"Migunani Marang liyan,Ora Gawe Kapitunaning Liyan,Marsudi Luhur Ing jiwo"

Minggu, 27 Maret 2011

12 Langkah Mengatasi Kemarahan
Quito R. Motinggo

Rasulullah saww berkata, ”Maukah kalian kuberitahu orang yang paling menyerupaiku (pribadinya)?” Mereka (para sahabat) berkata,”Tentu, wahai Rasulullah!” Beliau mengatakan,”Yaitu orang yang paling baik akhlaknya, yang paling ‘sejuk’ naungannya, yang paling berbakti kepada kerabat-kerabatnya, yang paling besar cintanya kepada saudara-saudaranya, yang paling sabar dalam menetapi kebenaran, yang paling pemaaf, dan yang paling kuat kesadaran dirinya di saat ridha maupun di saat marah” (Bihar al-Anwar 66 : 306)
Kemarahan barangkali merupakan emosi yang paling buruk yang perlu ditangani. Dari waktu ke waktu kita semua pernah mengalami perasaan yang kuat ini. Beberapa penyebab umum kemarahan termasuk frustrasi, sakit hati, kejengkelan, kekecewaan, pelecehan, dan ancaman. Hal ini membantu kita untuk menyadari bahwa kemarahan bisa menjadi teman atau bisa menjadi musuh, bergantung pada bagaimana kita mengekspresikannya. Mengetahui bagaimana cara untuk mengenal dan mengekspresikan kemarahan dengan tepat, dapat menolong kita untuk mencapai tujuan-tujuan, dan mengatasi kemunculan-kemunculannya, memecahkan problem-problem dan bahkan melindungi kesehatan kita.
Bagaimanapun, kegagalan untuk mengenal dan memahami kemarahan kita, menggiring kita ke berbagai problem.
Beberapa ahli (psikolog) percaya bahwa kemarahan yang ditekan merupakan penyebab yang mendasari kecemasan dan depresi. Kemarahan yang tidak terekspresikan dapat mengganggu hubungan, mempengaruhi pikiran, dan pola prilaku, juga berbagai problem-problem fisik, seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung, kepala pusing, gangguan kulit dan masalah-masalah lain yang saling terkait. Apa yang bahkan lebih buruk adalah hubungan antara berbahayanya kemarahan yang tak terkontrol dengan kejahatan, emosi dan penganiayaan fisik serta prilaku-prilaku kekerasan lainnya. Redford Williams, seorang ahli penyakit dalam (internist) dan spesialis tentang prilaku (behavioral specialist) di Duke University Medical Center, Amerika Serikat telah mengembangkan sebuah program 12-langkah yang dapat menolong orang untuk belajar mengatasi emosi-emosi amarahnya.
Williams menyarankan memantau pemikiran Anda yang cenderung sinis karena mempertahankan atau memelihara “sebongkah permusuhan”. Hal ini akan mengajarkan Anda tentang keseringan dan jenis-jenis situasi yang memprovokasi Anda. Carilah dukungan dari orang-orang penting dalam hidup Anda untuk mengatasi perasaan Anda dan mengubah pola prilaku Anda.
Dengan memelihara “sebongkah rasa permusuhan” Anda, Anda dapat menyadari kapan dan di mana Anda memiliki pemikiran-pemikiran yang agresif, sehingga ketika Anda menemukan diri Anda dalam situasi seperti ini, Anda dapat menggunakan teknik-teknik seperti :
1. Mengambil napas dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan-lahan
2. Berdzikir dengan menyebut nama-nama Allah Yang Indah
3. Menghentikan memikirkan hal yang membuat hati Anda menjadi panas. Hal ini dapat menolong Anda menghentikan siklus kemarahan Anda.
4. Letakkan diri Anda di dalam “sepatu” orang lain. Empati mungkin akan menambah perspektif yang berbeda. 5. Jagalah di dalam pikiran, bahwa kita semua adalah manusia, yang bisa melakukan kesalahan.
6. Pelajari bagaimana menertawai diri Anda sendiri dan menemukn humor dalam berbagai situasi.
7. Pelajari juga bagaimana cara menjadi relaks atau santai.
8. Walaupun mungkin Anda pernah mendengar bahwa mengekspresikan kemarahan itu lebih baik daripada memendamnya, namun ingatlah bahwa amarah yang sering dilampiaskan sering bertentangan dengan hasil yang diharapkan dan bisa membuat kita diasingkan oleh banyak orang.
9. Hal penting lainnya adalah bahwa Anda perlu mempraktikkan “percaya pada orang lain”. Adalah biasa jika kita lebih mudah marah ketimbang percaya, namun dengan mempelajari bagaimana mempercayai orang lain, Anda akan dapat mengurangi amarah Anda yang langsung kepada mereka.
10. Ketrampilan ‘mendengarkan dengan baik’ akan meningkatkan komunikasi dan dapat memfasilitasi rasa percaya di antara orang-orang. Kepercayaan ini dapat membantu Anda dalam mengatasi emosi-emosi permusuhan yang potensial; menguranginya bahkan mungkin mengenyahkannya.
11. Pelajari juga bagaimana Anda menegaskan diri Anda sendiri. Hal ini merupakan sebuah pilihan yang konstruktif. Ketika Anda menemukan diri Anda marah pada seseorang, coba jelaskan kepada mereka apa yang mengganggu Anda tentang prilaku mereka dan mengapa Anda mesti marah kepada mereka.
Anda membutuhkan kata-kata dan kerja yang lebih untuk menjadi tegas ketimbang harus memperlihatkan kemarahan Anda, namun ganjaran yang akan Anda peroleh menjadi seimbang. Andai kita menyadari semua ini, maka kita akan merasakan bahwa hidup ini terlalu singkat, jika kita hanya selalu marah pada segala hal.
12. Langkah terakhir memerlukan permintaan maaf kepada orang yang Anda telah marah kepadanya. Dengan membiarkan pergi kebencian dan melepaskan tujuan balas jasa atau ganti rugi, Anda akan merasakan bahwa beban berat berupa kemarahan telah terangkat dari pundak Anda.
Joan Lunden, pengasuh rubrik kesehatan majalah Healthy Living Magazine mengatakan “Holding on to anger, resentment and hurt only gives you tense muscles, a headache and a sore jaw from clenching your teeth. Forgiveness gives you back the laughter and the lightness in your life.” –
Tahanlah kemarahan (Anda), kekesalan dan rasa sakit hati Anda, yang membuat otot Anda tegang, sakit kepala dan rahang yang tegang karena gemeretak gigi Anda. Pemberian maaf mendatangkan kembali tawa dan pencerahan dalam hidup Anda.
Sumber: qitori.wordpress.com

Selasa, 22 Maret 2011

Peran Thoriqoh Dalam Membersihkan Hati

Bila kita mau melihat lebih jauh tentang filosofis atau makna‘ Al Mudghoh’ yang di sebutkan pada bahasan sebelumnya ((ألا إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله، وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب) [البخاري ومسلم]). Hati sering digunakan dengan maksud makna jiwa, dan hati yang bermakna liver. Untuk menggambarkan betapa pentingnya menjaga hati yang bermakna jiwa manusia saya akan menguraikan mudhgoh atau hati dalam hadis tersebut dengan makna liver. Ini analog saja untuk memudahkan pemahaman pada tujuan dari pembahasan kita ini.

Mudghoh atau hati letaknya di dalam tubuh manusia. Tubuh manusia membutuhkan perhatian yang serius. Perlu kita ketahui bahwa penyakit-penyakit manusia bersumberkan dari hati . baik dan tidaknya metabolism tubuh seseorang tergantung pada baik dan tidaknya darah darah orang tersebut. Dan darah itu akan menjadi baik dan tidak tergantung dua hal:

Pertama; apa yang dimakan dan yang dan bagaimana cara memperoleh makanan itu. Apa yang dimakan adalah harus sehat, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daging-dagingan yang memperkuat stamina. Kemudian darimana yang kita makan atau bagaimana cara mendapatkan makanan itu. Yang jelas makanannya harus halal, halal disini sudak mencakup pengertian makanan itu diperoleh dengan cara yang benar.
Kedua darah itu baik dan tidaknya adalah bersumber dari pencernaan. Pencernaan yang berfungsi dengan baik akan membuat darah baik dan begitu juga sebaliknya; jika pencernaannya tidak berfungsi dengan baik maka darah yang dihasilkannya juga tidak baik.
Upaya untuk membantu memperbaiki pencernaan biasa kita lakukan paling tidak satu tahun sekali; yaitu puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan diantara manfaatnya adalah membersihkan semua organ-organ manusia. Panasnya pencernaan orang-orang yang berpuasa akan membakar hal-hal yang negative dalam pencernaan seperti bachsil dan bakteri. Dan lain sebagainya. Dengan demikian pencernaan dapat kita analogikan seperti bejana yang kita gunakan untuk memasakn segala sesuatu.
Kita bayangkan seandainya bejana itu tidak pernah dicuci. Setalah kita gunakan untuk memasak ikan laut, kita gunakan untuk memasak telur, terus demikian silih beganti sehingga menimbulkan kerak pada bejana itu. Demikian pula pencernaan, kerak-kerak, imbas daripada yang kita makan lambat atau cepat mempengaruhi proses kerja perncernaan atas makanan yang kita konsumsi.
Sangat jelas sekali bahwa pencernaan tidak bisa bekerja sendiri. Hasil proses pencernaan dilimpahkan ke ginjal, pancreas sampai pada liver. Dari kerja sama yang kompak menghasilkan beberapa hal, diantaranya darah putih, darah merah, sperma, keringat, air kencing dan kotoran.
Dari hasil kerja sama yang baik antara organ tubuh manusia tersebut akan menghasilkan lima hal di atas yang baik pula. Bila akibat proses kerja pencernaan yang kurang baik sehingga terjadi darah kotor dalam tubuh manusia, maka sangat diperlukan sekali pembersih. Yang pertama untuk membersihkan pencernaan yang menjadi sumber pengelola makanan dalam tubuh. Kedua membersihkan apa yang telah di olah.
Tugas liver adalah menjatah atau menyalurkan darah ke jantung, ke otak kecil. Apakah tidak mungkin apabila darah atau kotoran akan mempengaruhi fisik otak manusia serta sarafnya. Sehingga kurang mampu untuk berfikir baik, membuka wawasan, dan pandangan yang jauh. Apalagi jelas kita tidak menginginkan pola fikir-pola fikir yang kurang baik. Yang tidak menguntungkan bagi pribadi kita, baik dalam urusan dunia dan maupun akhirat kita.
Dengan hasil darah yang baik, sehat, akan sangat membantu dalam kecerdasan; dari kecerdasan hati sampai kecrdasan akal. Sehingga menumbuhkan pola fikir dan wawasan serta pandangan yan jernih. Bisa memilah mana yang menguntungkan dalam dunia dan akhiratnya. Dan mana yang merugikan dalam kedua hal tersebut.

Secara fisik saja sangat memerlukan kesehatan dan kebersihan. Hati adalah bagian tubuh manusia yang sangat berperan dalam memberikan atau dalam mensuport pola fikir, wawasan dan pandangan manusia, karena hati adalah tempatnya iman dan tempatnya nafsu. Lalu apa yang terjadi jika kita tidak mempunyai alat untuk membersihkannya.

Kita harus memberikan makanan hati serta pembersihnya seperti ilmu ma’rifat dan lain sebagainya, yang terkait dengan keimanan serta pertumbuhannya. Paling tidak kita bisa memilih mana yang di dorong oleh imannya dan mana yang didorong oleh nafsunya.
Seperti masalah pencernaah diatas bukan sesuatu hal yang mustahil bilamana kita mendiamkan kotoran-kotoran hati maka akan mempengaruhi pola fikir yang pada dasarnya akan merugikan diri sendiri. (tobe continu [Tsi])
Sumber:habibluthfiyahya.net

Minggu, 20 Maret 2011

Tiga Langkah Menjadi Manusia Terbaik (Syarah Hadits)
Oleh: Mochamad Bugi

dakwatuna.com - Ada hadits pendek namun sarat makna dikutip Imam Suyuthi dalam bukunya Al-Jami’ush Shaghir. Bunyinya, “Khairun naasi anfa’uhum linnaas.” Terjemahan bebasnya: sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain.
Derajat hadits ini ini menurut Imam Suyuthi tergolong hadits hasan. Syeikh Nasiruddin Al-Bani dalam bukunya Shahihul Jami’ush Shagir sependapat dengan penilaian Suyuthi.
Adalah aksioma bahwa manusia itu makhluk sosial. Tak ada yang bisa membantah. Tidak ada satu orangpun yang bisa hidup sendiri. Semua saling berketergantungan. Saling membutuhkan.
Karena saling membutuhkan, pola hubungan seseorang dengan orang lain adalah untuk saling mengambil manfaat. Ada yang memberi jasa dan ada yang mendapat jasa. Si pemberi jasa mendapat imbalan dan penerima jasa mendapat manfaat. Itulah pola hubungan yang lazim. Adil.
Jika ada orang yang mengambil terlalu banyak manfaat dari orang lain dengan pengorbanan yang amat minim, naluri kita akan mengatakan itu tidak adil. Orang itu telah berlaku curang. Dan kita akan mengatakan seseorang berbuat jahat ketika mengambil banyak manfaat untuk dirinya sendiri dengan cara yang curang dan melanggar hak orang lain.
Begitulah hati sanubari kita, selalu menginginkan pola hubungan yang saling ridho dalam mengambil manfaat dari satu sama lain. Jiwa kita akan senang dengan orang yang mengambil manfaat bagi dirinya dengan cara yang baik. Kita anggap seburuk-buruk manusia orang yang mengambil manfaat banyak dari diri kita dengan cara yang salah. Apakah itu menipu, mencuri, dan mengambil paksa, bahkan dengan kekerasan.
Namun yang luar biasa adalah orang lebih banyak memberi dari mengambil manfaat dalam berhubungan dengan orang lain. Orang yang seperti ini kita sebut orang yang terbaik di antara kita. Dermawan. Ikhlas. Tanpa pamrih. Tidak punya vested interes.
Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah saw. menyebut seperti itu? Setidaknya ada empat alasan. Pertama, karena ia dicintai Allah swt. Rasulullah saw. pernah bersabda yang bunyinya kurang lebih, orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah?
Alasan kedua, karena ia melakukan amal yang terbaik. Kaidah usul fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Apalagi jika spektrumnya lebih luas lagi. Amal itu bisa menyebabkan orang seluruh negeri merasakan manfaatnya. Karena itu tak heran jika para sahabat ketika ingin melakukan suatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhol untuk dikerjakan. Ketika musim kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah berkata membuat sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang ingin berjihad sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada yang merawat, Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama bagi orang itu.
Ketiga, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya. Bahkan Rasulullah saw. berkata, “Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada I;tikaf sebulan di masjidku ini.” (Thabrani). Subhanallah.
Keempat, memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt. mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka Allah swt. menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik.
Pernah suatu ketika lewat orang membawa jenazah untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut orang itu sebagai orang yang tidak baik. Kemudian lewat lagi orang-orang membawa jenazah lain untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut kebaikan si mayit. Rasulullah saw. membenarkan. Seperti itu jugalah Allah swt. Karena itu di surat At-Taubah ayat 105, Allah swt. menyuruh Rasulullah saw. untuk memerintahkan kita, orang beriman, untuk beramal sebaik-baiknya amal agar Allah, Rasul, dan orang beriman menilai amal-amal kita. Di hari akhir, Rasul dan orang-orang beriman akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa kita seperti yang mereka saksikan di dunia.
Untuk bisa menjadi orang yang banyak memberi manfaat kepada orang lain, kita perlu menyiapkan beberapa hal dalam diri kita. Pertama, tingkatkan derajat keimanan kita kepada Allah swt. Sebab, amal tanpa pamrih adalah amal yang hanya mengharap ridho kepada Allah. Kita tidak meminta balasan dari manusia, cukup dari Allah swt. saja balasannya. Ketika iman kita tipis terkikis, tak mungkin kita akan bisa beramal ikhlas Lillahi Ta’ala.
Ketika iman kita memuncak kepada Allah swt., segala amal untuk memberi manfaat bagi orang lain menjadi ringan dilakukan. Bilal bin Rabah bukanlah orang kaya. Ia hidup miskin. Namun kepadanya, Rasulullah saw. memerintahkan untuk bersedekah. Sebab, sedekah tidak membuat rezeki berkurang. Begitu kata Rasulullah saw. Bilal mengimani janji Rasulullah saw. itu. Ia tidak ragu untuk bersedekah dengan apa yang dimiliki dalam keadaan sesulit apapun.
Kedua, untuk bisa memberi manfaat yang banyak kepada orang lain tanpa pamrih, kita harus mengikis habis sifat egois dan rasa serakah terhadap materi dari diri kita. Allah swt. memberi contoh kaum Anshor. Lihat surat Al-Hasyr ayat 9. Merekalah sebaik-baik manusia. Memberikan semua yang mereka butuhkan untuk saudara mereka kaum Muhajirin. Bahkan, ketika kaum Muhajirin telah mapan secara financial, tidak terbetik di hati mereka untuk meminta kembali apa yang pernah mereka beri.
Yang ketiga, tanamkan dalam diri kita logika bahwa sisa harta yang ada pada diri kita adalah yang telah diberikan kepada orang lain. Bukan yang ada dalam genggaman kita. Logika ini diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada kita. Suatu ketika Rasulullah saw. menyembelih kambing. Beliau memerintahkan seoran sahabat untuk menyedekahkan daging kambing itu. Setelah dibagi-bagi, Rasulullah saw. bertanya, berapa yang tersisa. Sahabat itu menjawab, hanya tinggal sepotong paha. Rasulullah saw. mengoreksi jawaban sahabat itu. Yang tersisa bagi kita adalah apa yang telah dibagikan.
Begitulah. Yang tersisa adalah yang telah dibagikan. Itulah milik kita yang hakiki karena kekal menjadi tabungan kita di akhirat. Sementara, daging paha yang belum dibagikan hanya akan menjadi sampah jika busuk tidak sempat kita manfaatkan, atau menjadi kotoran ketika kita makan. Begitulah harta kita. Jika kita tidak memanfaatkannya untuk beramal, maka tidak akan menjadi milik kita selamanya. Harta itu akan habis lapuk karena waktu, hilang karena kematian kita, dan selalu menjadi intaian ahli waris kita. Maka tak heran jika dalam sejarah kita melihat bahwa para sahabat dan salafussaleh enteng saja menginfakkan uang yang mereka miliki. Sampai sampai tidak terpikirkan untuk menyisakan barang sedirham pun untuk diri mereka sendiri.
Keempat, kita akan mudah memberi manfaat tanpa pamrih kepada orang lain jika dibenak kita ada pemahaman bahwa sebagaimana kita memperlakukan seperti itu jugalah kita akan diperlakukan. Jika kita memuliakan tamu, maka seperti itu jugalah yang akan kita dapat ketika bertamu. Ketika kita pelit ke tetangga, maka sikap seperti itu jugalah yang kita dari tetangga kita.
Kelima, untuk bisa memberi, tentu Anda harus memiliki sesuatu untuk diberi. Kumpulkan bekal apapun bentuknya, apakah itu finansial, pikiran, tenaga, waktu, dan perhatian. Jika kita punya air, kita bisa memberi minum orang yang harus. Jika punya ilmu, kita bisa mengajarkan orang yang tidak tahu. Ketika kita sehat, kita bisa membantu beban seorang nenek yang menjinjing tak besar. Luangkan waktu untuk bersosialisasi, dengan begitu kita bisa hadir untuk orang-orang di sekitar kita.
Mudah-muhan yang sedikit ini bisa menginspirasi
Sumber:www.dakwatuna.com
22 Tanda Iman Anda Sedang Lemah
Oleh: Mochamad Bugi

dakwatuna.com - Ada beberapa tanda-tanda yang menunjukkan iman sedang lemah. Setidaknya ada 22 tanda yang dijabarkan dalam artikel ini. Tanda-tanda tersebut adalah:
1. Ketika Anda sedang melakukan kedurhakaan atau dosa. Hati-hatilah! Sebab, perbuatan dosa jika dilakukan berkali-kali akan menjadi kebiasaan. Jika sudah menjadi kebiasaan, maka segala keburukan dosa akan hilang dari penglihatan Anda. Akibatnya, Anda akan berani melakukan perbuatan durhaka dan dosa secara terang-terangan.
Ketahuilah, Rasululllah saw. pernah berkata, “Setiap umatku mendapatkan perindungan afiat kecuali orang-orang yang terang-terangan. Dan, sesungguhnya termasuk perbuatan terang-terangan jika seseirang melakukan suatu perbuatan pada malam hari, kemudian dia berada pada pagi hari padahal Allah telah menutupinya, namun dia berkata, ‘Hai fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begini,’ padahal sebelum itu Rabb-nya telah menutupi, namun kemudian dia menyibak sendiri apa yang telah ditutupi Allah dari dirinya.” (Bukhari, 10/486)
Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri yang si saat mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman.” (Bukhari, hadits nomor 2295 dan Muslim, hadits nomor 86)
2. Ketika hati Anda terasa begitu keras dan kaku. Sampai-sampai menyaksikan orang mati terkujur kaku pun tidak bisa menasihati dan memperlunak hati Anda. Bahkan, ketika ikut mengangkat si mayit dan menguruknya dengan tanah. Hati-hatilah! Jangan sampai Anda masuk ke dalam ayat ini, “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (Al-Baqarah:74)
3. Ketika Anda tidak tekun dalam beribadah. Tidak khusyuk dalam shalat. Tidak menyimak dalam membaca Al-Qur’an. Melamun dalam doa. Semua dilakukan sebagai rutinitas dan refleksi hafal karena kebiasaan saja. Tidak berkonsentrasi sama sekali. Beribadah tanpa ruh. Ketahuilah! Rasulullah saw. berkata, “Tidak akan diterima doa dari hati yang lalai dan main-main.” (Tirmidzi, hadits nomor 3479)
4. Ketika Anda terasas malas untuk melakukan ketaatan dan ibadah. Bahkan, meremehkannya. Tidak memperhatikan shalat di awal waktu. Mengerjakan shalat ketika injury time, waktu shalat sudah mau habis. Menunda-nunda pergi haji padahal kesehatan, waktu, dan biaya ada. Menunda-nunda pergi shalat Jum’at dan lebih suka barisan shalat yang paling belakang. Waspadalah jika Anda berprinsip, datang paling belakangan, pulang paling duluan. Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, “Masih ada saja segolongan orang yang menunda-nunda mengikuti shaff pertama, sehingga Allah pun menunda keberadaan mereka di dalam neraka.” (Abu Daud, hadits nomor 679)
Allah swt. menyebut sifat malas seperti itu sebagai sifat orang-orang munafik. “Dan, apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas.”
Jadi, hati-hatilah jika Anda merasa malas melakukan ibadah-ibadah rawatib, tidak antusias melakukan shalat malam, tidak bersegera ke masjid ketika mendengar panggilan azan, enggan mengerjakan shalat dhuha dan shalat nafilah lainnya, atau mengentar-entarkan utang puasa Ramadhan.
5. Ketika hati Anda tidak merasa lapang. Dada terasa sesak, perangai berubah, merasa sumpek dengan tingkah laku orang di sekitar Anda. Suka memperkarakan hal-hal kecil lagi remeh-temeh. Ketahuilah, Rasulullah saw. berkata, “Iman itu adalah kesabaran dan kelapangan hati.” (As-Silsilah Ash-Shahihah, nomor 554)
6. Ketika Anda tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Tidak bergembira ayat-ayat yang berisi janji-janji Allah. Tidak takut dengan ayat-ayat ancaman. Tidak sigap kala mendengar ayat-ayat perintah. Biasa saja saat membaca ayat-ayat pensifatan kiamat dan neraka. Hati-hatilah, jika Anda merasa bosan dan malas untuk mendengarkan atau membaca Al-Qur’an. Jangan sampai Anda membuka mushhaf, tapi di saat yang sama melalaikan isinya.
Ketahuilah, Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Al-Anfal:2)
7. Ketika Anda melalaikan Allah dalam hal berdzikir dan berdoa kepada-Nya. Sehingga Anda merasa berdzikir adalah pekerjaan yang paling berat. Jika mengangkat tangan untuk berdoa, secepat itu pula Anda menangkupkan tangan dan menyudahinya. Hati-hatilah! Jika hal ini telah menjadi karakter Anda. Sebab, Allah telah mensifati orang-orang munafik dengan firman-Nya, “Dan, mereka tidak menyebut Allah kecuali hanya sedikit sekali.” (An-Nisa:142)
8. Ketika Anda tidak merasa marah ketika menyaksikan dengan mata kepala sendiri pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan Allah. Ghirah Anda padam. Anggota tubuh Anda tidak tergerak untuk melakukan nahyi munkar. Bahkan, raut muka Anda pun tidak berubah sama sekali.
Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, “Apabila dosa dikerjakan di bumi, maka orang yang menyaksikannya dan dia membencinya –dan kadang beliau mengucapkan: mengingkarinya–, maka dia seperti orang yang tidak menyaksikannya. Dan, siapa yang tidak menyaksikannya dan dia ridha terhadap dosa itu dan dia pun ridha kepadanya, maka dia seperti orang yang menyaksikannya.” (Abu Daud, hadits nomor 4345).
Ingatlah, pesan Rasulullah saw. ini, “Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya, dan ini adalah selemah-lemahnya iman.” (Bukhari, hadits nomor 903 dan Muslim, hadits nomor 70)
9. Ketika Anda gila hormat dan suka publikasi. Gila kedudukan, ngebet tampil sebagai pemimpin tanpa dibarengi kemampuan dan tanggung jawab. Suka menyuruh orang lain berdiri ketika dia datang, hanya untuk mengenyangkan jiwa yang sakit karena begitu gandrung diagung-agungkan orang. Narsis banget!
Allah berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman:18)
Nabi saw. pernah mendengar ada seseorang yang berlebihan dalam memuji orang lain. Beliau pun lalu bersabda kepada si pemuji, “Sungguh engkau telah membinasakan dia atau memenggal punggungnya.” (Bukhari, hadits nomor 2469, dan Muslim hadits nomor 5321)
Hati-hatilah. Ingat pesan Rasulullah ini, “Sesungguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemimpinan, dan hal itu akan menjadikan penyesalan pada hari kiamat. Maka alangkah baiknya yang pertama dan alangkah buruknya yang terakhir.” (Bukhari, nomor 6729)
“Jika kamu sekalian menghendaki, akan kukabarkan kepadamu tentang kepemimpinan dan apa kepemimpinan itu. Pada awalnya ia adalah cela, keduanya ia adalah penyesalan, dan ketiganya ia adalah azab hati kiamat, kecuali orang yang adil.” (Shahihul Jami, 1420).
Untuk orang yang tidak tahu malu seperti ini, perlu diingatkan sabda Rasulullah saw. yang berbunyi, “Iman mempunyai tujuh puluh lebih, atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yang mengganggu dari jalanan. Dan malu adalah salah satu cabang dari keimanan.” (Bukhari, hadits nomor 8, dan Muslim, hadits nomor 50)
“Maukah kalian kuberitahu siapa penghuni neraka?” tanya Rasulullah saw. Para sahabat menjawab, “Ya.” Rasulullah saw. bersabda, “Yaitu setiap orang yang kasar, angkuh, dan sombong.” (Bukhari, hadits 4537, dan Muslim, hadits nomor 5092)
10. Ketika Anda bakhil dan kikir. Ingatlah perkataan Rasulullah saw. ini, “Sifat kikir dan iman tidak akan bersatu dalam hati seorang hamba selama-lamanya.” (Shahihul Jami’, 2678)
11. Ketika Anda mengatakan sesuatu yang tidak Anda perbuat. Ingat, Allah swt. benci dengan perbuatan seperti itu. “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tiada kamu perbuat.” (Ash-Shaff:2-3)
Apakah Anda lupa dengan definisi iman? Iman itu adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi, harus konsisten.
12. Ketika Anda merasa gembira dan senang jika ada saudara sesama muslim mengalami kesusahan. Anda merasa sedih jika ada orang yang lebih unggul dari Anda dalam beberapa hal.
Ingatlah! Kata Rasulullah saw, “Tidak ada iri yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harga, ia menghabiskannya dalam kebaikan; dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain.” (Bukhari, hadits nomor 71 dan Muslim, hadits nomor 1352)
Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw., “Orang Islam yang manakah yang paling baik?” Rasulullah saw. menjawab, “Orang yang muslimin lain selamat dari lisan dan tangannya.” (Bukhari, hadits nomor 9 dan Muslim, hadits nomor 57)
13. Ketika Anda menilai sesuatu dari dosa apa tidak, dan tidak mau melihat dari sisi makruh apa tidak. Akibatnya, Anda akan enteng melakukan hal-hal yang syubhat dan dimakruhkan agama. Hati-hatilah! Sebab, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barangsiapa yang berada dalam syubhat, berarti dia berada dalam yang haram, seperti penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanaman yang dilindungi yang dapat begitu mudah untuk merumput di dalamnya.” (Muslim, hadits nomor 1599)
Iman Anda pasti dalam keadaan lemah, jika Anda mengatakan, “Gak apa. Ini kan cuma dosa kecil. Gak seperti dia yang melakukan dosa besar. Istighfar tiga kali juga hapus tuh dosa!” Jika sudah seperti ini, suatu ketika Anda pasti tidak akan ragu untuk benar-benar melakukan kemungkaran yang besar. Sebab, rem imannya sudah tidak pakem lagi.
14. Ketika Anda mencela hal yang makruf dan punya perhatian dengan kebaikan-kebaikan kecil. Ini pesan Rasulullah saw., “Jangan sekali-kali kamu mencela yang makruf sedikitpun, meski engkau menuangkan air di embermu ke dalam bejana seseorang yang hendak menimba air, dan meski engkau berbicara dengan saudarmu sedangkan wajahmu tampak berseri-seri kepadanya.” (Silsilah Shahihah, nomor 1352)
Ingatlah, surga bisa Anda dapat dengan amal yang kelihatan sepele! Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menyingkirkan gangguan dari jalan orang-orang muslim, maka ditetapkan satu kebaikan baginya, dan barangsiapa yang diterima satu kebaikan baginya, maka ia akan masuk surga.” (Bukhari, hadits nomor 593)
15. Ketika Anda tidak mau memperhatikan urusan kaum muslimin dan tidak mau melibatkan diri dalam urusan-urusan mereka. Bahkan, untuk berdoa bagi keselamatan mereka pun tidak mau. Padahal seharusnya seorang mukmin seperti hadits Rasulullah ini, “Sesungguhnya orang mukmin dari sebagian orang-orang yang memiliki iman adalah laksana kedudukan kepala dari bagian badan. Orang mukmin itu akan menderita karena keadaan orang-orang yang mempunyai iman sebagaimana jasad yang ikut menderita karena keadaan di kepala.” (Silsilah Shahihah, nomor 1137)
16. Ketika Anda memutuskan tali persaudaraan dengan saudara Anda. “Tidak selayaknya dua orang yang saling kasih mengasihi karean Allah Azza wa Jalla atau karena Islam, lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yang dilakukan salah seorang di antara keduanya,” begitu sabda Rasulullah saw. (Bukhari, hadits nomor 401)
17. Ketika Anda tidak tergugah rasa tanggung jawabnya untuk beramal demi kepentingan Islam. Tidak mau menyebarkan dan menolong agama Allah ini. Merasa cukup bahwa urusan dakwah itu adalah kewajiban para ulama. Padahal, Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong-penolong (agama) Allah.” (Ash-Shaff:14)
18. Ketika Anda merasa resah dan takut tertimpa musibah; atau mendapat problem yang berat. Lalu Anda tidak bisa bersikap sabar dan berhati tegar. Anda kalut. Tubuh Anda gemetar. Wajah pucat. Ada rasa ingin lari dari kenyataan. Ketahuilah, iman Anda sedang diuji Allah. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji.” (Al-Ankabut:2)
Seharusnya seorang mukmin itu pribadi yang ajaib. Jiwanya stabil. “Alangkah menakjubkannya kondisi orang yang beriman. Karena seluruh perkaranya adalah baik. Dan hal itu hanya terjadi bagi orang yang beriman, yaitu jika ia mendapatkan kesenangan maka ia bersyukur dan itu menjadi kebaikan baginya; dan jika ia tertimpa kesulitan dia pun bersabar, maka hal itu menjadi kebaikan baginya.” (Muslim)
19. Ketika Anda senang berbantah-bantahan dan berdebat. Padahal, perbuatan itu bisa membuat hati Anda keras dan kaku. “Tidaklah segolongan orang menjadi tersesat sesudah ada petunjuk yang mereka berada pada petunjuk itu, kecuali jika mereka suka berbantah-bantahan.” (Shahihul Jami’, nomor 5633)
20. Ketika Anda bergantung pada keduniaan, menyibukkan diri dengan urusan dunia, dan merasa tenang dengan dunia. Orientasi Anda tidak lagi kepada kampung akhirat, tapi pada tahta, harta, dan wanita. Ingatlah, “Dunia itu penjara bagi orang yang beriman, dan dunia adalah surga bagi orang kafir.” (Muslim)
21. Ketika Anda senang mengucapkan dan menggunakan bahasa yang digunakan orang-orang yang tidak mencirikan keimanan ada dalam hatinya. Sehingga, tidak ada kutipan nash atau ucapan bermakna semisal itu dalam ucapan Anda.
Bukankah Allah swt. telah berfirman, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia’.” (Al-Israa’:53)
Seperti inilah seharusnya sikap seorang yang beriman. “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.’” (Al-Qashash:55)
Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.” (Bukhari dan Muslim)
22. Ketika Anda berlebih-lebihan dalam masalah makan-minum, berpakaian, bertempat tinggal, dan berkendaraan. Gandrung pada kemewahan yang tidak perlu. Sementara, begitu banyak orang di sekeliling Anda sangat membutuhkan sedikit harta untuk menyambung hidup.
Ingat, Allah swt. telah mengingatkan hal ini, ”Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf:31). Bahkan, Allah swt. menyebut orang-orang yang berlebihan sebagai saudaranya setan. Karena itu Allah memerintahkan kita untuk, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang terdekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (Al-Isra’:26)
Rasulullah saw. bersabda, “Jauhilah hidup mewah, karena hamba-hamba Allah itu bukanlah orang-orang yang hidup mewah.” (Al-Silsilah Al-Shahihah, nomor 353).
Sumber:www.dakwatuna.com

Sabtu, 12 Maret 2011

Jika orang kasyf ketemu orang kasyf.

Kiyai Subhi, kiyai asal Taman-Pemalang, Kiayi nyentrik ini sering berkunjung ke kediaman Habib Hasyim-Pekalongan. Orang yang melihat pasti nggak nyangka kalau dia ulama besar, sebab datangnya pake caping; sorbanan terus di capingi. Datangnya sama wali minal auliaillah, wali besar pula, Mbah Shaleh Bagusan. Dulu sebelum dikenal Mbah Shaleh Bagusan, panggilannya Madyai. Suatu ketika Kiyai Subhi datang ke Habib Hasyim-Pekolngan. Kebetulan Habib Hasyim masih ngajar.

Di ruang tamu Kiyai Subhi ditemani Muhammad Baksyer, dan disuguhi minuman. Baru saja di persilahkan, tiba-tiba tangannya lumpuh. Habib Hasyim selesai ngajar kaget: loh kok minumannya masih utuh. Ini orang kasyf (tahu hakikat sesuatu) ketemu orang kasyf . Jadi paham; tidak mau minum, pasti karena ada yang tidak beres.
Ahirnya Muhammad Baksyer dipanggil: Muh taal! (Muh kesini). Kemudian ditanya sama Habib Hasyim: Muh kamu beli gula dimana ?

Sudah serah terima belum?
‘Belum’ ! jawab Muhammad Baksyer.
‘Balik!’, Habib Hasyim menyuruh.
Setelah sampai ke toko, Muhammad Baksyer ditanya sama pemilik toko, ada apa Muh? Aku tadi beli gula tapi belum ijab-qabul, saya mau mengucapkan’aku beli ini’. ‘oh ya, aku jual Muh’, jawab pemilik toko. Saat Muhammad pulang minuman Kiyai Subhi sudah habis. Tangannya sudah mau disuruh ngangkat minuman. Ah ada-ada saja, begitulah jika orang kasyf ketemu orang kasyf.
Sumber:www.habiblutfiyahya.net
KH. Abdullah Faqih. Bertaqwa, urusan jadi mudah

Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Ta’ala. Hal ini yang selalu diwasiatkan oleh para Rasul, Nabi dan Ulama, serta diwasiatkan oleh setiap khotib jum’ah. Taqwa tidak hanya di masjid, tapi harus pula dilakukan di manapun berada. Di pasar, misalnya, ketaqwaan kita bisa diwujudkan dengan tidak berbuat curang dan menipu. Di sawah, dengan tidak menyakiti tetangga. Yakni dengan merampas hak-haknya secara dzolim. Taqwa di kantor atau tempat kerja berarti menghargai ketentuan yang berlaku, disiplin dan bersih. Datang terlambat atau mangkir saat tugas sama artinya dengan mengorupsi waktu. Demikian juga tindakan-tindakan penyelewengan lain.
Taqwa itu tidak hanya dengan melakukan ibadah seperti shalat, shodaqoh dan puasa. Atau meninggalkan dosa besar seperti zina, membunuh, mabuk-mabukan dan lain-lain. Tapi, juga menyangkut hal-hal kecil yang kita kerjakan sehari-hari. Bahkan termasuk bisikan-bisikan di dalam benak kita. Karena di sanalah tempatnya dengki, riya’, iri hati dan hasud.
Oleh karenanya, sudah selayaknya kita senantiasa melakukan koreksi diri, apakah segala tindakan dan bisikan hati kita selama ini sudah mencerminkan ketaqwaan kita terhadap Allah Ta’ala. Sesungguhnya ketakwaan itu sendiri segala manfaatnya akan kembali pada diri kita sendiri.
Bahkan, Allah Ta’ala telah menjanjikan kemudahan bagi hamba-hambanya yang bertaqwa. Firman Allah Swt:
من يتق الله يجعل له من امره يسرا
Barangsiapa yang bertaqwa, Allah Ta’ala akan memberikan kemudahan atas segala urusannya (QS. At-Tholaq:4).
Tentu saja bertaqwa itu bukan urusan sepele. Apalagi bagi orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi di pemerintahan. Di mana godaan untuk berbuat dosa menghampar di depan mata. Lebih-lebih jika kebetulan orang itu berada di tengah lingkungan yang kurang kondusif. Banyak kita dengar orang-orang mengeluh, bahwa ‘’Zaman sudah edan bila tidak ikut edan maka tidak kebagian.’’ Anggapan tersebut jelas-jelas salah kaprah. Karena ketetapan Allah Ta’ala berkaitan rizki semua mahluk ciptaannya sudah tertulis secara pasti. Baik mereka mencarinya dengan cara yang halal atau tidak, Allah Ta’ala tetap akan memberikannya. Lebih-lebih, Allah Ta’ala, di dalam Al Qur’an, telah berjanji:
من يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب
Barang siapa bertaqwa kepada Allah, akan dihamparkan kepadanya jalan keluar dan dilimpahi rizki di luar perkiraannya ( QS At Tholaq:2-3)
Orang yang benar-benar bertakwa tidak akan pernah berbuat aniaya terhadap sesamanya. Tidak akan menyengsarakan rakyat banyak dengan alasan apapun. Apalagi demi keuntungan pribadi dan kroninya. Orang yang bertakwa adalah mereka yang beriman dan beramal saleh. Tak terbersit sedikitpun dalam hatinya kebencian, dengki dan iri hati. Apalagi berupaya untuk saling menjegal dan menikam punggung dari belakang. Mereka akan senantiasa menebar kebaikan kepada sesamanya. Karena, kepada orang-orang yang beriman, di dalam hati mereka, telah ditanamkan oleh Allah Ta’ala rasa kasih sayang. Hal ini bisa dilihat dalam firman Allah:
ان الذين امنوا و عملوا الصالحات سيجعل لهم الرحمن ودا
Sesungguhnya orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka kasih sayang. (QS Maryam 96)
Orang yang bertakwa, yang berarti juga beriman dan beramal saleh, tidak akan mendapatkan kesulitan yang berarti dalam kehidupannya. Bilapun dia mengalami persoalan maka banyak orang yang dengan senang hati akan membantunya. Tidak perlu jauh-jauh, di lingkungan sekitar, kita akan banyak mendengar cerita atau menjumpai secara langsung bagaimana Allah senantiasa memudahkan jalan bagi orang-orang saleh yang bertakwa. Wallahu a’lam bisshawab. Sumber:www.langitan.net

Rabu, 02 Maret 2011

Membedah Tafsir Syeikh Abdul Qodir Al-Jilany

DR. FADL AL JILANY

Ada yang baru tentang Syikh Abdul Qodir Al Jilany. Sebuah penemuan kitab tafsirnya baru –baru ini didiskusikan di gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Tidak hanya kitabnya yang memang mendapat apresiasi luar biasa. Tetapi juga pembicaranya , Dr. Fadhil Al Jilany yang merupakan keturunan Syaikh Abdul Qodir Al Jilany.
“Kitab tafsir syaikh Abdul Qodir ini saya temukan di berbagai perpusatkaan. Butuh waktu 30 tahun untuk menemukan kitab ini. Alhamdulillah sampai sekarang banyak yang akan menerjemahkan,” ujarnya. Menurutnya kitab tafsir karangan syeikh Abdul Qodir al Jilany ini ada beberapa kelebihan. Hal ini semakin menguatkan bahwa Syaikh abdul Qodir Al Jilany tidak hanya piawai dalam ilmu tasawuf, tetapi juga ilmu tafsir.
Menurut Syeikh Fadhil ada beberapa kelebihan dari tafsir Al Jilany ini. Diantaranya adalah corak afektif syar’i dan ilmiah yang begitu kental dalam tafsir tersebut. Sebagai contoh, misalnya, ungkapan yang sering digunakan oleh para ahli tafsir dalam ayat pertama surah Al-Ikhlash: “Katakanlah(wahai Muhammad).” Tetapi, Syekh tidak pernah memakai nama secara langsung melainkan dengan julukan, antara lain, “Wahai Rasul yang paling sempurna”, Wahai insan sempurna,” dan lain sebagainya.
Selain itu, dalam penafsiran tiap lafal Basmalah yang terdapat di permulaan surah, sesuai dengan makna yang terkandung dalam surah secara keseluruhan. Dengan demikian, ada 114 tafsir berbeda terkait lafal basmalah. Di penghujung pembahasan, Syeikh menyertakan doa. Tak hanya pada kitab Tafsir Al-Jilany, akan tetapi pola ini dituliskan di tiap karyanya. Sebagai contoh dalam surah al-Fatihah, setelah uraian tentang makna ayat ke-2, Syeikh menyertakan kata ‘Amin’, semoga diterima Engkau Wahai Maha Pengasih.
Tafsir Al-Jilany lebih dekat dengan Tafsir Bil Ma’tsur yang menafsirkan ayat dengan ayat, dan hadist.
Dalam kesempatan tersebut, Syeikh Fadhil juga mengatakan bahwa pencariannnya menemukan banyak hal yang baru. Diantaranya keterlibatan Syeikh Abdul Qodir dalam Perang Salib. Menurutnya ada sejarah yang harus diluruskan. ” Dalam perang Salib semasa Salahuddin Al Ayyubi, Syaikh Abdul Qodir Jilany berperan sangat besar. Bahkan memerintahkan anaknya untuk berperang. Strategi yang diterapkan pasukan muslim kala itu tidak lepas dari peran Syeikh Abdul Qodir al Jilany. Dan ini yang tidak ada dalam sejarah sebelumnya,”ungkap Syeikh Fadhil.
Tidak heran kalau dalam pengantarnya, pengamat sufi KH Luqman Hakiem mengatakan tafsir al Jilany merupakan sebuah karya monumental. ” Saya kira ini merupakan salah satu monumen terbesar abad ini. Tafsir yang semula hilang kini dapat ditasheh kembali. Insya Allah kitab ini akan melengkapi kahsanah di perpustakan pondok pesantren dan universitas di negeri ini,” katanya.
Lukman menambahkan bahwa banyak kitab-kitab tafsir dalam perspektif tasawuf yang belum masuk ke Indonesia. Adanya tafsir ini menjadi salah satu yang akan menambah refrensi dalam dunia tafsir di tanah air. “Terus terang saja, pesantren tidak banyak membalah (mengaji) kita bercorak sufustik. Dengan hadirnya kitab ini, minat pesantren terhadap kitab tafsir tasawuf akan meningkat. Kita baru berhenti pada suluk atau pengamalan, belum kajian tasawuf yang serius dan beragam. Dengan kitab ini, cinta kita pada beliau dengan tahu dan paham, bukan cinta buta,” ujar Lukman yang juga pengasuh di Pesantren Ciganjur.
Hal yang sama dikatakan KH Abdul Manan ketua Lembaga Takmir masjid Nahdlatul Ulama (LTM NU). Ia mengatakan bahwa bedah tafsir al Jilani ini penting dilakukan, supaya muslim Indonesia mengetahui Syeikh Abdul Qodir secara menyeluruh. “Maklum saja tafsir ini tidak banyak diketahui, karena belum lama ditemukan. Kitab ini baru diterbit setahun yang lalu, oleh penerbit di Istambul Turki. Insya Allah, kita ini akan memperkaya khazanah kelimuan kita di pesantren khususnya, dan umat Islam umumnya,” katanya.
Fadhil adalah keturunan ke-25 dari Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany. Karena kebesaran nama sang kakek, maka ia pun melanglang buana demi mengumpulkan sejumlah manuskrip karya Syeikh Al-Jilany. Suka-duka dialaminya saat mencari manuskrip yang berusia ratusan tahun itu. “Terkadang penuh perjuangan, karena banyak perpustakaan di dunia, yang sudah lama menyimpannya. Sehingga, ada yang tidak dibuka untuk umum. Namun, setelah mereka mengetahui, akhirnya mereka mengizinkan,” terangnya.
Kitab Tafsir Al-Jilany disusun berdasarkan naskah yang didapat dari beberapa koleksi. Di antaranya manuskrip yang berasal dari Perpustakaan Rashid Kirami di Tablus yang merupakan perpustakaan pribadi sejak dinasti Turki Usmani. Manuskrip kedua diperoleh dari salah satu perpustakaan pribadi milik seorang pendeta di Eropa. Adapun manuskrip ketiga manuskrip tersimpan di Perpustakan Kairo yang berumur sekitar 300 tahun. Dan terakhir manuskrip “HaidarAbad”, India tahun 622 H.
Karyanya Ada 1000
Selama pencariannya, Syeikh Fadhil menemukan bahwa ulama agung ini seorang profilig. Karyanya sangat banyak. Tidak hanya ratusan bahkan hingga seribu buah. Memang ada perdebatan. Tetapi, setidaknya karya-karya tersebut adalah buah pemikiran Syeikh setiap kali menyampaikan pelajaran. Ada sebanyak 40 sekretaris mencatat uraian yang dipaparkan dan dikumpulkan menjadi satu hingga jadi sebuah buku, seperti kitab Al-Fath Ar-Rabbani dan Al-Mukhtashar.
Sebelumnya, peniliti asal Jerman Brockelman telah lebih dulu menyatakan, terdapat 52 kitab yang dikarang oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jilani. Dalam Ensklopedia Agama Islam Turki ditulis biografi Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani dengan menyertakan sejumlah riwayat tentang jumlah kitabnya. Salah satu riwayat menyebutkan jumlah karangannya sebanyak 51 kitab, bahkan riwayat lain menyatakan 1.000 kitab meskipun ini masih diperdebatkan. Tetapi, yang jelas jumlah karangannya lebih dari 100 buah.
Saat ini ada 41 judul manuskrip kitab, kita peroleh dan dipastikan murni karyanya. Dari jumlah tersebut, baru 20 kitab dan delapan risalah yang dapat kita peroleh. Sedangkan 13 sisanya belum ada di tangan kita, tetapi asli karya Syeikh. Ada tiga karya monumental yang sukses kita kaji, yakni Tafsir Al-Jilany, Musnad Al-Hadis yang terdiri dari 10 jilid, dan Fiqh Syeikh Abd Al-Qadir Al-Jilany sebanyak 20 jilid. Kitab Tafsir telah dibukukan sedangkan dua yang lainnya masih dalam proses.
Acara bedah tafsir ini diselenggarakan oleh Lembaga Takmir Masjid LTM Nahdlatul Ulama (LTM NU). Dalam acara yang dihadiri lebih dari 200 orang . Turut hadir ketua PBNU KH Said Aqiel Siradj, Ketua Umum PBNU, KH Said Agil Siradj, Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Helmy Faishal Zaini, Ketua Lembaga Al-Jaelani Center Asia Tenggara, Rachmad Tatang Bachrudin dan KH Lukman Hakim sebagai salah satu pembahas.
Sumber:www.sufinews.com

Selasa, 01 Maret 2011

Seorang Pengemis Yahudi buta

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu,Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?

Aisyah RA menjawab,Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja. Apakah Itu?, tanya Abubakar RA. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana, kata Aisyah RA.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya.
Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, sipengemis marah sambil menghardik, Siapakah kamu? Abubakar RA menjawab,Aku orang yang biasa (mendatangi engkau). Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku, bantah si pengemis buta itu.

Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku, pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia....
Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim. Sumber:cageurbageur165.blogspot.com