita punya, jabatan apa yang kita miliki, kekayaan dan ilmu apa yang kita simpan? Iblis tetap akan menggoda kita, dan kita dipastikan akan terbujuk, tergelincir, tergoda sehingga melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya atau sebaliknya tidak mau melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Banyak cara dilakukan oleh manusia untuk menjaga diri, keluarga, harta, jabatan, pangkat, kedudukan dan lain-lainnya. Seperti rumah tempat tinggal kita ditempeli dengan ayat-ayat Qur'an misalnya Ayat Kursi. Supaya tidak dibisa dimasuki maling, misalnya. Ayat Qur'an yang ditempel di dinding rumah kita, bisa jadi membuat syetan emoh masuk ke rumah kita. Tapi syetan itu pintar. Ketika rumah kita di tempeli ayat Qur'an, dia melihat yang punya rumahnya TIDAK DITEMPELI AYAT QUR'AN. Maka ... kitalah yang kemudian dimasuki syetan, Na'udzu billahi min dzaalik. Selanjutnya bisa ditebak, kita menjadi temannya. Parahnya lagi, tidak hanya syetan saya yang masuk ke dalam diri dan hati kita, tapi juga dunia dan segala isinya masuk ke dalam hati kita.
Mobil masuk ke hati, sehingga ketika mobil itu hilang atau dicuri, maka hati kita menjadi sakit. Keluarga di masukkan ke dalam hati, sehinga ketika salah seorang diantara mereka meninggalkan kita, hati kita menjadi sakit. Pangkat dan jabatan serta kedudukan, dimasukkan pula ke dalam hati, sehingga ketika hal tersebut tidak lagi ada pada diri kita, maka hati kita menjadi sakit dan seterusnya. Tetapi ... APAKAH kita pernah MERASA SAKIT ketika ALLAH HILANG DALAM HATI KITA? Kita seharusnya terus bersyukur karena telah bertemu dengan Pangersa Abah Anom yang telah menempelkan al-Qur'an ke dalam diri kita, ke dalam ruh kita, menempelkan Ismu dzat ke dalam hati kita. Bukan berarti tidak boleh mencari dunia, silahkan saja tapi jangan sampai dunia itu dimasukkan kedalam hati kita, cukup Allah saja yang ada di dalam hati ini.
Sekali lagi, mari kita bersyukur kepada Allah, karena melalui Pangersa Abah, kita diajarkan untuk selalu mengisi hati kita dengan dzikrullah, membetengi diri kita dengan kalimat Laa Ilaaha Illallah, menuntun kita untuk selalu beribadah, memberikan contoh kepada kita untuk hidup bahagia di dunia juga sejahtera di akhirat. Kalau begitu, apa yang sudah kita berikan untuk Suryalaya? Jangan hanya omong saja yang besar, retorika saja yang begitu menarik tapi kosong dari realitas. Mari kita buktikan pengabdian kita kepada Pangersa Abah Anom, kepada pesantren Suryalaya di mana saja kita berada dengan tenaga, harta, pikiran, dengan diri yang dilandasi keikhlasan. Amin ya robbal 'alamiin.
Sumber;www.suryalaya.org
JANGAN MERASA DIRI LEBIH MULIA DARI ORANG LAIN


Setiap orang yang beriman hendaknya jangan sampai suka memperlihatkan sikap tidak baik, merasa diri kita lebih mulia daripada orang lain. Ingin menghina pada orang lain. Ingin menghina kepada sesama, karena Allah telah berfirman : Wahai orang-orang yang beriman jangan suka menghina segolongan diantara kamu kepada golongan lainnya siapa tahu lebih baik yang dihina daripada yang menghina. Hal ini perlu mengapatkan perhatian kita sepenuhnya, sebab hal tersebut secara tidak sadar kita lakukan. Kadang-kadang dirasakan seperti becanda saja, padahal kalau tidak cepat bertobat, bisa menimbulkan dzolim. Artinya menjadi orang yang selalu merasa kegelapan. Gelap dalam arti pikiran dan perasaan. Masalah seperti ini dipandang penting dalah tarekat, sampai ada istilah Muroqobah. Itu gunanya untuk merasakan gerak-gerik kita. Mulai dari ucapan, kelakuan termasuk i'tikad. Jelas tentang hal ini jangan sampai disepelekan.

Seperti yang diterangkan dalam surat at-Taubat dalam al-Quran: Wa ammalladziina fii quluubiHim marodhun fazaadatHum rijsan ilaa rijsiHim wa maa tuuwaHum kaafirinn. Artinya : Orang-orang yang dalam hatinya berpenyakit, gerakan nafsu, ujub, riya, takabur, sombong, bohong, dzolim, khianat, jahat, dengki, benci dan seterusnya. Memang untuk menghina orang lain itu pekerjaan gampang tidak perlu repot-repot. Penyakit tersebut hampir tidak terasa, walaupun ia telah menyusup memasuki daerah perasaan kita. Tetapi kalau kita teliti dengan "kacamata rasa", baru kita menyadari bahwa perasaan kita sudah hampir ambruk. Sebab akibat lupa meneliti diri, bisa menimbulkan keinginan dalam hati untuk menghina orang lain. Padahal dirinya sendiri belum tentu benar. Pada dirinya sendiri banyak hal yang harus disingkirkan, yang pantas jadi ejekan, yang pantas ditiadakan, yang pantas dimusnahkan dan masih banyak kejelekan lainnya. Oleh karena itu sampai kita sempat melihat badan orang lain. Memang begitu lumrahnya, kotoran secuil pada badan orang lain kelihatan jelas, tapi badan sendiri sekujur tubuh penuh dengan kotoran yang menjijikan sama sekali tidak merasa. Lalau apa gunanya kita berdzikir? Kalau keadaan kita masih begitu juga. Padahal dzikir itu adalah sesuatu yang dapat menjadi garis pemisah antara yang baik dan yang jelek.

Dari ucapan saja sudah jelas, yaitu : Tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah Swt. Perintah ini benar-benar sudah jelas dengan ucapan yang nyata. Hasilnya hendaknya supaya berbekas pada amal, supaya tembus sampai i'tikad dengan benar-benar kokoh kuat, bisa memisahkan antara yang baik dan yang buruk. Dzikir dengan lisan, yang tembus ke dalam hati, langsung tembus ke rasa akan memperlihatkan hasil kebaikan yang nyata pada diri kita. Jangan pura-pura sedang dihadapan umum seperti bersahabat tidak memperlihatkan rasa benci tapi dibelakangnya sebaliknya. Jangan sampai begitu. Singkirkan sifat seperti itu. Untuk apa kita amalkan dzikir yang dua macam yaitu dzikir Jahar yang diucapkan dan dzikir khofi yang diingatkan. Kedua macam dzikir itu guna memberantas segala macam kesalahan. dari kesalahan besar, sedang dan kecil. Dari kesalahan yang terdengar sampai yang tidak kedengaran. Oleh karena itu harus bisa menjelmakan menjadi satu pendirian yang benar-benar Shaleh sehingga bisa menghindarkan diri dari amal yang tidak diridhoi Allah Swt.
Sumber:www.suryalaya.org

JANGAN KOTORI SURYALAYA
Ustadz Kholil Sa'id
Kunci untuk mendapatkan kemuliaan dari Allah Swt. adalah taqwa. Taqwa yaitu menjalankan perintah Allah yang wajib dan yang sunat serta menjauhi larangan Allah berupa dosa besar dan dosa kecil. Tanyakan kepada diri sendiri, apakah kita sudah termasuk orang bertaqwa? Ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah :
1. Tawadhu; Rendah hati, memiliki sopan santun, seperti dalam Tanbih disebutkan terhadap yang lebih tinggi dari kita baik lahir maupun bathin, terhadap sesama, terhadap orang yang keadaannya lebih rendah dari kita dan memiliki sikap terhadap fakir miskin. Tawadhu terdiri dari dua. Yaitu tawadhu terhadap Allah seperti ketika akan melaksanakan shalat, gunakanlah pakaian yang sesuai. Dan tawadhu terhadap manusia, karena surga itu banyak dihuni oleh manusia yang bertaqwa dan yang berakhlak mulia.
2. Qona'ah; Merasa cukup dengan pemberian Allah. Sebaliknya dari qona'ah adalah serakah. Orang yang serakah tidak peduli dengan halal haram asal kehidupannya penuh dengan materi meskipun harus mengorbankan harga diri sehingga hilang rasa kemanusiaannya.
3. Wara'; Memiliki sikap hati-hati dalam niat atau tekad, sikap dan ucapan serta perbuatan. Jika tidak bersikap demikian banyak hal yang timbul seperti pertikaian meskipun dengan sesama muslim. Terutama dalam perbuatan, harus sangat berhati-hati. Karena jika perbuatan buruk kita yang melanggar peraturan agama dan negara kemudian ditiru oleh banyak orang maka dosa bagi kita akan berlipat, menjadi dosa muta-akhir, na'udzu billahi min dzaalik. Contohnya dalam berpakaian. Untuk wanita, pakaian yang digunakan harus bisa menutupi aurat. Jangan sampai datang ke Suryalaya memakai pakaian yang bisa menimbulkan nafsu birahi kaum laki-laki. Karena Patapan Suryalaya adalah tempat waliyullah jangan melakukan hal-hal yang tidak baik karena maksud tujuan kita datang ke Suryalaya adalah bersama Abah supaya bisa sampai kepada Allah melalui karomahnya, barokahnya serta wasilahnya sehingga kita bisa selamat di dunia dan di akhirat.
Selain itu, sebagai Ikhwan Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah harus bisa menjaga diri jangan sampai mendapatkan penilaian buruk dari orang lain. Seperti shalat harus dilaksanakan dengan tu'maninah. Kalau tidak demikian, maka orang lain akan menilai buruk terhadap kita. Kita bertasawuf, sedang melaksanakan tarekat tapi syari'atnya tidak dihiraukan. Jadilah Ikhwan yang dapat dijadikan contoh suri tauladan oleh yang lain baik secara lahiriah maupun batiniah. Dengan penuh keyakinan dan rasa cinta kepada Pangersa Abah, mari kita amalkan tarekat qodiriyah Naqsyabandiyah sehingga kita menjadi orang yang selamat di dunia, bahagia di akhirat, cageur bageur. Amin ya robbal 'alamiin.
Sumber:www.suryalaya.org
Jadilah Manusia Ramadan Sejati
Jumat, 13 Agustus 2010 15:20 Syarief Oebaidillah
DENGAN melaksanakan ibadah di bulan suci Ramadan sejatinya manusia dilatih untuk melepaskan diri dari jerat dimensi kebinatangan sehingga diharapkan dimensi spiritual atau kerohaniannya pun meningkat.
“Dengan kekuatan spiritual rohaniah manusia akan mampu mengendalikan diri dan terbebas dari syahwat negatif seperti korupsi, oto riter, tirani, pornografi , hedonistik, dan aksi kekerasan,” kata KH Wahfiuddin kepada Media Indonesia, di Jakarta, Kamis (12/8).
Mubalig yang kerap memberi ceramah di sejumlah stasiun televisi ini menegaskan seharusnya manusia memanfaatkan momentum Ramadan dengan menjalankan dan menegakan shiyam atau puasa di siang hari dan qiyam atau bangkit beribadah di malam hari. Dengan melaksanakan hal itu, manusia mampu menghentikan dirinya dari perbuatan buruk tersebut.
Dijelaskan, apabila kejahatan itu tidak juga di hentikan manusia, mereka itu masuk kategori yang disebutkan dalam sebuah hadis Rasulullah SAW, “Betapa banyak manusia di bulan Ramadan ini tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali sekadar pengalaman lapar dan haus.” Itu artinya Ramadan berlalu begitu saja tidak ada peningkatan kualitas diri dan tidak juga mendapat pahala dari Allah SWT.
KH Wahfiuddin yang juga Ketua Bidang Pengkajian dan Diklat Jakarta Islamic Centre (JIC) ini mengutip hadis lainnya, “Celakalah orang yang di dalam Ramadan ini tidak mendapatkan ampunan dan berkah dari Allah SWT.”
Selanjutnya, bukan hanya tindakan ritual dengan shiyam dan qiyam, melainkan juga harus ada tindakan sosial dan politik untuk menghentikan kegiatan-kegiatan yang destruktif tersebut. Hal ini untuk menunjukkan bukti bahwa manusia yang berpuasa sebagai ‘manusia Ramadan’ yang sejati.
Manusia Ramadan itu, yakni bersikap jujur, adil, mendahulukan kepentingan orang lain, menghindari berbuat curang, korupsi, dan tirani. “Manusia jangan larut memperturutkan hawa nafsu, memperturutkan hasrat kebinatangan. Hiduplah sebagai manusia yang berjiwa luhur dengan kesadaran penuh sebagai pemimpin yang memberi teladan bagi umat dan bangsa.”.
Menurut Wahfiuddin yang juga Wakil Talqin dan Ketua Koordinator Wilayah Thariqot Qadiriyyah Naqsabandiah Abah Anom Suralaya, Tasikmalaya, segeralah buang jauh-jauh sifat kebinatangan itu sebelum terlambat. “Jangan sampai kesadaran itu tumbuh ketika segalanya sudah terlambat.”
Lebih lanjut Wahfiuddin menjelaskan ashiyam dari kata shoma artinya menahan atau mengendalikan. Dalam ritual Ramadan ada imsak artinya menggenggam atau mengerem untuk menghentikan. Dari dua istilah itu ibadah puasa intinya menahan dan mengendalikan dari dorongan hawa nafsu.
Ia menambahkan, dalam diri manusia terdapat empat syahwat utama yang menjadi ciri kebinatangan, yakni syahwat perut seperti makan minum, syahwat farji seperti libido dan seks, syahwat kalam atau hasrat bergunjing, ngerumpi atau bergosip, dan syahwat naum, yakni hasrat untuk tidur.
Sementara itu, di bulan Ramadan ini terdapat dua jenis ibadah yang menonjol, yakni shiyam, puasa di siang hari dan qiyam, bangkit mengurangi tidur di malam hari. “Nah, dua jenis ibadah ini menahan diri dari empat utama syahwat tadi,” cetus Wahfiuddin.
Kontrol diri
Hal senada dikatakan Ketua Takmir Masjid Hi dayatullah, Jakarta, KH Nawawi Hakam. Ia mengatakan puasa artinya imsak, yakni menahan dan mengendalikan diri tidak melakukan ke mungkaran. Puasa juga mendidik diri kita menjadi orang baik berakhlak mulia, turut merasakan penderitaan orang lain. Lebih dari itu, dengan puasa merasa jiwa diawasi Allah SWT.
“Puasa itu alat kontrol kita menjauhi mungkar karena merasa diawasi Allah SWT. Kita selalu terpusat pada Ilahi dan dalam pemeliharaan- Nya,” ujar Nawawi Hakam, jebolan Universitas Ummul Quro, Mekah, yang aktif mengajar di Fakultas Dasar Ulama MUI Jakarta ini.
Karena merasa selalu diawasi Allah, jauhkanlah diri dari sifat arogansi, merasa benar sendiri, perbuatan korupsi, iri hati, adu domba, dan perbuatan buruk lainnya. “Intinya berpuasa mesti ikhlas dan merasa dipantau Allah SWT sehingga mampu meninggalkan perbuatan buruk, mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu amarah menuju nafsu mutmainah yaitu nafsu yang tenang yang diridai-Nya,” pungkas Nawawi Hakam. (S-1)
Sumber:www.tqn-jakarta.org

PENGERTIAN DAN MANFAAT ZIARAH
Banyak sekali hadits-hadits dan kaul Ulama yang mengemukakan tentang kebolehan ziarah. Kita akan mengambil faedah dan khidmahnya ziarah kepada makam para Nabi, Wali dan para Sholihin. Adapun cara-cara ziarah telah dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw. diantaranya sebagai berikut :
1. Dari Buraedah ra. berkata Rasulullah Saw. : Aku dahulu mencegah ziarah ke kubur, akan tetapi sekarang aku memerintahkan, berziarahlah kamu. (HR. Muslim) Dalam riwayat lain: Barang siapa yang ingin ziarah ke kubur hendaklah diziarahinya, karena berziarah itu mengingatkan kita kepada akhirat.
2. Dari Aisyah, isteri Rasulullah Saw. berkata : Keadaan Rasulullah setiap malam gilirannya menginap di tempat Siti Aisyah dan akhir malamnya Rasulullah pergi ke kubur Baqi lalu bersabda : "Selamat sejahtera kepadamu hai kaum Muslimin. Tentu datang kepadamu apa yang dijanjikan padamu, besok masanya. Dan aku Insya Allah akan mengikuti kami. Yaa Allah ampunilah penduduk Baqi (tempat kuburan syuhada).
3. Dari Buraidah ra. berkata : bahwa Rasulullah Saw. benar-benar mengajarkan kepada para Sahabatnya diwaktu pergi ke kubur agar membaca : Salam kepada ahli kubur kaum mu'minin dan muslimin. Dan Insya Allah aku akan mengikuti kamu. Aku mohon kepada Allah untuk kami dan kamu agar selamat.
4. Dari sahabat Ibnu Abbas ra. berkata : Rasulullah Saw berjalan melewati kuburan di Madinah. Maka beliau menghadap ke kuburan itu sambil membaca salam sejahtera bagimu wahai ahli kubur. Semoga Allah mengampuni kami dan kamu. Kamu telah mendahului kami dan kamipun anti berikutnya.
5. Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda : Barang siapa ziarah kepadaku setelah mati, itu seolah-olah seperti ziarah kepadaku diwaktu aku masih hidup. (Riwayat Daru Qutni)
6. Barang siapa berziarah ke kuburku, dia wajib mendapat syafa'atku (Riwayat Daruqutni)
7. Kaul Imam Hambali : Bilamana kamu ziarah ke makam, bacalah FAtihah, surat Falaq binnas, al-Ikhlas lalu pahalanya serahkan kepada ahli kubur. Sebenarnya amal perbuatan yang demikian itu akan sampai kepada mereka (ahli kubur).
8. Masih kaul Imam Hambali : Menerima dari ulama salaf, bermacam-macam kebaikan yang dapat sampai kepada orang yang telah meninggal diantaranya : Sodaqoh, shalat, puasa, haji, i'tikaf, membaca al-Qur'an dan dzikir juga yang menyerupainya.
Demikian, kaifiyat/cara-cara ziarah ke makam yang diterangkan oleh Rasulullah Saw. Mudah-mudahan kita semua dapat melaksanakan ziarah ini sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Dimanapun kita memohon boleh, termasuk di makam-makam para solihin dan permohonan/do'a hanya kepada Allah Swt. Ud'uunii astajiblakum; Mintalah kepada-Ku, niscaya do'a kamu akan dikabul. Begitulah cara ziarah yang diatur oleh Rasulullah Saw. untuk umatnya yang disyari'atkan menjadi ibadat sunat. Dzikir, tahlil dan tasbih yang dilaksanakan di tempat-tempat ziarah hendaknya dilaksanakan dengan tertib dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekitarnya.
Sumber: www.suryalaya.org

Rabu, 11 Agustus 2010



SABAR DAN SYUKUR
"Barang siapa yang tidak mensyukuri atas nikmat-Ku, tidak sabar akan bencana-Ku, tidak ridho akan keputusan-Ku, maka keluarlah dari langitku dan carilah Tuhan selain Aku". Apakah kita sudah bisa sabar? Bisa bersyukur? Dua kata ini mudah diucapkan tapi sulit untuk diamalkan. Supaya kita bisa bersabar dan bersyukur tentunya harus belajar dari seseorang yang memang sudah bisa bisa bersabar dan bersyukur. Antara nikmat dan musibah, suka dan duka dalam kehidupan ini datang silih berganti. Disanalah kita harus bisa bersyukur ketika mendapat nikmat dan bersabar ketika mendapat musibah.
Sebagai contoh : Seekor ayam (betina) hanya mengeluarkan 2 hal. Kalau tidak telur ayam maka tahi ayam. Mana yang lebih banyak keluar? Telur atau tahi. Jawabannya adalah tahinya. Semenjak dia menetas sudah mengeluarkan tahi dan baru bisa bertelur, kira-kira sudah berumur 6 bulan. Meskipun sudah bertelur tetap saja seekor ayam mengeluarkan tahi. Kalau ditanya mana yang halal, jawabannya adalah telur. Mana yang haram/najis? Jawabannya adalah tahi. Tapi kalau pertanyaannya: Pilih yang mana, telur atau tahi? Jawaban setiap orang akan berbeda-beda. Ada yang ingin telur ada yang ingin tahi kalau dia petani. Dua-duanya bermanfaat bagi manusia. Padahal kalau kita mau mengumpulkan tahi dari sejak ayam lahir hingga bertelur maka kita akan banyak mendapatkan pupuk untuk tanaman. Dari pada ingin sebuah telur harus menunggu 6 bulan, dan pada akhirnyapun telur itu akan mengeluarkan tahi.
Dari perumpamaan tersebut, apabila kita diberi nikmat (telur) maka bersyukurlah. Tapi kalau Allah memberi musibah (tahi) maka bersabarlah. "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas". (QS. al-Kahfi : 28). Jadi kalau kita mau bersabar harus bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya. Tuhan mana yang kita seru, Laa ilaaha Illallah. Musa bertanya kepada Allah, bagaimana caranya bersyukur? Allah menjawab : Jika Engkau ingat kepada-Ku maka engkau sedang bersyukur. Jika engkau lupa kepada-ku maka engkau sedang kufur kepada-Ku. Alhamdulillah, kedua-duanya telah kita miliki, tinggal mengamalkannya
Di samapaikan oleh ;Drs.K H. Nur Muhamad Suharto dalam acara Kuliah Subuh di Masjid Nurul Asror PonPes Suryalaya.
Sumber :www.suryalaya.org


TANAH PUN INGIN BERIBADAH
Suatu hari, saya menghadap kepada Pangersa Abah Anom untuk melaporkan tentang perkembangan pesantren. Waktu itu, luas pesantren hanya 500 M2 dan alhamdulillah akan diperluas. Apa jawaban Pangersa Abah ketika saya melaporkan bisa membeli tanah untuk perluasan pesantren? Sambil tersenyum beliau menjawab : "Taneuh gé, hayangeun diajak ibadah euy" (Tanah juga ingin diajak ibadah). Karena kebodohan kita, mata hati kita yang tertutup penuh dengan noda, ruh kita yang kotor, hijab yang begitu tebal sehingga kita hanya tahu bahwa yang bisa bicara itu hanya manusia saja. Alam ini, tidak bisa berbicara, diam saja, sehingga manusia yang serakah mengambil hasil alam tanpa perhitungan dan merusaknya. Yang terjadi kemudian adalah seperti tertulis dalam TANBIH (Tuhan yang Maha Esa telah memberikan contoh, yakni tempat maupun kampung, desa maupun negara yang dahulunya aman dan tenteram, gemah ripah loh jinawi, namun penduduknya/ penghuninya mengingkari nikmat-nikmat Allah, maka lalu berkecamuklah bencana kelaparan, penderitaan, ketakutan, dan sebagainya yang disebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri) mengutip dari surat an-Nahl ayat 112: "Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat".
Dalam salah satu Manqobah, seekor unta berbicara dengan Syekh Abdul Qodir Qs. ketika muda. Nabi Sulaiman bisa mengerti bahasa semut. Gunung-gunung pernah menawarkan diri berubah menjadi emas kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika beliau ditimpa kelaparan. Di akhirat nanti, tangan dan kaki kita yang berbicara sebagai saksi atas perbuatan kita selama di dunia. Oleh karena itu, manusia yang dipilih oleh Allah untuk menjadi Khalifahnya, harus benar-benar bisa menjadi Wakil Allah di muka bumi. Dengan berbakal ilmu yang diamalkan, iman dan taqwa serta bimbingan dari seseorang yang sudah sampai kepada Allah. Seorang saja Wali Allah berkurang jumlahnya maka tidak akan turun hujan setetespun. Bimbingan seorang Guru Mursyid sangat mutlak diperlukan sehingga kita bisa menjadi manusia yang bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya. Mari kita tingkatkan ibadah dengan mencontoh Guru kita.
Di sampaikan Oleh : KH. Zezen Zaenal Abidin Bazul Asyhab dalam acara manakib di Masjid Nurul Asror PonPes Suryalaya.
Sumber: Suryalaya.org


PERSAUDARAAN ISLAM
Di zaman permulaan Islam di Madinah, Rasulullah Saw. telah mempersaudarakan seorang kaum Muhajirin dengan seorang kaum Anshar. Ini merupakan salah satu contoh dalam persaudaraan Islam. Allah Swt. berfirman : "Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (al-Hasyr : 9).
Banyak kisah-kisah persaudaraan tersebut yang bisa kita baca. Seperti Ketika mereka (Muhajirin) tiba di kota Madinah Rasulullah Saw. mempersaudarakan di antara Abdurrahman (bin ‘Auf) dan Sa‘d bin Rabi‘. (Sa‘d) berkata kepada Abdurrahman: “Sesungguhnya aku adalah golongan Anshar yang terbanyak harta, maka aku membagi hartaku dua bagian, dan aku mempunyai dua isteri, lihatlah yang mana engkau lebih tertarik daripada keduanya, lalu sebutkan namanya kepadaku, maka aku akan menceraikannya. Kemudian jika sudah habis ‘iddahnya maka nikahilah dia.” Abdurrahman berkata: “Semoga Allah memberkati keluargamu dan hartamu, (akan tetapi) di manakah pasar kamu?” Mereka menunjukkannya pasar Bani Qainuqaa‘…” (Hadits riwayat Al-Bukhari). Dan kisah-kisah lainnya yang menggambarkan ketulusan dan kemurnian persaudaraan di antara mereka. Dan semua itu tentu saja dilandasai oleh keimanan. Dengan kesempurnaan iman yang sedemikian rupa, Nabi masih bersabda : Jaddiduu iimaanakum....Bikatsroti qouli laa ilaaha illallaah. (Perbaharuilah iman kalian...dengan memperbanyak ucapan Laa ilaaha illallaah). Sampai sekarang ini kita masih belajar mengamalkannya. Tidak hanya ucapan saja tapi juga amaliah yang lainnya sehingga orang lainpun bisa mendapatkan hidayah, mau mengikuti tarekat ini berdasarkan tuntunan dari Guru Mursyid. Dzikrullah ini tidak saja untuk urusan dunia tapi juga untuk urusan akhirat. Mudah-mudahan kita bisa sampai kepada Allah bersama Beliau. Amalkan dengan sebaik-baiknya mudah-mudahan segala permohonan kita dikabulkan oleh Allah Swt. kalau kita sudah kepada-Nya melalui dzikir yang kita lakukan. Seperti Tuan Syekh 'Abdul Qodir Jaelani Qs. bermunajat selama 40 hari di depan makam Rasulullah Saw. Berapa lamakah kita berminajat kepada Allah setiap harinya?
Di sampaikan oleh :KH. R. Ahmad Rohim Mahmud dalam acara manakib di Masjid Nurul Asror PonPes Suryalaya
Sumber :www.suryalaya.org


AMALIYAH TQN..., AMALKAN SAJA!
Kira-kira sudah 25 tahun saya belajar tentang Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah dari Pangersa Abah Anom dan mengamalkannya. Dari waktu tersebut, sudah banyak rintangan, cobaan, hambatan yang pernah saya alami. Tapi, alhamdulillah, berkat karomah Pangersa Abah, saya dapat melewatinya dengan penuh kesabaran sambil terus melaksanakan amaliah TQN berupa Dzikrullah, khataman, manaqiban, mengamalkan Tanbih dalam kehidupan sehari-hari dan lain-lain. Tentu saja semua itu harus diiringi dengan kekuatan iman, keikhlasan, keyakinan dan kesabaran seperti sabarnya Nabi Ayub As.
Pertama : Kalimat Laa ilaaha Ilallah (dzikir Jahar yang kita amalkan), pada mulanya diletakkan oleh Allah (tertulis) pada tiang tiang 'Arsy dan tidak ada satupun makhluk yang diciptakan oleh Allah kecuali ruhnya berdzikir dengan Laa Ilaaha Illallah. Karena kalimat Laa Ilaaha Illallah itu tidak lain merupakan huruf ALIF, LAM, LAM, HA (ALLAHU). Karena itu talqin dzikir (khofi) yang telah diisikan oleh Pangersa Abah atau Wakil Talqin yang telah ditunjuk oleh beliau, merupakan sesuatu perkara yang amat besar. Dalam suatu hadits disebutkan Laqqiinuu mautaakum laa ilaaha illallah. Ajarkanlah orang yang akan (hampir) mati dengan laa ilaaha illallah. Hadits ini jangan diartikan kepada orang yang sedang menghadapi sakaratul maut tapi yang akan mati itu adalah kita sendiri.
Laa ilaaha illallah memberikan kekuatan kepada kita sebagai muslim, laa ilaaha illallah menghubungkan kita langsung kepada Allah, laa ilaaha illallah memfanakan diri kita dari dunia yang akan kita tinggalkan, laa ilaaha illallah yang menjamin diri kita masuk surga, laa ilaaha illallah sebagai kekuatan umat Islam seperti yang diajarkan selama 12 tahun di Mekkah oleh Rasulullah Saw. Bilal bin Rabah telah mencontohkan kepada kita bagaimana kekuatan kalimat tersebut meskipun siksaan-siksaan didapatinya tapi dia tetap berkata, Ahadun, ahad, Allahu, Allah ... Kita harus mempunyai keyakinan yang sempurna dengan kalimat tersebut. Karena banyak yang mengucapkan kalimat tersebut tapi tidak bisa sampai kepada Allah. Sayyidina 'Alipun diajarkan oleh Nabi tentang hal tersebut sebagai suatu cara yang paling dekat, paling cepat, paling mudah, paling unggul untuk dekat kepada Allah. Dzikir inilah sebagai benteng kita untuk menghadapi setiap permasalahan kehidupan dunia. Dengan penuh kesabaran, keimanan, kegungan kalimat ini, hadapilah semua permasalahan itu sehingga timbul kesadaran bahwa kita adalah makhluk dan Allah adalah Khaliq.
Kedua Khatam atau khataman. Sebagai murid, hendaknya tidak perlu bertanya kepada Mursyid tentang amaliyah yang diperintahkan olehnya untuk mengamalkannya. Dzikir, amalkan saja, Khataman, amalkan saja, makaqiban amalkan saja, Tanbih amalkan saja. Kalau kita lihat isi dari khataman tersebut, maka akan tampak bahwa didalamnya terdapat sesuatu perkara dunia yang tersirat tapi tidak tersurat. Misalnya Allahumma yaa qoodiyal Haajaat. Banyak hajat dunia yang ingin kita penuhi, tapi dalam khataman tersebut cukup itu saja yang disampaikan kepada Allah, meskipun pendek tapi penuh dengan makna. Begitulah orang-orang yang telah berma'rifat kepada Allah menyampaikan hajatnya. Tidak perlu kita tambah dengan hal-hal lain. Cukup saja dengan Allahumma yaa qoodiyal Haajaat. Dan seterusnya. Dengan mengamalkan khataman, berarti kita telah menghubungkan diri dengan para nabi, para malaikat, para khulafaur rosyidin, para sholihin, para 'ulama, orang tua kita, kaum muslimin dan lain-lain. Meskipun kalimat-kalimat dalam khataman pendek-pendek, tapi bisa mengadung seribu makna. Karena itu, amalkan saja! Itulah yang saya rasakan selama 25 tahun mengamalkannya. Jangan lupa kuncinya adalah sabar. Insya Allah dengan berkah dzikir dan khataman setiap permasalah hidup yang kita hadapi akan diberikan jalan keluar oleh Allah.
Ketiga Manaqiban. Meskipun didalamnya terdapat bermacam-macam karomah Syekh Abdul Qodur Jailani yang berada diluar kebiasaan manusia, kita harus percaya, jangan agu-ragu, karena itulah karomah. Di dalam al-Qur'anpun bermacam-macam keluarbiasaan dari seorang manusia yang telah dimuliakan oleh Allah bisa kita baca seperti dalam kisah Ashabul Kahfi, kisah Siti Maryam dan lain-lain. Mereka bukanlah Rasul yang diberikan mu'jizat tapi hanya seorang yang telah dimuliakan oleh Allah dengan karomahnya dengan berkahnya. Syekh 'Abdul Qodir Jailani sampai berani mengatakan, barang siapa yang ingin berhubungan denganku, ingin aku sampaikan kepada Allah permohonanmu, maka ucapkanlah : Bismillaahi, 'alaa niyyati sayyidi syekh 'abdul Qodir Jailani. Jauh-jauh kita datang ke Suryalaya ini untuk mengikuti Manaqib Syekh Abdul Qodir Jailani, tidak lain untuk mendapatkan berkah dari Pangersa Abah dan Syekh Abdul Qodir Jailani.
Yakinkanlah, dengan mengamalkan dzikir, khataman, manaqiban dan amal shaleh yang lain baik secara lahiriyah maupun batiniah, maka Allah akan mengabulkan hajat-hajat kita. Amalkan dengan ikhlas dan bersabarlah.
Disampaikan oleh Ustadz Haji Ali Mohamed dalam acara manakib di Masjid Nurul AsrorPonPes Suryalaya
Sumber :www.suryalaya.org

Hidmah Amaliah Manakib

Minggu malam tanggal 08-08-2010 bertepatan pelaksanaan manakib bulanan di Majlis Dzikir Al Mubarok kavling Serpong,setelah sholat Asyar berjama’ah di teruskan manakib di rumah Bpk Ruslan Taroni yang rutin dilaksanakan tiap bulan sebelum manakib di Majlis Dzikir Al Mubarok.
Hujan turun deras mengguyur daerah serpong dan sekitarnya ,sehingga para ikhwan dan akhwat yang hadir basah kuyup karena ke hujanan di perjalanan, bahkan untuk daerah Cisoka ,Bojong gede hujan turun lebih awal dari pada di serpong.
Namun hujan tidak menjadi halangan para ikhwan untuk tetap hdir dalam rangka hidmat amaliah mengerjakan apa yang di contohkan dan di anjurkan oleh Guru Mursyid.
Menjelang sholat isya’hujan berhenti,dan para ikhwan sibuk mempersiapkan gelaran untuk jama’ah sholat isya’ karena memang di Mushola tidak cukup untuk menampung jama’ah .
Setelah sholat isya ,Dzikir ,sholat sunah lidaf’il bala’,khotaman,tiba gilirn makan malam bersama dngan menu khas Al Mubarok ,yaitu soto ayam yang menambah suasana hangat dan akrab sesama ikhwan apalagi waktu itu cuaca agak dingin karena habis di guyur hujan.
Petugas mankib kali ini adalah : Protokol oleh Bpk Sugandi dari Gondrong ciledug Tangerang,Pembacaan ayat suci Al Qur’an oleh Bpk Ridwansyah dari Sepatan Tangerng,Tanbih di bacakan oleh Bpk Asun Suryadi dari Komplek Pondok Benda Pamulang,Tawasul di imami oleh Bpk Sungkono dari Suradita ,Mankobah di bacakan oleh Bpk H.Mursyidi MM dari Jakarta .
Ceramah manakib oleh Bpk Ustadz Sholeh Maskub dari Jakarta .
Manakib kali ini selain di hadiri oleh aktifis aktifis Al Mubarok dari berbagai tempat ,juga banyak “wajah wajah baru” yang baru kenal atau baru mengerti adanya kegiatan manakib di Malis Dzikir Al Mubarok.
Dalam ceramahnya Bpk Ustadz Sholeh maskub berpesan “mari kita amalkan dzikir yang telah kita semua dapatkan ,karena dzikir yang tidak di awali dengan talqin (belajar) pada Ahlinya akan kurang terasa manfaatnya bagi kita semua,dan perlunya toleransi terhadap mereka yang masih belum seneng dengan amaliah dzikir yang kita amalkan .

Selasa, 10 Agustus 2010


Kelebihan Solat Tarawih

Bismilahirrohmanirrohim

1. Kelebihan Solat Tarawih Malam Pertama
Diampuni dosa orang-orang yang beriman sebagaimana keadaannya baru dilahirkan.
2. Kelebihan Solat Tarawih Malam Kedua
Diampunkan dosa orang-orang yang beriman yang mengerjakan solat Tarawih, serta dosa-dosa kedua ibubapanya.
3. Kelebihan Solat Tarawih Malam Ketiga
Para malaikat di bawah 'Arasy menyeru kepada manusia yang mengerjakan solat Tarawih itu agar meneruskan solatnya pada malam-malam yang lain, semoga Allah akan mengampunkan dosa-dosa mereka.
4. Kelebihan Solat Tarawih Malam Keempat
Orang-orang yang mengerjakan solat Tarawih akan memperolehi pahala sebagaimana pahala yang diperolehi oleh orang-orang yang membaca kitab-kitab Taurat, Zabur, Injil dan Al-Quran.
5. Kelebihan Solat Tarawih Malam Kelima
Allah SWT akan mengurniakan pahala seumpama pahala orang-orang yang mengerjakan sembahyang di Masjidil Haram, Masjidil Madinah dan Masjidil Aqsa.
6. Kelebihan Solat Tarawih Malam Keenam
Allah S.W.T akan mengurniakan kepadanya pahala seumpama pahala malaikat-malaikat yang bertawaf di Baitul Makmur serta setiap batu dan tanah berdoa untuk keampunan orang-orang yang mengerjakan tarawih malam itu.
7. Kelebihan Solat Tarawih Malam Ketujuh
Seolah-olah ia dapat bertemu dengan Nabi Musa a.s serta menolong Nabi itu menentang musuhnya Fir’aun dan Hamman.
8. Kelebihan Solat Tarawih Malam Kelapan
Allah S.W.T mengurniakan pahala orang yang bersolat tarawih sebagaimana pahala yang dikurniakan kepada Nabi Ibrahim a.s.
9. Kelebihan Solat Tarawih Malam Kesembilan
Allah S.W.T akan mengurniakan pahala dan dinaikkan mutu ibadat hamba-Nya seperti Nabi Muhammad s.a.w.
10. Kelebihan Solat Tarawih Malam Kesepuluh
Allah SWT mengurniakan kepadanya kebaikan dunia dan akhirat.
11. Kelebihan Solat Tarawih Malam Kesebelas
Ia meninggal dunia di dalam keadaan bersih dari dosa seperti baru dilahirkan.
12. Kelebihan Solat Tarawih Malam Keduabelas
Ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan muka yang bercahaya-cahaya.
13. Kelebihan Solat Tarawih Malam Ketigabelas
Ia akan datang pada hari kiamat di dalam keadaan aman sentosa dari sebarang kejahatan dan keburukan.
14. Kelebihan Solat Tarawih Malam Keempatbelas
Malaikat-malaikat akan datang menyaksikan mereka bersolat Tarawih serta Allah S.W.T. tidak akan menyesatkan mereka.
15. Kelebihan Solat Tarawih Malam Kelimabelas
Semua malaikat yang memikul ‘Arasy dan Kursi akan berselawat dan mendoakannya supaya Allah mengampunkannya.
16. Kelebihan Solat Tarawih Malam Keenambelas
Allah S.W.T. menuliskan baginya dari kalangan mereka yang terlepas dari api neraka dan dimasukkan ke dalam syurga.
17. Kelebihan Solat Tarawih Malam Ketujuhbelas
Allah S.W.T menuliskan baginya pahala pada malam ini sebanyak pahala Nabi-Nabi.
18. Kelebihan Solat Tarawih Malam Kelapanbelas
Malaikat akan menyeru: Wahai hamba Allah sesungguhnya Allah telah redha denganmu dan dengan kedua ibu bapamu (yang masih hidup atau yang sudah mati).
19. Kelebihan Solat Tarawih Malam Kesembilanbelas
Allah S.W.T akan meninggikan darjatnya di dalam Syurga Firdaus.
20. Kelebihan Solat Tarawih Malam Keduapuluh
Allah S.W.T mengurniakan kepadanya pahala sekelian orang yang mati syahid dan orang-orang soleh.
21. Kelebihan Solat Tarawih Malam Keduapuluh satu
Allah S.W.T akan membina untuknya sebuah mahligai di dalam syurga yang diperbuat dari cahaya.
22. Kelebihan Solat Tarawih Malam Keduapuluh dua
Ia akan datang pada hari kiamat di dalam keadaan aman dari sebarang huru-hara pada hari tersebut.
23. Kelebihan Solat Tarawih Malam Keduapuluh tiga
Allah S.W.T akan membina untuknya sebuah bandar di dalam syurga daripada cahaya.
24. Kelebihan Solat Tarawih Malam Keduapuluh empat
Allah S.W.T akan membuka peluang untuk dua puluh tahun ibadat bagi orang-orang yang mengerjakan solat Tarawih pada malam tersebut.
25. Kelebihan Solat Tarawih Malam Keduapuluh lima
Allah S.W.T akan mengangkat seksa kubur darinya.
26. Kelebihan Solat Tarawih Malam Keduapuluh enam
Allah S.W.T akan mengurniakan pahala empat puluh tahun ibadat bagi orang-orang yang mengerjakan solat Tarawih pada malam tersebut.
27. Kelebihan Solat Tarawih Malam Keduapuluh tujuh
Allah S.W.T akan mengurniakan kepadanya kemudahan untuk melintasi titian sirat sepantas kilat.
28. Kelebihan Solat Tarawih Malam Keduapuluh lapan
Allah S.W.T akan menaikkan kedudukannya seribu darjat di akhirat.
29. Kelebihan Solat Tarawih Malam Keduapuluh sembilan
Allah S.W.T akan mengurniakan kepadanya pahala seribu haji yang mabrur.
30. Kelebihan Solat Tarawih Malam Ketigapuluh
Allah S.W.T akan memberi penghormatan kepada orang yang bertarawih pada malam terakhir dengan firman-Nya (yang bermaksud): Wahai hambaku!, makanlah segala jenis buah-buahan yang Engkau ingini untuk dimakan di dalam syurga dan mandilah kamu di dalam sungai yang bernama salsabil serta minumlah air dari telaga yang dikurniakan kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang bernama Al-Kautsar.
Sumber:www.darulnuman.com


Ibadah Puasa

Bismillairrohmanirrohim

" Wahai orang-orang yang beriman, telah wajib ke atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat yang sebelum kamu, semuga kamu menjadi orang yang bertakwa."
Surah Al Baqarah, ayat 183
________________________________________
Ditegaskan oleh Rasulullah SAW melalui sabdanya yang diriwayatkan oleh Ahmad, An- Nasa'i dan Al Baihaqi dari Abu Hurairah, yang bermaksud:

"Sesungguhnya telah datang kepada kamu bulan Ramadhan bulan yang penuh berkat. Allah telah fardhukan ke atas kamu berpuasa padanya. Sepanjang bulan Ramadhan itu dibuka segala pintu Syurga dan ditutup segala pintu neraka serta dibelenggu segala syaitan......."
________________________________________

PENGERTIAN PUASA
• Puasa ertinya menahan diri dari makan dan minum dan dari segala perbuatan yang boleh membatalkan puasa, mulai terbit fajar hinggalah terbenam matahari.
PUASA WAJIB
• Puasa bulan Ramadan, puasa kifarat dan puasa nazar.
PUASA SUNAT
• Puasa enam hari pada bulan Syawal
• Puasa hari Arafah
• Puasa Hari Asyura pada 10 Muharam
• Puasa bulan Syaaban
• Puasa Isnin dan Khamis
• Puasa tengah bulan iaitu 13,14,15 pada tiap-tiap bulan qamaria (tahun Hijrah)
PUASA MAKRUH
• Puasa yang terus menerus sepanjang masa
• Tidak termasuk dua hari raya dan hari tasyriq
PUASA HARAM
• Puasa pada hari raya pertama Idil Fitri
• Puasa pada hari raya pertama Haji
• Puasa tiga hari sesudah hari raya haji atau hari tasyriq iaitu pada 11,12, dan 13 Zulhijjah.
SYARAT WAJIB PUASA
• Berakal
• Akhir Baligh (Cukup umur)
• Kuat atau mampu mengerjakan puasa
SYARAT SAH PUASA
• Islam
• Mumayyiz (dapat membezakan yang baik dan buruk)
• Suci daripada haid dan nifas
• Dalam waktu yang dibolehkan berpuasa.
RUKUN PUASA
• Berniat - Pada malam selama bulan Ramadhan hendaklah berniat di dalam hati bahawa kita akan mengerjakan puasa pada hari esok.
• Menahan diri daripada segala yang membatalkan semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari.
PERKARA YANG MEMBATALKAN PUASA
• Makan dan minum dengan sengaja
• Muntah dengan sengaja
• Bersetubuh tanpa keluar mani pada siang hari bulan Ramadhan
• Keluar darah haid atau nifas
• Gila
• Keluar mani akibat bersetubuh dengan perempuan. Tetapi keluar mani kerana bermimpi tidak membatalkan puasa.
ORANG YANG DIIZINKAN BERBUKA ATAU TIDAK BERPUASA
• Orang yang sakit
• Orang yang dalam perjalanan jarak jauh melebihi 52 batu atau 80.64 km.
• Orang tua yang sudah lemah
• Orang yang hamil dan orang yang menyusukan anak.

Sumber:www.darulnuman.com