"Migunani Marang liyan,Ora Gawe Kapitunaning Liyan,Marsudi Luhur Ing jiwo"

Rabu, 04 September 2013


YANG LUPUT DARI SEJARAH TENTANG SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI
oleh Badru Salam 
Disarikan dari Ceramah : 
Prof. Dr. Syaikh Mohammed Fadhil al-Jailani al-Hasani
(cucu Syaikh Abdul Qodir Jailani ke-25 yang juga Mursyid Qadiriyah Alawiyah)
Acara     : Milad PP Az-Zainiyyah Selabintana Sukabumi
Tanggal : 18 Juni2013
Sekilas Tentang Syaikh Fadhil

Selama 30 tahun lebih, Syaikh Fadhil berkeliling dunia untuk melacak jejak karya-karya kakeknya, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Ia mendatangi sekitar 67 perpustakaan besar di dunia untuk melacak jejak karya-karya Kakeknya dan usahanya berbuah manis.

"Saya telah mencapai ke-41 judul kitab SyaikhAbdul Qadir al-Jailani dan 32 manuskrip tertulis di antaranya telah diperoleh," ujar Syaikh Fadhil yang juga menelusuri karya kakeknya hingga ke perpustakaan di Vatikan. Di perpustakaan itu, ia juga menemukan manuskrip-manuskrip karya Kakeknya.

Ia berharap karya-karya Kakeknya yang telah ditemukannya dan ditulis ulang itu akan menjadi sebuah pencerahan bagi para peneliti, profesor, serta penuntut ilmu juga untuk universitas, institut, dan pesantren/madrasah. Sebab, menurut dia, buku-buku itu belum pernah diterbitkan.

*********
Ceramah Syaikh Muhammad Fadhil Al-Jailani Al-Hasani ini didampingi oleh Syaikh Rohimuddin Nawawi Al-Bantani sebagai penterjemahnya

Ceramah ini diawali dengan kisah masa kecil Syaikh Abdul Qadir yang disuruh Ibunya untuk menggembala sapi dan kambing.  Dan peristiwa batin Beliau, bahwa hidupnya bukan untuk itu (menjadi penggembala sapi dan kambing). 

Dari manuskrip-manuskrip yang ditemukan, tercatat bahwa Madrasah Syaikh Abdul Qadir Al Jailani awalnya diwariskan dari guru beliau, namun setelah diurus oleh beliau, majlis terbuka bagi semua orang, termasuk bagi pemeluk Yahudi, Nasrani dan berbagai pemeluk agama lainnya. 

Tercatat, jumlah jamaah yang mengikuti setiap pengajian di madrasahnya berjumlah 70.000 orang !.  Para jamaah yang belajar tersebut dengan ketekunan dan kesungguhannya, bagi para Muslim meningkat kualitas taqwanya dan banyak yang menjadi wali, sedangkan bagi para non Muslim menjadi tertarik untuk memeluk Islam dengan kesadarannya. 

Di madrasah Beliau, pelajaran yang diberikan tidak hanya Tasawuf saja, tapi berbagai disiplin ilmu ; Fiqih (berbagai Madzhab), Tafsir, Hadist dan juga ilmu sains seperti Geologi, Kimia, dsb. Tercatat juga, bahwa lebih dari 100 disiplin ilmu yang dipelajari di madrasahnya. 

(# Syaikh Fadhil juga telah menemukan manuskrip 3 (kitab) kitab kumpulan Hadist Jailani, insyaAllah sebentar lagi diterbitkan.. aamiin. Yang sangat disayangkan, sebagian manuskrip yang disimpan di Suriah, hangus terbakar akibat bom.) 

Tercatat juga, Madrasah Beliau memiliki panti asuhan yang isinya bukan hanya anak yatim Muslim tetapi juga anak-anak yatim dari berbagai agama. Juga Madrasah Beliau memiliki panti jompo yang juga bukan hanya para janda dan orang tua terlantar yang Muslim, tetapi juga dari berbagai agama. Menurut Beliau, hal ini didasari dari kasih sayang Beliau kepada umat manusia. 

Tradisi mengurus panti asuhan dan panti jompo ini dilakukan secara turun temurun oleh anak cucu Beliau, hingga akhirnya diambil alih Pemerintah Turki.

Tercatat, sebelum Sholahuddin Al-Ayyubi,3 (tiga) putra Beliau (salah satunya Abdul ‘Aziz ) lebih dulu menaklukkan dan merebut Jerusalem (Baitul Maqdis) dengan pasukan yang semua personelnya murid Beliau yang dipimpin oleh 17 khalifah. Hal ini yang tidak pernah tercatat dalam sejarah.

Perlu diketahui, bahwa Sholahuddin Al-Ayyubi adalah putra dari murid Syaikh Abdul Qodir Al Jailani. Sholahuddin Al-Ayyubi ini termasuk pengamal Thariqah Qadiriyah. 

Terakhir, dalam ceramahnya Syaikh Fadhil mengemukakan 3 (tiga) hal terpenting dalam hidup, yaitu ILMU, ILMU dan ILMU.  

Jika ilmu berada diatas kepentingan pribadi, kekuasaan dan pemerintahan, maka ilmu itu akan membawa kebesaran dan kejayaan (Islam). Begitu juga sebaliknya, jika ilmu tersebut sudah terdistorsi (dicampuri) kepentingan nafsu pribadi, kekuasaan dan pemerintahan, maka akibatnya hanya kemunduran dan kehancuran. 

Wallahu a’lam

Az-Zainiyyah Selabintana Sukabumi
Selasa, 18 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar