"Migunani Marang liyan,Ora Gawe Kapitunaning Liyan,Marsudi Luhur Ing jiwo"

Rabu, 14 Juli 2010

Perbandingan Tasawuf dan Kebatinan
Rabu, 07 Juli 2010 11:30 Ansori M Nuh

Banyak orang memperbincangkan mengenai kualitas ibadahnya kepada Allah. Karena tata cara kehidupan keseharian, yang membuat ibadah menjadi kurang bermakna, kurang memilki arti dan lebih kepada rutinitas belaka. Sehingga bukannya kebahagiaan yang mereka dapatkan, tetapi kehampaan dalam mengarungi hidup ini.
Ibadah kepada Allah, beribadah juga hanya karena Allah. Mendekatlah kepada Allah, cintailah Allah, jadikanlah Allah tujuan utama dalam kehidupan kita, sehingga rahmat Allah berupa nikmat di dunia dan di akhirat akan turun menghujani kita dengan derasnya. Seperti termaktub dalam surat al-Jin ayat 16 : Artinya: “Dan bahwasanya jika mereka tetap berada dijalan (metode) yang benar, niscaya akan kami turunkan hujan (rahmat) yang lebat (nikmat yang banyak)"
Ayat diatas adalah utamanya dari tasawuf. Suatu kegiatan bersifat spiritual yang selalu berusaha mencari jalan untuk memperoleh kecintaan dan kesempurnaan rohani hanya untuk Allah.
Jadi bila mulanya kita mengenal ibadah yang berkaitan dengan syariat seperti rukun islam atau rukun iman, rukun sholat, batal, halal dan haram, perlu juga ditingkatkan sampai ke hakekat, terus kita merenung (tadabbur) akan kebesaran Allah hingga akhirnya sampilah kita kepada ma’rifat yaitu mengenal Allah hingga timbullah apa yang dinamakan ilmu tasawuf.
Pengertian Tasawuf
Mengenai asal kata tasawuf ini banyak kalangan yang berbeda pendapat. Ada yang bilang berasal dari kata sufah, yang artinya nama surat ijazah orang yang naik haji, bisa juga dari kata kerja safa yang artinya bersih dan suci. Ada juga yang menganggap dari kata sufah, yaitu ruangan dekat masjid Madinah tempat Rasulullah memberikan pelajaran kepada sahabatnya atau diambil dari kata suf yang berarti bulu kambing yang dibuat oleh kaum sufi dari syiria. Memakai suf ini sendiri telah menjadi baju kebesaran orang Kristen sejak nabi Isa As. Tujuannya sendiri menuju kesederhanaan menjauhi dari sikap riya, sehingga akhrnya menjadi kaum sufi yang mempelajarai ilmu tasawuf.
Makna Tasawuf
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa makna tasawuf yaitu mencari jalan untuk menuju kesempurnaan dalam mencintai Allah dan memperoleh rohani yang bersih hanya kepada Allah.
Pada mulanya kaum sufi ini juga memiliki kecintaan terhadap dunia, tetapi seiring dengan meningkatnya kesufian mereka, maka berangsur-angsur kecintaan dan kelezatan dunia semakin menyusut dan rohani semata. Yang mana kelezatan ini hanya dapat dirasakan dengan perasaan yang halus, dunia yang ghaib yang bersatu dengan arti cinta dan keagungan.Tasawuf berpindah dari alam kebendaan menuju alam rohani yang tiada batasnya.
Tujuan Tasawuf
Menurut Imam Al Ghozali ilmu tasawuf adalah tuntunan yang dapat menyampaikan manusaia mengenal Tuhan dengan sebenar-benarnya, atau disebut ma’rifat. Oleh karena itu tujuan ilmu tasawuf tidak lain membawa manusia setingkat demi setingkat kepada Tuhannya. Sehingga tujuan hidup di dunia dan di akhirat nanti dapat tercapai.
Tujuan akhir kehidupan didunia adalah agar segala doa dan keinginan kita mudah terkabul. Sedang tujuan akhir diakhirat yaitu agar dapat bertemu dengan Allah dalam gemilang nikmat kebesaran-Nya.
Pengertian Ilmu
Dalam mempelajari ilmu terdapat dua pengetahuan, yaitu yang pertama ilmu mukhasyafah, yaitu ilmu untuk membuka tabir hubungan manusia dengan Allah (Khablum min Allah). Yang kedua ilmu Mu’amalah yaitu ilmu untuk diamalkan dalam hubungan manusia dengan manusia (khablum min Annas).
Ajaran ilmu berdasarkan kesufian adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah untuk mendapatkan jalan atau tarekat kepada Allah. Jalannya yatu dengan mujahadah, riyadhah , membersihkan hati, mengosongkan diri dari segala yang berkaitan dengan duniawi.
Ilmu Tasawuf ini terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Ilmu Syariat
Ilmu yang memperhatikan peraturan-peraturan agama yang diturunkan Tuhan kepada Nabi-Nya. Sedang ilmu syariat menurut orang sufi yaitu meninjau lebih dalam hukum-hukum syariat itu seakan membuat lebih mesra kepada hati dan jiwa seseorang sehingga seringkali dianggap menyimpang dari hukum-hukum fiqih tertentu.
2. Ilmu Tariqat
Jalan untuk mencapai tujuan kepada Tuhannya, orang yang melakukannya disebut salik. Tujuan dari tariqat adalah mempertebal iman para pengikutnya, sehinga tidak ada yang dicintai selain Allah. Untuk mencapai hal tersebut manusia harus menjalankan perilaku seperti:
a. Ikhlas: Bersih segala amal dan niatnya dalam mengerjakan pekerjaan maupun ibadah, hanya mengharap keridhoan dari Allah semata.
b. Muraqabah: Merasa dekat dengan Allah, sehinga gerak geriknya merasa selalu diawasi Allah.
c. Muhasabah: Selalu memperhitungkan untung ruginya amal perbuatan dengan selalu menambah kebajikan
d. Tajarrud: Melepaskan diri dari segala ikatan yang menghalangi dirinya menuju jalan dalam mencapai cita-citanya kepada Allah, dengan tetap memperhatikan syariat yang ada.
Guru yang memberi petunjuk dinamakan syekh atau mursyid, ia memberikan lathan-latihan dzikir/wirid (riadah), lebih banyak menyendiri (Khalwat), sehingga menetapkan ingatanya hanya kepada Allah (Tawajuh).
Sedangkan pengkutnya dinamakan murid yang dibaiat oleh mursyid untuk bersumpah setia untuk menjaga diri dari segala perbuatan maksiat (melakukan taubat).
Sedangkan cara dzikir para sufi meliputi:
a. Dzikir lisan: melafadzkan kalimat “Laa ilaa ha ilallah”
b. Dzikir qalbi: dzikir yang diucapkan dalam hati, tetapi lidah tetap bergetar dengan melafadzkan kata “Allah…Allah…Allah” dalam hati.
c. Dzikir Sirri: Yang diingat secara rahasia dan dilafadzkan secara halus dan pelan, yaitu lafadz: ”Huwa”
3. Ilmu Hakikat
Adalah ilmu untuk mencari kebenaran. Apabla kita sudah sampai pada tahap ini, maka hatinya hanya terpaku kepada Allah, walaupun diberi segala macam cobaan.
Jika sampai tahap ini sudah haqqul yaqin , maka akan terbuka hijab ( Kasyful mahjub), biasanya pada tahapan ini ada laku yang harus dijalankan atau suluk. Dimana pada akhir lakunya tesebut akan menemukan hakikat.
Apa yang ada di dunia hanya sementara, manusia dan benda sekelilingnya tidak ada (ada) dan akhirnya akan lenyap (fana). Dan apabila dilakukan terus menerus maka akan terbuka rahasia yang menyelubungi manusia dengan Tuhannya atau biasanya disebut kasyaf.
4. Ilmu Ma’rifat
Arti ma’rifat adalah pengetahan untuk mengetahui segala sesuatu dengan seyakin-yakinnya, atau mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Untuk mencapai hal ini dilakukan dengan jalan tafakur (merenungkan kebesaran Allah). Ilmu ma’rifat sendiri dapat dicapai dengan dua cara, yaitu:
a. Ilmu adna, yang didapat dengan cara mempelajari dan usaha, memaca dan belajar.
b. Ilmu laduni, ilmu yang berasal dari Allah, Ilmu ini diberikan oleh Allah kepada siapa saja yang dikehendaki. Hal ini didapat karena ke taqwaan dan keshalihan seseorang dan memiliki nilai kesufian.
Nilai kesufian ini disebut maqamat, yang meliputi:
a. Takhalli: membersihkan diri dari sifat kasar dan kotor.
b. Tahalli: Mengisi dengan sifat-sifat cara hidup yang sufi dan penuh dengan kemurnian hanya karena Allah.
c. Tajalli: Tempat yang nyata dimana ia melihat dan mampu memohon segala yang besifat ajaib karena kehendak Allah, termasuk rahasia Allah.
Tingkatan Manusia Menurut Ilmu Tasawuf
Ma’rifat itu datangnya dari dua jurusan, yang pertama berdasar Ainur Juud atau mata kemurahan, ini murni kehendak Allah, dan Badzlul Majhud, ini karena riyadoh atau ikhtiar kita dengan daya upaya manusia.
Sedangkan tingkatan (maqom) manusia untuk sampai kepada Ma’rifat seperti yang tercantum dalam kitab Hilyatul Auliya adalah sebagai berikut:
1. Bertaubat (At-Taubah)
2. Takut (Al-Khauf)
3. Harapan (Ar-Rojaa)
4. Orang – orang yang saleh (Ash-Solihin)
5. Para yang berhasrat dan penempuh (Al-Muridin)
6. Selalu taat (Al-Muthiin)
7. Para pecinta (Al-Muhibbin)
8. Yang selalu merindukan (Al-Musytaqin)
9. Para Wali atau kekasih (Al-Auliya)
10. Yang paling dekat (Al-Muqorrobin)
Perbandingan Tasawuf dan Kebatinan
Tasawuf bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits, walaupun bermacam-macam jalan satu sama lain yang berbeda (maksudnya disini adalah hanya pada tata cara yang ditentukan oleh gurunya).
Sedangkan kebatinan tidak mempunyai keseregaman dalam sumber, sebab ada yang bersumber dari agama Islam, agama Hindu, Budha dan ada juga yang bersumber dari singkritisme (campuran) dari ketiga agama yaitu islam, Kristen dan budha.
Perbandingan Tujuan antara tasawuf dan Kebatinan
Tasawuf bertujuan:
1. Membersihkan jiwa dari sifat tercela dan menghiasinya dengan sifat terpuji.
2. Tekun beribadah, bertaqorub, tafakur dan dzikir kepada Allah untuk mencapai manusia soleh yang diridhoi Allah.
3. Mendapat ketenangan hati dengan cara musyahadah, ma’rifat billah dan selamat di dunia sampai akhirat, mendapat balasan surga tempat yang nikmat dan abadi.
Sedangkan kebatinan tujuannya adalah:
1. Berusaha hidup sempurna dan bahagia lahir bathin dengan membangun budi pekerti yang luhur.
2. Mensucikan jiwa dan menanamkan rasa cinta kasih
3. Hidup damai serta gotog royong untuk kesejahteraan umat demi tercapainya kesempurnaan bathin.
Dari tujuan diatas dapat disimpulkan perbedaan dari keduanya adalah sebagai berikut: Bagi orang tasawuf tekanannya pada kebahagian kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat (sebab akhirat sebagai kehidupan yang abadi, kekal) Sedangkan orang kebathinan hanya menekankan hidup sempurna, bahagia lahir dan bathin di dunia saja.
Kandungan Ajaran Tasawuf
Ajaran tasawuf bila kita perhatkan secara seksama maka akan dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Methafiska, ilmu diluar alam dunia atau alam ghaib yang bersumber pada keimanan kita terhadap Allah. Iman kepada Allah merupakan nikmat yang paling indah, begitu juga akhirat yang akhirnya membawa nikmat dalam menjalankan ibadah. Dan iman akan adanya surga akan membuat kita selalu berusaha untuk mendapatkannya dengan jalan Allah, dan mengingat neraka akan membuat kita takut dan akan selalu mencegah diri kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang akan mengarah kepada maksiat.
2. Ethika, Mempelajari akhlak yang baik kepada manusia maupun kepada Allah, seperti dalam hadits disebutkan “ Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya”.
3. Psycologia, Introspeksi pada diri sendiri, untuk mengenal Allah mari kita ajukan beberapa pertanyan kepada diri sendiri:
o Siapakah saya?
Saya adalah makhluk ciptaan Allah, tidak mungkin semua ini ada tanpa ada yang menciptakan.
o Darimanakah asalnya?
Pertama kali Adam diciptakan dari tanah, kemudaian anak cucunya dengan perantaan manusia maka jadilah manusia-manusia lain.
o Apakah Tugas Manusia?
Tugas manusia adalah beribadah kepada Alah, berbakti kepada bangsa dan Negara demi tercapainya masyarakat yang adul dan makmur, aman dan sentosa yang diridhoi Allah SWT.
o Akan Kemanakh Akhirnya?
Setiap yang berjiwa akan merasakan mati, matinya kita tidak akan membawa apa-apa dari kehidupan di dunia ini selain pahala kebaikan yang kita kumpulkan dalam bentuk amal soleh dan keimanan kita kepada Allah.
4. Esthetika, Keindahan pada jiwa seseorang akan berpuncak pada mahabbah (cinta), Orang akan merasa tenang hatinya, tidak ada pikiran kotor dan buruk dalam bathinnya, sehingga hati bersih kemilau memancar menghadap Allah dan orang disekitarnyapun turut merasakan ketenangan. Jalan untuk mencapai ini dengan cara tafakur kepada Alah,merenungkan segala ciptaanNya, sehinga timbullah rasa cinta terhadap seluruh ciptaan Allah.
Kandungan Ajaran Kebathinan
Yang dimaksud dengan kebathinan adalah kepercayaan rakyat Indonesia yang tidak termasuk dalam aliran agama yang diakui seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.
Sekedar untuk pengetahuan, beberapa aliran kebathinan yang penulis ketahui diantaraya:
1. Ngelmu Bejo; Banyak tersebar disekitar Jogjakarta, ilmu-ulmunya biasa disebut dengan ngelmu Mulur Mungkret , ini adalah hasil ciptaan Ki Ageng Suryomataram, dimana ajarannya adalah bahwa manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan, bumi, api dan lain-lain berasal dari Jladren (benda Asli, tejadi begitu saja) tanpa ada yang menciptakan. Aliran ini bisa dikatagorikan sebagai aliran atheisme atau materialisme.
2. Pembuka Das Songo ; Bersumber pada ajaran mistik. Pimpinanya Nyai Harjosentoso yang mengajarkan pentingya untuk menjaga lubang 9 (2 mata, 2 lubang hidung, 2 lubang telinga, lubang kemaluan dan dubur, 1 lubang mulut). Aliran ini banyak beredar disekitar Semarang sampai pesisir Jawa Timur.
3. Ilmu Sejati; Aliran kebathinan ini berasal dari daerah Sukorejo, diciptakan oleh R. Prawirosoedarso, ini merupakan ajaran mistik tanpa membedakan agama dan golongan, ajarannya bersumber dari agama Islam, Kristen dan Budha.
4. Imam Mahdi; Golongan mistik yang mendasarkan ilmunya pada Islam. Pimpinannya bernama Ahdi dari Tasikmalaya, bertujuan pada perikemansiaan, Ketuhanan Yang Maha Esa, Gotong Royong, Kejujuran dan Kerukunan. Ajarannya yang cukup unik yaitu ketika membaca Al-fatihah hanya sampai pada “ Ihdinas Shirotol Mustaqiem” sedangkan ayat selanjutnya dihilangkan karena takut di “Ghoiril” (disembelih). Kemudian menurut mereka setiap orang mempunyai nabi sendiri-sendiri yang berjumlah 25.
Sedangkan ajaran Kebathinan itu sendiri pada umumnya mengandung empat unsur, yaitu:
1. Science Occultes atau ilmu ghaib; ilmu rahasia yang diajarkan tanpa memiliki dasar yang jelas, dengan perantara alamat khusus yang juga sangat rahasia, bias any dibagi 2 yaitu : Physical ; kemampuan menggerakan benda oleh kekatan ajaib yang tidak dikenal dan Mental ; yaiytu kenyataan-enyatan yang dieroleh orang tanpa melalui saluran panca indera.
2. Union Mistique; Bersatunya manusia denga Tuhan. Dalam bahasa jawa disebut “Manunggaling Kawula lan Gusti” . Dilambangkan dengan Curigo Manjin Warogko lan Warongko Manjing ing Curigo (Artinya; keris masuk kedala rangka dan rangka masuk kedalam keris). Dalam istilah tasawuf disebut Hulul atau ittihad atau wahdatul wujud yang dibawakan oleh ajara al-Hallaj yang intinya adalah ‘anaa al haq” artnya adlah saya adalah Tuhan al- Haq. Pendirinya adalah Abul Muughis Husain al Mansur al-Hallaj. Beliau juga pernah berata “ wamaa fie jubbatie illallah”. Aliran ini juga pernah masuk ke Indonesia yang dibawa oleh syekh Siti Jenar, yang pada akhirnya dtumpas oleh Dewan Wali (wali songo) pada masa pemerintahan Raden Fatah di Mataram, karena dianggap sesat.
3. Methafisic: Disebut sangkan paranng dumadi suatu filsafat tentang alam wujud, darimanakah wjud itu datang dan kemana wujud itu pergi. Ajaran ini banyak diajarkan di padepokan persilatan di Jawa Tengah, diamana seakan-akan dunia ini tetap ada tanpa ada akhir maupun balasan.
4. Ethic atau Budi Luhur; Dalam aliran kebhatinan disebut “Memayu hayuning bawana langgeng” Artinya membentuk dunia yang indah dan abadi.
Tujuan Ilmu Kebathinan
Berbeda dengan tasawuf dalam konteks thoriqat, dimana banyak jalan dalam aturan atau metode untuk mendekat kepada Allah, tetapi tujuan akhrnya hanya satu yaitu mencapai ma’rifat billah atau menjad manusia sempurna yang diridho Allah SWT dan bersumber dari sumber yang sama yaitu al Qur’an dan Hadits Nabi. Sedangkan kebathinan sumbernya berbeda-beda, ada yang dari Islam tetapi tidak menjalankan syariatnya, ada juga yang bersumber dari agama Kristen dan Budha.
Dari beberapa aliran kebatinan yang ada, dapat diambil beberapa inti ajarannya yaitu:
1. Berusaha untuk mencapai hidup sempurna dan bahagia lahir dan bathin.
2. Menanamkan rasa cinta kasih sesama demi tercapainya kesejahteran umat.
3. Membangun budi pekerti luhur dan jiwa yang suci murni.
4. Mencapai keadaan yang termulia dalam hidupnya di dunia ini.
Sekedar contoh ajaran tasawuf yang diajarkan dalam thoriqat Qadariyah wa Naqsabandiyah dari Syaikhuna Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin (Abah Anom ) Tasikmalaya adalah adanya beberapa dzikir yang harus dijalankan oleh muridnya diantaranya:
1. Dzikir Harian; Yaitu dzikir yang dilakukan setiap habis sholat fardu, yg dimulai dengan tawasul terlebih dahulu kepada Nabi dan guru-guru thariqat dan dilanjutkan dengan dzikir jahr “Laa ilaha illa Allah“ sebanyak 165 kali.
2. Dzikir Mingguan; atau sering disebut dengan khataman, Dzikir ini biasanya dilakukan berjamaah di majlis-majlis dzikir yang tersebar diberbagai tempat. Dan apabila jauh dari majlis dzikir maka boleh dilakukan secara sendiri.
3. Dzikir Bulanan; Atau disebut dengan Manaqib. Manaqib ini hanya boleh dilakukan secara berjamaah dan biasanya dilaksanakan ditempat-tempat tertentu yang sudah mampu memangku manaqib.
Demikian tulisan sigkat ini kami sajikan sebagai bahan sharing, dalam rangka watawashaw bil haqi watawashaw bis shobri.
Sumber :www.tqn-jakarta.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar