YANG LUPUT DARI SEJARAH TENTANG SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI
oleh Badru Salam
Disarikan
dari Ceramah :
Prof. Dr.
Syaikh Mohammed Fadhil al-Jailani al-Hasani
(cucu Syaikh
Abdul Qodir Jailani ke-25 yang juga Mursyid Qadiriyah Alawiyah)
Acara
: Milad PP Az-Zainiyyah Selabintana Sukabumi
Tanggal : 18
Juni2013
Sekilas
Tentang Syaikh Fadhil
Selama 30
tahun lebih, Syaikh Fadhil berkeliling dunia untuk melacak jejak karya-karya
kakeknya, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Ia mendatangi sekitar 67 perpustakaan
besar di dunia untuk melacak jejak karya-karya Kakeknya dan usahanya berbuah
manis.
"Saya telah mencapai ke-41 judul kitab SyaikhAbdul Qadir al-Jailani dan 32 manuskrip tertulis di antaranya telah diperoleh," ujar Syaikh Fadhil yang juga menelusuri karya kakeknya hingga ke perpustakaan di Vatikan. Di perpustakaan itu, ia juga menemukan manuskrip-manuskrip karya Kakeknya.
"Saya telah mencapai ke-41 judul kitab SyaikhAbdul Qadir al-Jailani dan 32 manuskrip tertulis di antaranya telah diperoleh," ujar Syaikh Fadhil yang juga menelusuri karya kakeknya hingga ke perpustakaan di Vatikan. Di perpustakaan itu, ia juga menemukan manuskrip-manuskrip karya Kakeknya.
Ia berharap karya-karya Kakeknya yang telah ditemukannya dan ditulis ulang itu akan menjadi sebuah pencerahan bagi para peneliti, profesor, serta penuntut ilmu juga untuk universitas, institut, dan pesantren/madrasah. Sebab, menurut dia, buku-buku itu belum pernah diterbitkan.
*********
Ceramah
Syaikh Muhammad Fadhil Al-Jailani Al-Hasani ini didampingi oleh Syaikh
Rohimuddin Nawawi Al-Bantani sebagai penterjemahnya.
Ceramah ini
diawali dengan kisah masa kecil Syaikh Abdul Qadir yang disuruh Ibunya untuk
menggembala sapi dan kambing. Dan peristiwa batin Beliau, bahwa hidupnya
bukan untuk itu (menjadi penggembala sapi dan kambing).
Dari
manuskrip-manuskrip yang ditemukan, tercatat bahwa Madrasah Syaikh Abdul Qadir
Al Jailani awalnya diwariskan dari guru beliau, namun setelah diurus oleh
beliau, majlis terbuka bagi semua orang, termasuk bagi pemeluk Yahudi, Nasrani
dan berbagai pemeluk agama lainnya.
Tercatat,
jumlah jamaah yang mengikuti setiap pengajian di madrasahnya berjumlah 70.000
orang !. Para jamaah yang belajar tersebut dengan ketekunan dan
kesungguhannya, bagi para Muslim meningkat kualitas taqwanya dan banyak yang
menjadi wali, sedangkan bagi para non Muslim menjadi tertarik untuk memeluk
Islam dengan kesadarannya.
Di madrasah
Beliau, pelajaran yang diberikan tidak hanya Tasawuf saja, tapi berbagai
disiplin ilmu ; Fiqih (berbagai Madzhab), Tafsir, Hadist dan juga ilmu sains
seperti Geologi, Kimia, dsb. Tercatat juga, bahwa lebih dari 100 disiplin ilmu
yang dipelajari di madrasahnya.
(# Syaikh
Fadhil juga telah menemukan manuskrip 3 (kitab) kitab kumpulan Hadist Jailani,
insyaAllah sebentar lagi diterbitkan.. aamiin. Yang sangat disayangkan,
sebagian manuskrip yang disimpan di Suriah, hangus terbakar akibat bom.)
Tercatat
juga, Madrasah Beliau memiliki panti asuhan yang isinya bukan hanya anak yatim
Muslim tetapi juga anak-anak yatim dari berbagai agama. Juga Madrasah Beliau
memiliki panti jompo yang juga bukan hanya para janda dan orang tua terlantar
yang Muslim, tetapi juga dari berbagai agama. Menurut Beliau, hal ini didasari
dari kasih sayang Beliau kepada umat manusia.
Tradisi mengurus
panti asuhan dan panti jompo ini dilakukan secara turun temurun oleh anak cucu
Beliau, hingga akhirnya diambil alih Pemerintah Turki.
Tercatat,
sebelum Sholahuddin Al-Ayyubi,3 (tiga) putra Beliau (salah satunya Abdul ‘Aziz
) lebih dulu menaklukkan dan merebut Jerusalem (Baitul Maqdis) dengan pasukan
yang semua personelnya murid Beliau yang dipimpin oleh 17 khalifah. Hal ini
yang tidak pernah tercatat dalam sejarah.
Perlu
diketahui, bahwa Sholahuddin Al-Ayyubi adalah putra dari murid Syaikh Abdul
Qodir Al Jailani. Sholahuddin Al-Ayyubi ini termasuk pengamal Thariqah
Qadiriyah.
Terakhir,
dalam ceramahnya Syaikh Fadhil mengemukakan 3 (tiga) hal terpenting dalam
hidup, yaitu ILMU, ILMU dan ILMU.
Jika ilmu
berada diatas kepentingan pribadi, kekuasaan dan pemerintahan, maka ilmu itu
akan membawa kebesaran dan kejayaan (Islam). Begitu juga sebaliknya, jika ilmu
tersebut sudah terdistorsi (dicampuri) kepentingan nafsu pribadi, kekuasaan dan
pemerintahan, maka akibatnya hanya kemunduran dan kehancuran.
Wallahu
a’lam
Az-Zainiyyah
Selabintana Sukabumi
Selasa, 18
Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar