Hikmah dan Cara Dzikir La Ilaha
Illallah
Salah satu
dzikir yang paling utama adalah kalimat La ilaha Illallah/ لاإله إلاالله yang
artinya tiada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah swt. Begitulah pesan
Rasulullah saw kepada Sayyidina Ali Karramallahu Wajahah, ketika beliau secara
pribadi memohon agar diberikan dzikir khusus yang lebih berat dari dunia
seisinya, dan lebih mudah mendekatkan diri kepada Allah swt.
Maka
Rasulullah saw pun menjawab,”Jangan begitu Saudaraku Ali, bahwa ucapan yang
paling utama yang aku ucapkan dan juga diucapkan nabi-nabi sebelumku adalah La
ilaha Illallah
”أفضل ماقلت أنا والنبيون من قبلي لاإله إلاالله
Demikianlah
Rasulullah saw memberikan ijazah dzikir لاإله إلاالله kepada
sayyidina Ali yang kemudian diturunkan kepada para sahabat, tabi’in dan tabiut
tabi’in hingga kepada kita semua. Karena sesungguhnya kalimat لاإله إلاالله menyimpan
berbibu hikmah bahkan juga dunia seisinya.
Dalam salah
satu hadits riwayat sahabat Anas disebutkan
مَنْ قَالَ
لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَمَدَّهَا هُدِمَتْ لَهُ أَرْبَعَةُ آلافِ ذَنْبٍ مِنَ الْكَبَائِرِ“
Sesungguhnya
barang siapa membaca kalimat Tauhid لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ dan
memanjangkannya, maka baginya akan dihapus empat ribu macam dosa besar”.
Pada saat itu para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, lalu bagaimana apabila satupun dia tidak memiliki dosa besar ?”, Rasulullah menjawab ; “Maka yang dihapuskan empat ribu macam dosa besar adalah keluarga dan para tetangganya”.
Diantara ajaran para ulama ketika membaca panjang kalimat Tauhid, adalah memanjangkan kataLA sambil kepala berpaling ke sebelah kanan dan hati menghayati artinya yaitu “tidak ada”. Dan Ketika melafalkan ILAHA sambil kepala bergerak ke bagian tengah dan hati menghayati artinya yaitu “Tuhan yang wajib disembah”. Kemudian ktika melafalkan ILLALLAH sambil kepala berpaling kesebalah kiri dan hati menghayati artinya yaitu “melainkan Allah”.
Dan yang
penting diperhatikan juga adalah menyambung kalimat tauhid tersebut dengan
kalimat مُحَمَّدُ
رَسُوْلُ اللهِ di dalam hati serta
menghayati artinya yaitu “Muhammad adalah utusan Allah”. Hal ini untuk
membedakan cara membaca kalimat Tauhid umat Rasulullah Muhammad saw dengan umat
terdahulu.
Sebenarnya
berdzikir dengan kalimat tauhid ini tidak hanya dianjurkan kepada umat Muhammad
saw saja, tetapi juga umat para nabi terdahulu. Sebuah cerita menggambarkan hal
ini diriwayatkan dari Wahab bin Manbah.
عن وهب بن منبه رضي الله عنه قال قرأت في آخر
زبور داود عليه الصلاة والسلام ثلاثين سطرا يا داود هل تدرى أي المؤمنين أحب إلى أن
أطيل حياته الذي إذا قال لا إله إلا الله اقشعر جلده وإني أكره لذلك الموت كما تكره
الوالدة لولدها ولابد له منه انى أريد ان أسره في دار سوى هذه الدار فان نعيمها بلاء
ورخاءها شدة فيها عدولا يألوهم خبالا يجرى منهم مجرى الدم من أجل ذلك عجلت أوليائي
إلى الجنة لولا ذلك لما مات أدم عليه السلام وولده حتى ينفخ
Diriwayatkan
dari Wahab bin Manbah bahwa dia pernah berkata “aku telah membaca tiga puluh
baris terakhir dari kitab zaburnya Nabi Daud as. (di dalamnya diterangkan)
Allah berfirman kepada Nabi Daud “apakah kau tahu orang mukmin yang paling aku
inginkan untuk ku panjangkan umurnya?” Nabi Dawud menjawab “tidak tahu”.
Kemudian Allah menjelaskan “yaitu orang mu’min yang jika membaca kalimat tauhid akan merinding bulu-bulanya. Dan aku sangat membenci (tidak ingnkan) orang mu’min seperti itu lekas mati, seperti orang tua yang tidak rela anaknya mati. Sesungguhnya aku ingin sekali menyenangkannya di rumah yang bukan rumah ini (fana = dunia). Karena kenikmatan di dunia ini merupakan cobaan, dan kemewahan-kemewahan itu hanyalah kesengsaraan. Di samping itu di dunia banyak musuh yang mondar-mandir terus mengalir menyelebunginya seperti aliran darah yang mengajak pada kerusakan.
Oleh karena itu aku segerakan mereka para kekasihku (mati lalu) masuk ke surgaku. Andaikata tidak demikian, niscaya tidak akan mati Nabi adam dan anak cucunya hingga ditiupnya sangka kala.
Demikianlah
posisi pentingnya kalimat tauhid لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ bagi seorang mu’min, ia tidak sekedar
sebagai kalimat pengakuan keesaan Allah swt, akan tetapi juga sebagai kunci
menuju kesuksesan hidup di akhirat nanti. Sebagaimana janji Allah yang
dijelaskan kepada Nabi Dawud as. Karena itulah dikatakan مفتاح الجنة لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ bahwa
pintu surga adalah la ilaha illallah. (red. Ulil.H)
Sumber:
http://www.nu.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar