"Migunani Marang liyan,Ora Gawe Kapitunaning Liyan,Marsudi Luhur Ing jiwo"

Senin, 27 Desember 2010


PERTEMUAN TOKOH SUFI DENGAN NABI KHIDIR

Pertemuan antara seorang salih dengan Nabi Khidir AS. Memang selalu menarik untuk disimak. Metapa tidak, Khidir AS. Merupakansosok yang unik sehingga tidak semua orang dapat bersua dengannya, pun, di dalam pertemuan tersebut acap dihiasi dengan berbagai hal yang bersifat supranatural serta serat dengan pelajaran yang bernilai sangat luhur. Berikut adalah kisah tentang pertemuam istimewa beberapa antara tokoh sufi dengan Nabi Khidir as, yang sengaja diambil dari berbagai kitab tasauf pilihan.

Diselamatkan Khidir

Ibrahim bin Adham adalah Raja Balkh yang sangat luas kekuasaannya. Ke mana pun dia pergi, empat puluh bilah pedang emas dan empat puluh batang tongkat emas kebesarannya di usung didepan dan dibelakangnya oleh para hulubalang dan prajurit sang raja.

Pada suatu malam, ketika Ibrahim tidur di kamar istananya, mendadak langit – langit kamar berderak – derak seolah ada seseorang sedang berjalan di atasnya Ibrahim pun terjaga dan berteriak, “ Siapakah itu ? “

“ seorang sahabat untaku hilang dan aku sedang mencarinya di atap ini ! “ terdengar sebuah jawaban dari atas sana.

Goblok ! engkau hendak mencari unta di atas atap, mana mungkin dia sampai di sana, “ sergah Ibrahim menahan kekesalan.

Wahai manusia yang lalai, apakah engkau hendak mencari Allah dengan berpakaian sutra dan tidur di atas ranjang emas ? “ jawab pemilik suara mistrius yang tak lain adalah Nabi Khidir AS, penuh dengan sindiran.

Kata – kata itu ternyata mampu menggetarkan hati Ibrahim. Dia amat gelisah sehingga malam itu tak mampu meneruskan tidurnya lagi.

Ketika hari telah siang, ibrahim menuju keruang pertemuan dan duduk di singga sananya dengan pikiran yang galau memikirkan sensasi yang di alaminya semalam. Sementara itu, para mentri telah berdiri di tempatnya masing – masing, dan para hamba telah berbaris sesuai dengan tingkatan mereka. Semuanya siap menunggu titah sang Raja.

Ketika acara pertemuan akan dimulai, tiba-tiba, seorang lelaki berwajah amat menakutkan masuk kedalam ruangan. Wajah si lelaki yang teramat menakutkan telah membuat tak ada seorang pun yang berani menegurnya, apalagi menanyakan nama dan

maksud kedatangannya. Lidah mereka mendadak kelu ! sementara, dengan langkah yang tenang, lelaki itu melangkah menuju ke singgasana Raja.
“ apakah yang engkau inginkan ? “ tanya ibrahim dengan memberanikan diri.
“ Aku baru saja sampai di persinggahan ini, “ jawab lelaki itu.
“ Ini bukan tempat persinggahan para kalifah. Ini adalah istanaku. Apakah engkau sudah gila ! “ Hardik ibrahim yang sudah habis kesabarannya.

“ siapakah pemilik istana ini sebelum enkau ? “ tanya lelaki itu.
“ Ayahku ! “ jawab ibrahim, memendam kekesalan.
“ dan sebelum Ayahmu ? “
“ Kakekku ! “
“ dan sebelum kakekmu ? “
“ Ayah dari kakekku ! “
“ dan sebelum dia ? “
“ Kakek dari kakekku ! “
“ kemanakah mereka sekarang ini ? “
“ Mereka telah tida, wafat, “
“ Jika demikian, bukankah ini sebuah persinggahan yang di masuki oleh seseorang dan di tinggalkan oleh yang lainnya? “

setelah berkata demikian, lelaki yang sesungguhnya adalah Khidir itu langsung menghilang. Demikianlah, dengan seizin Allah, Khidir adalah manusia pertama yang telah menyelamatkan Ibrahim. Dan dikemudian hari, ibrahim menjadi salah seorang tokoh sufi terkenal, dan perbuatannya banyak menghiasi kitab tasauf.

Tidak dikenal Khidir

Seorang tua berwajah cerah berseri-seri, mengenakan jubah yang anggun, pada suatu hari melewati gerbang Banu Syaibah dan menghampiri Abu Bakar Al-Khattani yang sedang berdiri dengan kepala menunduk. Setelah saling mengucapkan salam, orang tua itu berkata, “ mengapakah engkau tidak pergi ke maqom Ibrahim ? seorang guru besar telah datang dan dia sedang menyampaikan hadits – hadits yang mulia. Marilah kita kesana untuk mendengarkan kata-katanya.”

Siapakah perawi dari hadits – hadits yang dikhutbahkannya itu ? tanya Kattani.

“ dari abdulah bin ma’mar, dari Zuhri, dari Abu Hurairah dan dari Muhammad, “ jawab orang tua itu.

“ sebuah rangkaian panjang. Segala sesuatu yang dia sampaikan melalui rangkaian panjang para perawi, dan kita dapat mendengar langsung khutbahnya di tempat tersebut dari tempat ini, “ kata Kattani.

Melalui siapakah engkau mendengar ? “ tanya lelaki tua itu.
Hatiku menyampaikannya kepadaku l;angsung dari Allah ! “ jawab Kattani.
“ Apakah kata-katamu dapat dibuktikan? “ tanya orang tua itu lagi.

“ Inilah buktinya. Hatiku mengatakan bahwa engkau adalah Khadir AS.”
“ Selama ini aku mengira tak ada sehabat Allah yang tidak kukenal. Namun ternyata engkau, Abu Bakar Kattani, tidak kukenal tetapi engkau mengenalku. Maka, sadarlah aku masih ada sahabat – sahabat Allah yang tidak kukenal namun mereka mengenalku, ‘ kata Khidir as.

Karya tulis untuk Khidir

Pada suatu waktu, ketika masih kanak-kanak, Muhammad bin Ali Tirmizi ( yang dikenal dengan nama Al Hakim ) bersama dengan dua anak lainnya bertekad akan melakukan pengembaraan guna menutut ilmu. Ketika akan berangkat, ibunya pun nampak sangat bersedih.

Wahai buah hati ibu, aku seorang perempuan yang sudah tua dan lemah. Bila ananda pergi, tak ada seoarang pun yang ibunda miliki di dunia ini. Selama ini ananda tempat ibunda bersandar. Kepada siapakah ananda menitipkan ibunda yang sebatang kara dan lemah ini ? kata sang bunda dengan berurai air mata.

Kata-kata itu menggoyahkan Tirmidzi . dia membatalkan niatnya, sementara kedua sahabatnya tetap berangkat mengembara untuk mencari Ilmu.

Satu hari, Tirmidzi duduk di sebuah pemakaman sambil meratapi nasibnya.” Di sinilah aku ! tiada seorang pun yang peduli kepadaku yang bodoh ini, sedang kedua sahabatku itu, nanti akan kembali sebagai orang –orang yang terpelajar dan berpendidikan tinggi, “ keluhnya lagi.

Tiba – tiba, di hadapan Tarmidzi muncul seorang tua dengan wajah berseri-seri. Dia menegur Tarmidzi, “ Nak, mangapakah engkau menangis sampai sedih ini ? “

Tirmidzi lalu menceritakan segala persoalan yang tengah di hadapinya.

Maukah engkau menerima pelajaran dari saya setiap hari sehingga dapat melampaui kedua sahabatmu itu dalam waktu yang singkat ? tanya orang tua itu kemudian.

Aku bersedia ! “ jawab Tarmidzi dengan kegirangan.

Sejak itu, setiap hari, orang tua itu memberikan pelajaran kepada Tarmidzi. Setelah tiga tahun berlalu, barulah dia menyadari bahwa sesungguhnya orang tua itu adalah Nabi Khidir AS. Tarmidzi memperoleh keberuntungan yang seperti itu karena dia berbakti kepada Ibunya.

Menurut Abu Bakr Al Warraq ( salah seorang murid Tarmidzi yang kemudian menjadi seorang sufi besar dan dijuluki guru para wali ), setiap hari minggu, Nabi Khidir mengunjungi Tarmidzi dan kemudian memperbincangkan berbagai persoalan.

Dikisahkan pada suatu hari Tarmidzi menyerahkan buku-buku karyanya kepada Al Warraq untuk dibuang kesungai Oxus. Ketika diperiksa, ternyata buku-buku tersebut penuh dengan seluk beluk dan kebenaran kebenaran mistis ( Tasauf ) Al Warraq tak tega untuk melaksanakan perintah Tarmidzi, buku-buku tersebut dia simpan di dalam kamarnya. Kemudian dia katakan kepada sang guru bahwa buku-buku itu telah dilemparkannya ke sungai.

“ apakah yang engkau saksikan setelah itu ? “ tanya Tarmidzi.
“ Tidak satupun, “ jawab Al Warraq.
“ kalau begitu, engkau belum membuang buku-buku itu kedalam sungai. Pergilah dan buang segera buku-buku itu, “ printah tarmidzi.

“ Al Warraq tak dapat membantah perintah gurunya. “ mengapa dia ingin membuang buku-buku ini ke dalam sungai ? apakah gerangan yang akan kesaksikan nanti ? “ Tanya Al - Warraq dalam hati sambil berjalan menuju ke sungai Oxus.

“ Setibanya ditepi sungai, Al Warraq melemparkan buku-buku yang sangat tinggi nilainya itu. Ajaib ! seketika itu juga air sungai terbelah. Lalu nampak sebuah peti yang terbuka tutupnya dan buku-buku itu pun jatuh kedalamnya. Setelah tutup peti itu mengatup. Air sungai pun bersatu kembali. Al Warraq terheran-heran menyaksikan kejadian itu.

“ Guru, demi keagungan Allah, katakanlah kepadaku apakah Rahasia di balik semua ini ? “ tanya Al Warraq setibanya kembali di hadapan sang guru dan menceritakan segala kejadian yang disaksikannya.

“ Aku telah menulis buku-buku mengenai ilmu tasauf dengan keterangan –keterangan yang sulit untuk difahami oleh manusia – manusia biasa. Saudaraku Khadir meminta buku-buku itu. Dan peti yang engkau lihat tadi dibawa oleh seekor ikan atas pemintaan Khidir, sedang Allah Yang Maha Besar, memerintahkan kepada air untuk mengantarkan peti itu kepadanya, “ jelas Tarmidzi.

Rahmat Mulyadi Taman Bima Permai Blok A 11 Cirebon Jabar
Sumber:www.tamanbimapermai.blogspot.com

SYEKH RAJAB ALI : SANG SUFI MODERN YANG PENUH KAROMAH

HANYA ORANG-ORANG YANG TELAH MENCAPAI MAQOM TERTENTU YANG DAPAT BERTEMU, BAHKAN BERGURU PADA IMAM MAHDI. SYEKH RAJAB ALI ADALAH SALAH SEORANG YANG MENDAPAT ANUGRAH UNTIK BERGURU PADA IMAM MAHDI. ITULAH SALAHSATU KAROMAH BESARNYA

SYEKH RAJAB ALI Adalah salah seorang sufi yang berasal dari negri ( Iran ). Dia dilahirkan di Teheran pada tahun ( 1883 M ). Dia seorang sufi yang hidup di abad Modern, ketika godaan-godaan dunia lebih banyak daripada Sufi-sufi yang hidup pada ratusan tahun yang lampau. “

Kendati sentuhan kehidupan Modern sudah begitu hebat di sekelilingnya, namun rumah syekh rajab sangat sederhana, hanya terbuat dari tanah liat yang dibakar. Karena itulah, pada saat hujan turun, maka atap-atap rumahnya pada bocor.

Pernah seorang jendral menawarkan kepada belaiu untuk di belikan tanah dan akan dibangun untuk Syekh Rajab Ali. Tetapi tawaran ini di tolak olehnya, dia hanya mengucapkan terima kasih sambil bersyukur kepada illahi.

Syekh Rajab Ali adalah sufi yang mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW. Dan Ahlul Bait dalam mencintai Allah. Tidak pernah meninggalkan keluarga dan kaum Muslim.
Nabi dan Ahlul Baitnya tetap mencari nafkah dengan berdagang dan brtani walaupun sebenarnya sebagai Insan Kamil ( Manusia yang paling sempurna ) apa yang di inginkannya cukup diucapkan, maka menjadi terwujud keinginannya tersebut kehendak Allah.

Tak hanya itu, Syekh Rajab Ali juga selalu menolong masyarakat, bersosial dan membuat karya yang dapat bermanfaat bagi kaum muslimin.

Hal tesebutlah yang membedakan Syekh Rajab Ali dari Sufi-sufi lainnya. Pada umumnya para sufi akan melakukan kehidupan zuhud dengan meninggalkan keluarganya, meninggalkan masyarakat, tidak berpolitik, tidak mencari nafkah dan tidak bersosialisasi
dengan baik. Mereka terkesan menyendiri bersama kelompoknya. Mereka menganggap mencintai keluarga, mencari nafkah, berpolitik, dsb, dapat menghalanginya untuk mencintai Allah secara hakiki.

Hal tersebut dianggap jelas melanggar aturan-aturan yang dijalankan Nabi SAW. Dan Ahlul Baitnya. Padahal, kaum sufi itu adalah panutan dan sufi tauladan bagi kita semua kaum muslimin dalam segala hal, karena merekalah para kekasih Allah, sebab merekalah yang mampu mencintai Allah secara hakiki, dan Allah pun mencintai mereka, sehingga mereka mencapai maqom tertinggi manusia sebagai insan kamil. Namun, mengapa mereka harus meninggalakan keluarga, lingkungan, dan tak berbuat apa-apa untuk masyarakat, kecuali untuk diri mereka dan kelompok mereka sendiri ? “

Oleh karena itu, Syekh Rajab Ali, sangat mengecam para sufi yang melakukan perbuatan-perbuatan ekstrim tersebut. Menurutnya, untuk mencintai Allah secara hakiki harus sesuai dengan aturan-aturan Islam, seperti kewajiban memberi nafka lahir batin kepada keluarganya, berpolitik dan sebagainya.

Seseorang sufi yang mencintai kekasihnya apa yang di ucapkan atau permintaan, pasti dituruti oleh orang yang dicintainya. Untuk mencintai Allah, maka segala perintahnya harus dituruti apalagi aturan tersebut adalah sebuah kewajiban bagi kaum muslimin.

Menurut Syekh Rajab Ali, segala amal dan perbuatan harus karena Allah SWT, sebab itu hanya akan menghambat dia untuk mencapai maqom tertinggi dalam mencintai Allah, padahal dengan mencapai maqom ini dia akan” terpesona” hanya kepada Allah saja.

Syekh Rajab Ali mempunyai mata pencaharian sebagai penjahit. Dengan mata pencaharian ini dia membesarkan anak-anaknya dan memberi kehidupan bagi keluarganya. Walaupun hanya seorang penjahit dan dalam kehidupan sederhana, dia terkenal sebagai seorang dermawan dan suka menolong tetangga dan orang lain yang dalam kesusahan, terutama dalam soal ekonomi walaupun dirinya dalam kesulitan ekonomo pula.

Pernah suatu ketika Syekh Rajab Ali pergi ke gunung Syarh banu bersama putranya. Diperjalanan mereka berjumpa dengan seorang sufi yang konon telah memperaktekan kezuhudannya hingga dia memiliki kemampuan yang dikagumi oleh masyarakat.

Syekh bertanya, “ Sejauh ini apa yang telah engkau hasilkan dari peraktek zuhudmu ? “

Sufi itu membungkuk dan mengambil sebongkah batu dan mengubahnya menjadi buah pir. Setelah itu, diberikan kepada syekh Rajab Ali.

Syekh Rajab Ali lalu berkata, “ Bagus, engkau telah melakukannya untuku. Sekarang katakan pada saya, apa yang engkau lakukan untuk Allah ? apa yang telah engkau lakukan untukNya ?

Mendengar ini, sufi itupun menangis tersedu-sedu.

Pernah pula dipadang karbala di negri Iraq, lewat sekelompok aliran tarekat didepan Syekh Rajab Ali dan sahabatnya.

Tarekat ini berpaham sangat ekstrim yaitu meninggalakn aturan islam yang dianggap dapat menghalangi untuk mencintai Allah. Syekh Rajab Ali bercerita kepada sahabatnya bahwa pimpinan tarekat tersebut sedang dikendalikan oleh Syetan, ibarat seekor kuda yang dikendalikan oleh penunggangnya.

Yang pasti, Syekh Rajab Ali tidak pernah meninggalkan kehidupan dunia, meski dia menyebut dunia sebagai, “ wanita tua yang jelek, “ yang dikutifnya dari sebuah hadits Nabi.

Banyak karomah-karomah yang dimiliki Syekh Rajab Ali, di antaranya adalah :

1 . dapat membaca hati orang

salah seorang muridnya berkisah bahwa, suatu malam dia tiba dimajelis yang dipimpin oleh Syekh Rajab Ali. Ketika itu dia memandang salah seorang hadirin yang jenggotnya telah dicukur.

Hati saya serasa gelisah dan sedih, mengapa orang itu mencukur jenggotnya, “ kata orang ini dalam hati.

Syekh yang berada dibelakangnyadan menghadap kiblat, tiba-tiba dia menghentikan do’anya dan berkata, ‘ jenggotnya tidak memperdulikanmu. Lihatlah seperti perbuatannya. Dia mungkin memiliki kebaikan yang mungkin engkau tidak memiliki, “

Sementara itu, seorang pelayan Syekh pernah berkisah, pernah saya meninggalakan rumah untuk mengunjungi Syekh. Diperjalanan, secara tidak sengaja, saya melihat wanita cantik yang menarik perhatian saya. Ketika sampai dirumah Syekh, dan duduk disampingnya, dia melirik saya dan berkata, “ apa yang saya lihat dalam dirimu ?”

Saya membantin, “ Ya Sattar Al Uyub ( Wahai yang menutup aib ),”

Syekh lalu tersenyum dan berkata, “ apa yang telah engkau lakukan sekarang apa yang saya luhat menghilang ?

2 . dapat melihat api dalam sesuatu yang haram

dalam sebuah pertemuan, seseorang memperaktekan ilmu suhir, dan waktu itu salah seorang putra Syekh hadir di pertemuan tersebut. Putra Syekh dengan kemampuan priritualnya berusaha menghalangi peraktek sihir tersebut, sehingga penyihir tersebut selalu mengalami kegagalan.

Akhirnya penyihir itu tahu bahwa putra Syekh Rajab Ali tersebut menghalangi peraktik sihirnya dan memohon kepadanya agar tidak mengganggu mata pencahariannya tersebut.

Lalu penyihir tersebut memberikan hadiah kepada putra Syekh Rajab Ali dengan sebuah karpet mahal. Oleh putra Syekh, krpet itu dibawa pulang. Begitu syekh Rajab Ali melihat, maka dia berkata, “ Siapa yang memberikan permadani kepadamu ? saya melihat api dan asap keluar darinya. Kembalikan permadani tersebut kepada pemiliknya sekarang juga ! “
Maka putra Syekh segera mengembalikan permadani tersebut.-

3 . dapat mengetahui do’a yang dikabulkan oleh Allah SWT.

Dikisahkan bahwa Syekh Rajab Ali dan kawannya mengadakan perjalanan ke kota Masyhad di Iran. Di makam suci Imam Ar Ridho ra ( salah seorang ahlul Bait Nabi SAW keturunan Imam Ali dan Fatimah ),

Mereka melihat seorang pemuda menangis dan sedang bertawasul kepada Imam Ar Ridho ra, agar doa’nya terkabul oleh Allah SWT.

Syekh Rajab Ali memerintahkan kawannya untuk memberitahukan kepada pemuda tersebut bahwa do’anya telah dikabulkan oleh Allah SWT. Dan pemuda tersebut berterima kasih kepada syekh Rajab Alai. “

Sangkawan bertanya kepada Syekh, apa yang terjadi kepada pemuda tersebut. Maka Syekh Rajab Ali menceritakan bahwa pemuda tersebut mencintai seorang gadis dan ingin menikahinya, tapi tak disetujui oleh orang tua gadis tersebut. Do’anya telah dikabulkan oleh Allah SWT. Sebagai bukti, pemuda itu disetujui oleh orang tua gadis tersebut untuk menikahi putrinya. Padahal Syekh Rajab Ali tidak pernah kenal sebelumnya, kecuali dimakam tersebut.”

4 . dapat melihat alam barzah

seorang sahabat berkisah, “ suatu ketika, saya berbincang-bincang dengan Syekh. Tiba-tiba, Syekh berkata, “ saya melihat seorang pemuda di alam Barzah yang berkata, “ engkau tidak tahu apa yang terjadi disini. Ketika engkau datang kesini engkau akan menemukan setiap Nafas yang engkau hirup bukan karena Allah SWT. Berahir dengan kerugian.”

5 . Gramofon yang terbakar

putra Syekh berkata,” Ayah dan saya pergi untuk menghadiri acara pernikahan dari salah seorang kerabat kami. Ketika tuan rumah melihat kedatangan ayah, dia memerintahkan anak-anak muda untuk mematikan Gramofon.
Anak-anak muda itupun ingin melihat siapa yang datang sehingga mereka dilarang menyetel musik yang pada saat itu menggunakan alat Gramofon. Anak-anak muda itu pun memandang rendah Syekh Rajab Ali, bahkan kemudian menyetel kembali Gramofon tersebut.
“ Waktu itu ayah langsung mengajak pulang saya untuk meninggalkan acara tersebut. Belakangan yang saya dengar Gramofon itu hancur tampa sebab. Lalu anak =-anak muda mengambil Gramofon yang lain, tetapi lagi-lagi ada kejadian aneh, Gramofon tersebut terbakar tampa sebab. Peristiwa tersebut menjadikan tuan rumah tobat dan menjadi murid ayah.”

6 . bicara dengan tumbuhan

salah seorang murid syekh mengutip pernyataan beliau,” tumbuhan itu hidup juga dan mereka bicara. Saya berbicara dengan mereka dan mereka memberi tahukan kepada saya tentang apa yang mereka miliki.”

7 . bicara dengan hewan

seorang tukang jagal datang kepada Syekh dan berkata ; “ anak saya sedang sekarat sekarang. Apa yang harus saya lakukan ? “
Syekh berkata, “ engkau telah menyembelih seekor sapi di depan ibunya,”

Tukang jagal meminta agar syekh dapat melakukan sesuatu untuknya. Syekh berkata, “ Ibu sapi itu berkata, “ tidak ! dia telah menyemblih anakku, maka anaknya harus mati.”

Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa Imam Ali bin Abi Thalib berkata, “ janganlah menyembelih seekor biri-biri di sisi biri-biri lainnya dan seekor unta lainnya, sementara mereka melihat hewan-hewan itu disembelih,”
8 . berguru kepada Imam Mahdi

Imam Mahdi pada saat ini masih didalam kegaiban besarnya. Konon, dia akan muncul apabila waktunya telah tepat untuk memakmurkan seluruh dunia dan memenangkan Islam di atas dunia.
Hanya orang-orang yang telah mencapai maqom tertentu yang dapat bertemu, bahkan berguru pada Imam Mahdi. Syekh Rajab Ali adalah salah seorang yang dapat anugrah untuk berguru pada Imam Mahdi yaitu pada Zamannya.

ITULAH beberapa karomah yang dimiliki oleh Syekh Rajab Ali. Tokoh sufi ini wafat pada tanggal ( 13 September 1961 ). Dikisahkan, pada akhir hayatnya, Imam Mahdi datang menjenguknya. Namun hal ini hanya dapat diketahui oleh orang –orang tertentu saat itu hadir ketika detik-detik kewafatannya.

Dikisahkan pula, ketika Imam Mahdi datang, keadaan tubuh Syekh yang lemah dan tidak mampu banyak bergerak, tiba-tiba dia dapat duduk seketika dan sambil tersenyum dia berjabat tangan dengan seorang yang tidak nampak dan berkata, “ selamat datang guruku yang terhormat,”

Setelah itu Syekh Rajab Ali terbaring lagi. Dengan di iringi kalimat tauhid yang keluar dari bibirnya, dia pun meninggalkan dunia yang penuh kehinaan ini. Selamat jalan Syekh Rajab Ali. “

Rahmat Mulyadi Taman Bima Permai Blok A 11 Cirebon Jabar
Sumber :www.tamanbimapermai.blogspot.com

Tasawuf Ilmu Teknologi Al-Qur’an
Posted on Juli 15, 2010 by SufiMuda

Tasawuf merupakan ilmu halus yang sangat tinggi dan tidak bisa dengan mudah dipelajari. Tasawuf bukan ilmu hapalan yang dipelajari dengan otak akan tetapi merupakan ilmu praktek dan merupakan teknologi Al-Qur’an yang Maha Dahsyat. Hasil pengamalan tasawuf akan melahirkan manusia-manusia berkualitas tinggi, tidak pernah lepas sedetikpun hubungan dengan Allah sebagai sumber kebaikan. Salah satu tujuan Allah mengutus para nabi adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Para nabi bukan sekedar menyampaikan firman Allah, akan tetapi juga berfungsi sebagai pembawa wasilah (wasilah carrier) sebagai media penyambung antara manusia dengan Tuhan. Nabi adalah teknolog Al Qur’an yang mengerti bagaimana menyalurkan power maha dahsyat menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat untuk manusia. Kemampuan nabi Musa membelah laut, kehebatan Nabi Isa menghidupkan orang mati dan menyembuhkan segala jenis penyakit dan kehebatan Nabi Muhammad SAW membelah bulan bukan terjadi dengan serta merta. Mereka diajarkan oleh Allah teknologi Maha Dahsyat, teknologi metafisika dan siapapun menggunakan teknologi yang sama maka hasilnya pasti akan sama.
Kalau kita perhatikan bagaimana hebatnya teknologi fisika. Air yang tenang bisa diubah menjadi listrik lewat teknologi turbin. Air dipanaskan menjadi uap mampu menggerakkan gerbong kereta api yang beratnya ratusan ton. Air juga bisa mendongkrak mobil yang dengan memakai ujung jari tentu saja lewat teknologi hidrolika. Air juga apabila di pisahkan inti atomnya akan terjadi ledakan sangat hebat, menjadi sebuah bom yang daya rusaknya luar biasa. Air sifat dasarnya memadamkan api bisa berubah menjadi bahan bakar yang hebat. Masih banyak teknologi lain yang hebat hasil penemuan manusia.
Berbicara tentang teknologi al-Qur’an, alam metafisika tentu hasilnya berpuluh, beratus bahkan berjuta kali lebih hebat dari teknologi fisika. Sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu membelah laut seperti yang dilakukan oleh nabi Musa atau menghidupkan orang mati. Teknologi fisika akan selalu tertinggal jauh oleh teknologi metafisika.
Menyadari potensi yang sangat hebat terkandung dalam al-Qur’an maka para kaum orientalis berusaha memisahkan ummat Islam dengan teknologi Al-Qur’an. Al-Qur’an hanya untuk di baca dan dilombakan, dialun-alunkan dengan suara merdu. Ilmu untuk mengeluarkan power Al-qur’an itu tidak lain adalah Tarekatullah dibawah bimbingan Mursyid Kamil Mukamil, yang ahli di bidangnya, ahli tentang teknologi Al Qur’an.
Kalau Mursyidnya tidak ahli dan tidak mendapat izin dari guru-guru sebelumnya, tidak mempunyai silsilah bersambung kepada Rasulullah SAW maka Tarekat hanyalah sebuah praktek zikir kosong tanpa power. Sudah sekian lama tarekat dikucilkan, tasawuf didebatkan terus menerus bahkan dengan tanpa rasa bersalah memasukkan tasawuf sebagai ajaran di luar Islam, sungguh sangat menyedihkan.
Sangat berbahaya mendalami tarekat kalau Gurunya tidak mendapat izin dari Allah. Ibarat pilot pesawat tanpa izin terbang dan tidak mempunyai sama sekali pengalaman terbang tentu sangat berbahaya, bukan rahmat kita dapat tapi malah celaka.
Orientalis dengan sekuat tenaga berusaha agar ummat Islam berpandangan buruk terhadap tasawuf dengan menciptakan tarekat-tarekat palsu. Tarekat palsu tersebut kemudian disebarkan keseluruh dunia dengan tujuan untuk menjelekkan tarekat. Ajaran-ajaran yang menyimpang dari nilai-nilai Al-Qur’an dan hadist sehingga dengan mudah kalangan yang selama ini miring melihat tarekat mendapat angin segar.
Pilihlah Gurumu yang kamil mukamil khalis mukhlisin, yang dicerdikkan Tuhan, tidak setengah kasih akan dunia, kuat berpegang teguh kepada Tali Allah dan tentu saja mempunyai silsilah sebagai tanda sah ilmu yang diajarkannya.
Tasawuf bukan ilmu hapalan, bukan pula ilmu yang dipelajari lewat membaca. Tasawuf adalah ilmu rasa dan rasa itu datang dari Allah SWT atas ikhtiar sungguh2 dari sang murid. Sebagai contoh, kalau hanya sekedar dibaca, letak maqam yang 7 tempat bisa dibaca dalam satu malam bahkan seluruh kaji dalam suluk selesai dipelajari dalam 1 malam. Pertanyaannya apakah bisa “duduk” amalan tersebut dalam satu malam? Jawabannya tidak, membutuhkan waktu bertahun-tahun baru bisa amalan tersebut melekat dalam diri kita. Mungkin kita telah berulang kali suluk, kalau masih ada unsur sombong dalam diri, berarti belum sempurna maqam ke-5, begitu juga kalau masih suka memperturutkan hawa nafsu berarti suluk kita masih belum benar. Mungkin banyak tarekat yang menulis tentang amalan dari awal suluk sampai selesai. Tapi Guru saya sangat melarang karena amalan itu datang dulu baru dijelaskan. Sebagai kiasan, seorang anak lahir dulu kedunia baru diberi nama.
Beliau mengatakan biarlah amalan berupa karunia dari Allah datang dengan sendirinya. Lebih baik karunia itu datang tanpa mengetahui namanya dari pada menghapal nama tapi tidak pernah merasakan karunia.
Kita wajib berterima kasih kepada Almarhum Prof. Dr. Kadirun Yahya MA M.Sc Mursyid Tarekat Naqsyabandi atas jasa Beliau yang mampu menjelaskan ilmu tasawuf lewat ilmu eksakta (fisika klasik) sehingga tidak bisa dibantah sama sekali oleh siapapun. Ilmu tarekat selama ini dianggap kolot dan ketinggalan zaman ternyata merupakan ilmu yang sangat hebat tiada tanding menjadi senjata ampuh ummat Islam diseluruh dunia. Beliau juga yang pertama kali mempopulerkan istilah Teknologi Al-Qur’an. Kalau Imam Al-Ghazali berjasa mendamaikan tasawuf dengan syariat dan menyatukan keduanya lewat ilmu sosial maka Prof. Dr. Kadirun Yahya MA M.Sc berhasil mendamaikan lewat ilmu metafisika eksakta.
Akhirnya, kita semua berharap bisa berjumpa dengan Guru Mursyid Kamil Mukamil Khalis Mukhlisin yang bisa mengajarkan kita tentang Teknologi Al-qur’an sehingga bisa kita salurkan kepada keluarga, kampung, Negara bahkan seluruh jagad raya ini sebagai bukti bahwa Islam Mulia Raya adalah Agama yang membawa Rahmatan Lil Alamin. Sumber:sufimuda.wordpress.com


Selasa, 07 Desember 2010


Manakib akhir tahun /Jadwal Manakib 2011 M

“ Jujur,Ikhlas,dan sabar,” adalah wajib bagi murid yang ingin wushul kepada Allah ,demikian lah inti ceramah Hidmat Ilmiah Bpk Ustadz Sholeh Maskub pada acara manakib di Majlis Dzikir Musholla Al Mubarok kavling Serpong Tang-Sel pada malam Senin tanggal 05 Desember 2010 M atau malam terakhir bulan Dzulhijah 1431H .
Seperti biasanya manakib di laksanakan malam senin ke tiga setelah manakib di Pon Tren suryalaya,dan di ikuti oleh ikhwan dan akhwat dari wilayah serpong dan sekitarnya ,juga hadir ikhwan akhwat dari Jakarta ,Bogor dan sekitarnya .
Jadwal manakib untuk tahun 2011 adalah sbb:
1. Tgl 02 Januari 2011
2. Tgl 30 Januari 2011
3. Tgl 06 Maret 2011
4. Tgl 04 April 2011
5. Tgl 01 Mei 2011
6. Tgl 29 Mei 2011
7. Tgl 03 Juli 2011
8. Tgl 31 Juli 2011 ?
9. Lebaran Idzul Fitri 1432H
10. Tgl 25 September 2011
11. Tgl 23 Oktober 2011
12. Tgl 27 Nopember 2011
13. Tgl 25 desember 2011

Informasi Majlis Dzikir Musholla Al Mubarok Kavling Serpong Tang-Sel :
Tlp ; 021 .7587.1266. Hp 081.311.069.239.
By Rt

Kamis, 02 Desember 2010


ILMU LADUNI
(Bagian pertama )
Drs. H. Engkir Sukirman, M.Sc.
Batan Indah D-18, Kademangan, Setu, Tangerang-Selatan , Banten

1. Pendahuluan
Hati (qolbu) kalau sudah bersih, jernih, dan bening, pandangannya akan menembusi segala hijab-hijab yaitu tabir alam kebendaan (alam maddiah). Akan tersingkap hijab-hijab itu dan terbanglah ia ke alam ghaib yang maha luas sebatas yang diizinkan oleh Allah Taala. Jika hati benar-benar telah bersih, jernih dan bening, maka Allah SWT akan mencurahkan ke dalam qolbu itu perkara atau barang yang berharga dan amat sangat bernilai yaitu keimanan, keyakinan, ketaqwaan, hikmah, wahyu, kasyaf, ilmu laduni, firasat dan lain-lain. Uraian atau penjelasan tentang hal-hal tersebut di atas akan dibahas secara terperinci, di bawah ini.

2. WAHYU
Wahyu adalah ilmu yang Allah SWT sampaikan kepada rasul-rasul dan nabi-nabi secara langsung. Atau melalui perantaraan malaikat, langsung jatuh ke hati mereka, langsung dapat dihafal dan tidak dilupakan untuk selama-lamanya. Hal ini terjadi tanpa usaha ikhtiar dan tanpa belajar. Inilah mauhibah atau anugerah dari Allah SWT. Wahyu membawa syariat baru, memansuhkan syariat yang sebelumnya.

3. ILMU LADUNI/ILHAM
Apakah itu ilmu laduni? Ilmu laduni adalah ilmu yang membawa pengertian atau makna yang baru kepada syariat, bukan membawa syariat baru. Ilmu laduni atau ilmu ilham ialah ilmu yang Allah jatuhkan ke dalam hati para wali-Nya, tanpa melalui proses usaha ikhtiar atau hasil mendengar kuliah dari guru atau hasil berfikir. Ilmu ini terjatuh langsung ke dalam hati, yang mana bila ilmu itu dikaji atau diuraikan, akan menjadi suatu ilmu atau suatu uraian yang sangat ilmiah. Artinya ilmu ini menjadi suatu ilmu yang sangat bermanfaat. Ilmu yang didapati itu tepat, meyakinkan, masuk akal, memberi kepuasan serta tidak meletihkan otak. Namun demikian dapat terlupa dari ingatan. Berbeda dengan ilmu hasil belajar, hasil membaca dan berfikir atau hasil kajian, ilmu tersebut kadang-kadang cepat menjemukan. Kadang-kadang ilmu hasil kajian ini tidak tepat, tidak meyakinkan atau tidak masuk akal dan meletihkan. Untuk mendapatkannya perlu proses waktu yang lama. Artinya ilmu hasil membaca dan berfikir itu membutuh proses pemahaman dan bahkan penghayatan terlebih dahulu sebelum diamalkan.

Ilmu laduni atau ilmu ilham bukan ilmu yang membawa syariat baru, melainkan ilmu yang membawa makna atau tafsiran yang baru yang sesuai dengan Aqidah dan Syari’ah Islam dan dijadikan rujukan (pedoman) dalam menyelesaikan masalah pada zamannya atau dalam menyelesaikan masalah khusus untuk orang itu. Mengapa pula ilmu ilham atau ilmu laduni ini dikatakan sebagai penyelesai masalah sesuai dengan zamannya dan bukan untuk semua zaman?.

Kalau saya umpamakan ilmu Allah itu, yakni ilmu yang terkandung dalam Al-Quran dan As-Sunnah yang maha luas dan tidak berkesudahan itu, diibaratkan sebagai khazanah lautan, maka setiap orang yang menyelam mencari sesuatu di lautan itu, insya-Allah mereka akan mendapatkan sesuatu itu, yang mungkin bermanfaat untuk dirinya dan juga untuk orang lain. Walaupun sesuatu yang diperoleh oleh orang-orang yang menyelam tadi boleh jadi tidak sama satu sama lain. Boleh jadi ada orang yang mendapat kerang saja atau ada mendapat ikan saja. Orang-orang yang mendapat ikan juga mungkin tidak sama jenisnya. Ada yang mendapat ikan hiu, ada yang dapat ikan pari, ikan kembung dan sebagainya. Ada juga yang mendapat mutiara, batu karang dan lain-lain.

Orang yang mendapat ikan berkata kepada orang yang medapat batu karang: Saya mendapat ikan, inilah khazanah lautan yang sesungguhnya. Saya lihat Anda mendapat batu karang dari lautan mana?. Sebaliknya orang yang mendapat batu karang menyangka bahwa ikan yang diperoleh oleh temannya itu bukan dari khazanah lautan. Akhirnya terjadilah tuduh-menuduh. Sebenarnya kerang dan ikan sama-sama khazanah lautan, tetapi karena mereka kurang ilmu, maka masing-masing menganggap apa yang mereka dapat itulah yang sebenarnya dari laut, dan yang lain bukan dari laut. Lebih-lebih lagi orang yang mendapat mutiara, tentulah mereka lebih sombong lagi dan menuduh orang-orang yang mendapat benda-benda lain dianggap bukan dari khazanah lautan.

Bagi orang yang faham tentang laut, ia hanya tersenyum saja melihat temannya bertengkar saling tuduh menuduh bersalah, dan masing-masing saling klaim bahwa dirinyalah yang benar. Orang yang faham tentang laut tersenyum, karena dia tahu persis bahwa benda-benda yang diperoleh temannya itu, yakni ikan, batu karang, mutiara, semuanya itu adalah khazanah lautan; cuma fungsinya atau manfaatnya saja yang tidak sama. Ikan untuk dimakan, batu karang dan mutiara untuk hiasan dan begitulah seterusnya.

Orang yang dikaruniai ilmu laduni atau ilmu ilham ini adalah orang yang mendapat khazanah dari lautan ilmu Allah juga. Seperti telah disinggung di atas bahwa ilmu Allah itu amat sangat luas-luasnya tiada bertepi dan amat sangat dalam-dalamnya tiada terukur. Artinya, ilmu Allah itu amat sangat banyak jumlahnya dan macamnya sehingga manusia tidak akan sanggup menghing-gakannya. Pendek kata, ilmu Allah itu tidak terbatas. Sehingga setiap ayat-ayat Allah boleh jadi mempunyai banyak pengertian dan tafsirannya.

Allah memiliki hak prerogatif untuk memberikan pengertian, tafsiran dan pemahaman tentang ayat-ayat Allah tersebut kepada seseorang yang Dia kehendaki untuk menyelesaikan masalah di zamannya atau untuk keperluan seseorang itu. Namun demikian, pengertian, tafsiran dan pemahaman itu kebanyakannya tentu bukan mengenai hukum-hukum (fiqh), karena soal itu sudah tetap dan tidak berubah untuk setiap zaman kecuali perkara khilafiah. Ilmu laduni ini kebanyakannya mengenai falsafah, pendidikan ruhani, hal-hal yang kontemporer di zaman itu, metode dan kaedah, dimana perkara-perkara ini dapat berubah mengikuti zaman.

Jika ilmu wahyu disampaikan kepada para rasul atau nabi, ilmu laduni atau ilmu ilham dikaruniakan oleh Allah kepada para wali dan orang-orang soleh. Ilmu wahyu adalah syariat baru yang memansuhkan syariat yang diamalkan sebelumnya, sedangkan ilmu laduni membawa tafsiran atau makna baru kepada ilmu wahyu itu, sesuai untuk zamannya atau orangnya. Ilmu wahyu tidak dilupakan tetapi ilmu laduni atau ilham mudah dilupakan oleh orang yang menerimanya. Kalau yang menerima ilmu wahyu itu adalah rasul, maka wajib ilmu tersebut disampaikan; tetapi kalau yang menerima wahyu itu seorang nabi, maka tidak wajib menyampaikannya. Sedangkan ilmu laduni sebaiknya disampaikan karena ilmu ini akan dapat menyelesaikan masalah-masalah terkini yang sedang dihadapi oleh masyarakat, sesuai untuk zamannya. Atau untuk mengetahui hikmah, rahasia, kedalaman atau pengajaran di balik sesuatu hukum syariat.

Kalau ilmu wahyu ditolak, otomatis seseorang itu akan jatuh murtad atau kafir dan di Akhirat akan terjun ke Neraka serta kekal selama-lamanya. Sebaliknya kalau seseorang menolak ilmu laduni atau ilmu ilham, ia tidak menjadi kafir tetapi akan menghilangkan berkat (barakah) dan tertutup pintu bantuan Allah SWT.

Mungkin ada orang yang akan menolak pendapat tentang ilmu laduni ini dan sulit untuk menerimanya terutama bagi:
a. Orang yang tidak percaya adanya ilmu laduni atau ilham di dalam Islam.
b. Seseorang yang tidak mempunyai ilmu ini dan/atau tidak memiliki pengalaman mengenai ilmu laduni, sekalipun dia mempercayainya.

c. Seseorang yang tahu mengenai ilmu ini tetapi karena hasad dengki, dia tidak senang dengan orang yang mendapat ilmu ini, maka dia juga akan menolaknya, sedangkan hatinya membenarkan.

Apa bukti ilmu laduni atau ilmu ilham ini wujud atau ada?. Buktinya, adalah berdasarkan hujah berikut:
(bersambung ke bagian kedua)

ILMU LADUNI
(Bagian kedua )
Drs. H. Engkir Sukirman, M.Sc.
Batan Indah D-18, Kademangan, Setu, Tangerang-Selatan , Banten
PERTAMA: Hujah Naqli (nas)
a. Hujah Al Quran
Dalam Al Quran ada dalil yang kuat sebagai bukti kewujudan ilmu ini. Hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah niscaya Allah akan ajari kamu (Al Baqarah: 282).
Dalam ayat ini jelas Allah menyebutkan bahwa bagi orang-orang bertaqwa yang bersih dari sifat-sifat mazmumah, Allah akan beri ilmu secara wahbiah, tanpa usaha ikhtiar, tanpa belajar atau berguru.

b. Hujah Hadits
Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang beramal dengan ilmu yang dia tahu, Allah akan pusakakan padanya ilmu yang dia tidak tahu (Dikeluarkan oleh Abu Nuaim).

Inilah buktinya. Artinya ilmu yang telah ada itu akan bertambah bila diamalkan. Yakni ia akan dapat ilmu baru hasil mempraktekkan ilmu itu. Proses ini juga berlaku secara wahbiah. Ilmu laduni atau ilmu ilham disampaikan oleh Allah melalui tiga cara:
1). Ilmu itu Allah jatuhkan langsung ke dalam hati.
2) Adakalanya Allah tayangkan ilmu itu yang boleh dilihat seolah-olah melihat layar TV. Sedangkan orang lain yang ada bersama-sama dengannya ketika itu tidak dapat melihatnya.
3) Atau mungkin mendengar suara yang membisikkan ke telinganya tetapi tidak nampak rupa makhluknya. Inilah yang dikatakan hatif. Mungkin suara ini suara malaikat, jin yang soleh atau wali-wali Allah.

KEDUA: Bukti Sejarah
Banyak kitab terdahulu yang menceritakan bagaimana pengalaman salafussoleh, ulama-ulama besar dan pengarang-pengarang kitab yang mendapat ilmu-ilmu laduni ini. Ada kitab-kitab karangan ulama muktabar (ulama besar) yang menunjukkan pengarangnya mendapat ilmu laduni. Di antara ulama yang memperoleh ilmu laduni atau ilmu ilham ini di samping ilmu melalui usaha ikhtiar ialah imam-imam mazhab yang empat (Imam Malik, Imam Syafii, Imam Hambali, Imam Hanafi), ulama-ulama Hadits seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, ulama-ulama tasawuf seperti Imam Al Ghazali, Imam Nawawi, Imam Sayuti, Syeikh Abdul Kadir Jailani, Junaid Al Baghdadi, Hassan Al Basri, Yazid Bustami, Ibnu Arabi dan lain-lain.

1). Imam Al Ghazali
Umurnya pendek saja yakni sekitar 54 tahun. Beliau mulai mengarang (menyusun) kitab-kitab segera setelah selesai bersuluk di kubah Masjid Umawi di Syam (Syria). Umurnya waktu itu sekitar 40 tahun. Artinya waktu yang digunakan dalam hidupnya untuk menyusun buku sekitar 14 tahun. Dalam waktu yang relatif pendek ini dia dapat mengarang 300 buah kitab yang tebal-tebal, yang bermacam-macam jenis ilmu pengetahuan termasuk kitab yang paling masyhur yaitu Ihya Ulumuddin, kitab tasawuf (dua jilid yang tebal-tebal) dan Al Mustasyfa (ilmu usul fiqh yang agak susah difahami).

Coba anda fikirkan, mampukah manusia biasa seperti kita ini menulis sebanyak itu. Betapapun geniusnya otak seseorang itu, tidak mungkin dalam masa 14 tahun dapat menghasilkan 300 buah kitab-kitab tebal, kalau bukan karena dia dibantu dengan ilmu laduni yakni ilmu tanpa berfikir, yang langsung jatuh ke hati dan langsung ditulis. Dalam pengalaman kita, kalau ilmu itu hasil pengkajian atau olah fikir, seperti halnya pengkajian yang dilakukan oleh profesor-profesor sekarang, butuh waktu empat tahun untuk dapat membuat satu tesis di dalam sebuah buku. untuk menulis satu buku membutuhkan waktu empat tahun, maka dalam 14 tahun baru mendapat tiga buah buku saja (ingat ini bukan makalah). Terlalu jauh bedanya dengan Imam Ghazali yang mencapai 300 buah buku itu.

2). Imam Sayuti
Umurnya juga pendek, hanya 53 tahun. Beliau mulai mengarang sewaktu berumur 40 tahun dan dapat menghasilkan 600 buah kitab. Dalam masa hanya 13 tahun dapat menghasilkan sebegitu banyak kitab. Artinya dia dapat menyiapkan sebuah kitab setiap dua minggu. Kitabnya itu juga tebal-tebal dan pembahasannya berkualitas ilmiah yang tinggi dan bermacam-macam disiplin ilmu. Antara lain kitabnya yang terkenal adalah Al-Itqan fi Ulumil Quran, Al-Hawi lil Fatawa (dua jilid), Al-Jamius Soghir (mengandungi matan-matan Hadits), Al-Ashbah wan Nadzoir, Tafsir Jalalain, Al-Iklil dan lain-lain lagi.

Kalaulah beliau menulis atas dasar membaca atau berfikir semata-mata, tentulah tidak mungkin dalam masa 13 tahun dapat menulis 600 kitab atau tidak mungkin dalam masa hanya dua minggu dapat mengarang sebuah kitab. Inilah ilmu laduni. Tidak heranlah hal ini dapat terjadi karena dalam kitab Al Tabaqatul Kubra karangan Imam Sya’rani di sana diceriterakan bahwa Imam Sayuti dapat yaqazah dengan Rasulullah sebanyak 75 kali dan dia sempat bertanya tentang ilmu dengan Rasulullah.

3). Imam Nawawi
Beliau adalah salah seorang diantara ulama yang meninggal sewaktu berusia muda, yaitu 30 tahun. Beliau tidak sempat menikah tetapi banyak mewariskan kitab-kitab karangannya. Di antara yang terkenal ialah Al-Majmuk yakni kitab fikih. Kalau ditimbang berat kitab itu lebih kurang 3 kilogram, yakni kitab fikih yang sangat tebal. Selain itu termasuklah kitab Riadhus Solihin, Al Azkar dan lain-lain lagi.

Untuk mengarang kitab Al-Majmuk saja kalau ikut kaedah biasa yakni atas dasar kekuatan otak, tidak mungkin dapat disiapkan dalam masa dua atau tiga tahun. Mungkin memakan waktu 10 tahun. Ini berarti dia mulai mengarang ketika berumur 20 tahun. Biasanya di umur ini orang masih belajar. Tetapi di usia semuda itu Imam Nawawi mampu mengarang bukan saja Al-Majmuk, tetapi juga mengarang kitab-kitab besar yang lain. Ini luar biasa!. Biasanya orang jadi pengarang kitab di penghujung usianya. Ini membuktikan selain dari cara belajar, ada ilmu yang Allah pusakakan tanpa belajar, tanpa usaha ikhtiar dan tanpa berguru. Itulah dia ilmu laduni atau ilmu ilham.

Sesudah kita mengkaji kemampuan ulama-ulama terdahulu, kita lihat pula ulama-ulama sekarang ini dan coba kita bandingkan. Berapa banyakkah buku-buku atau kitab yang telah ditulis oleh mereka sekalipun mereka telah memperoleh gelar Ph.D?. Oleh karena itu, jika ulama-ulama dulu mampu menulis kitab-kitab yang banyak dan tebal-tebal dalam masa yang singkat, tentulah hal ini adalah bantuan Allah yang luar biasa melalui ilmu laduni atau ilmu ilham yang bersifat wahbi di samping ilmu kasbinya.

Nampaknya sekarang ini sudah tidak ada lagi ulama yang memperoleh ilmu laduni. Ini karena kita semua sudah bersalut dengan cinta dunia dan berkarat dengan sifat-sifat mazmumah. Lihatlah zaman sekarang ini, susah untuk kita dapati ulama yang mengarang buku atau kitab. Mereka tidak mampu mengarang karena kekeringan minda (buah fikiran), sibuk dengan dunia, di samping perlu menggunakan otak, berfikir, membaca, banyak mentelaah dan mesti banyak referensi yang tentunya memakan waktu yang lama. Ini semua membosankan dan meletihkan, banyak ambil waktu serta tidak cukup waktu. Mereka tidak dapat pula ilmu melalui saluran ilham. Maka inilah rahasia kenapa ulama sekarang tidak menulis atau kurang menulis.

4. FIRASAT
Firasat ialah perasaan atau gerakan hati yang benar atau tepat karena mendapat pimpinan dari Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW: Takutlah olehmu firasat orang mukmin karena ia memandang dengan cahaya Allah (Hadits Riwayat At Tarmizi). Jika hati kotor, syaitanlah yang mengisinya yakni dengan was-was, jahat sangka, keraguan dan lain-lain lagi.

5. KASYAF
Apa itu kasyaf?. Kasyaf artinya menyingkap tabir-tabir yang menjadi penghalang atau yang jadi hijab pada mata batin untuk melihat alam ghaib atau rohaniah itu. Allah singkapkan, Allah buka dan perlihatkan alam ghaib tersebut. Tabir-tabir penghalang itu adalah sifat-sifat mazmumah. Apabila tabir-tabir mazmumah itu sudah terangkat, maka hatinya jadi awas dan terang-benderang, putih bersih. Sehingga mata hati mampu melihat makhluk-makhluk Allah yang pelik-pelik di alam yang bukan alam benda atau material itu seperti melihat alam jin, alam malakut dan alam Barzakh. Juga dapat melihat sifat batin manusia yakni kalau seseorang itu berperangai seperti kuda, maka dilihatnya rupa orang itu seperti kuda. Kalau berperangai anjing, orang itu berupa anjing. Allah perlihatkan hakikat orang itu .
Wallahu a’lam ....
%%%%%%%